Cremonese 1-2 Juventus: Tiga Pelajaran dari Debut Spalletti

Liputan6.com, Jakarta Luciano Spalletti memulai kariernya sebagai pelatih Juventus dengan kemenangan. Ia membawa timnya mengalahkan tuan rumah Cremonese 2-1 di Serie A. Kemenangan ini menjadi bukti bahwa Bianconeri siap menatap era baru dengan energi dan ide-ide segar.

Menghadapi tim promosi yang berani dan sudah mampu mencuri poin dari Atalanta, Milan, dan Como, bukanlah tantangan yang mudah. Namun, taktik dinamis Spalletti berhasil membuat Juventus tampil lebih hidup, dengan perpindahan posisi pemain yang fleksibel dan tekanan yang terorganisir.

Dari laga perdana ini, ada tiga hal penting yang bisa dipetik. Pertama, taktik dinamis Spalletti mampu memaksimalkan kualitas individu pemain. Kedua, Cremonese menunjukkan mereka bukan lawan sembarangan. Ketiga, chemistry Lois Openda dan Dusan Vlahovic bisa menjadi solusi masalah lini depan Juventus yang sempat membingungkan Igor Tudor.

Perbedaan paling mencolok dibanding era Igor Tudor adalah fluiditas formasi Juventus. Sistem 3-5-2 dan 3-4-2-1 yang kaku seolah digantikan oleh pendekatan yang lebih lentur. Meski tidak jauh berbeda dari kerangka yang ditinggalkan Tudor, ada nuansa dinamis yang membuat pergerakan pemain lebih bebas.

Teun Koopmeiners ditempatkan di sisi kiri dari tiga bek, Weston McKennie bergerak dari posisi gelandang bertahan ke gelandang serang, bahkan winger, sementara Lois Openda bergeser dari sisi sayap ke peran nomor 9 bersama Dusan Vlahovic. Pergantian posisi ini membuat Cremonese kesulitan terutama di babak pertama.

Juventus memiliki banyak talenta individu, tetapi Tudor tampak kesulitan mengatur mereka. Spalletti, sebaliknya, lebih liberal dengan peran pemain dan potensi ini bisa mengeluarkan yang terbaik dari tim.

Meskipun kalah, Cremonese menunjukkan kualitas mereka. Pelatih Davide Nicola berhasil membuat timnya tampil percaya diri, memberikan ancaman hingga menit-menit akhir pertandingan. Juventus sempat menguasai jalannya laga di babak pertama, tetapi perubahan strategi dan pergantian pemain memberi kehidupan baru bagi tim promosi ini.

Jamie Vardy pun mencetak gol keduanya musim ini, membuktikan adaptasinya di klub baru berjalan positif. Jika penyerang Inggris itu terus menemukan ritme mencetak gol, bertahan dari degradasi akan jauh lebih mudah bagi Cremonese.

Salah satu masalah utama Juventus sebelum Spalletti datang adalah lini depan. Jonathan David, yang sudah lebih lama berlatih dengan tim, hanya mampu mencetak satu gol dalam sembilan laga Serie A, sedangkan Openda, dengan menit bermain lebih sedikit, belum mencetak gol.

Di laga ini, Spalletti menurunkan Openda dan Vlahovic bersamaan. Openda diberi kebebasan bergerak, baik ke posisi sentral maupun ke sayap. Ia beberapa kali berhasil menembus garis pertahanan dan memberikan umpan matang untuk Vlahovic atau rekan lain di kotak penalti.

Fleksibilitas Openda bisa menjadi aset besar bagi Spalletti. Akan tetapi, kembalinya Kenan Yildiz ke skuad membuat pertanyaan tentang konsistensi pemilihan pemain versus rotasi tetap terbuka.

Sumber: Football Italia