Jakarta, CNN Indonesia --
Serangan kelompok militan di wilayah Kashmir pada Selasa (22/4) menewaskan sedikitnya 26 turis. Ini merupakan serangan paling parah terhadap warga sipil di wilayah administrasi India itu dalam beberapa tahun terakhir.
Meski menyebutnya sebagai serangan teroris, India tidak secara resmi menyalahkan kelompok mana pun atas peristiwa itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, India mengambil serangkaian langkah tegas terhadap negara tetangganya Pakistan, mulai dari menangguhkan partisipasi dalam perjanjian air vital, menutup perbatasan darat utama kedua negara, hingga mengusir pejabat Pakistan dari misi diplomatik negara itu di India.
Ada apa dengan Kashmir?
Kashmir adalah wilayah lembah di pegunungan Himalaya yang telah dilanda kekerasan selama puluhan tahun.
Nasib Kashmir tidak jelas ketika Inggris membagi India, bekas koloninya, menjadi dua negara pada 1947. Satu negara diketahui menjadi Pakistan, wilayah yang mayoritas penduduknya Muslim. Sementara satunya lagi menjadi India, mempertahankan nama yang sama, yang sebagian besar warganya beragama Hindu.
Penguasa Kashmir saat itu, Maharaja yang beragama Hindu, menolak gabung dengan India maupun Pakistan. Namun, baik India maupun Pakistan sama-sama menekan Maharaja karena menginginkan wilayah mayoritas Muslim tersebut.
Dilansir dari The New York Times, Kashmir merupakan wilayah yang kaya akan keindahan alam dan sumber daya.
Maharaja akhirnya meragu. Sebab, pada saat yang sama, ia melihat pemberontakan masyarakatnya yang mayoritas Muslim yang jadi tak terkendali karena ingin menjadi bagian dari Pakistan.
Menurut laman resmi Azad Jammu Kashmir (AJK), Maharaja takut akan perang suku. Ia akhirnya berubah pikiran dan menyerahkan Kashmir kepada India.
Pakistan tidak terima dan sekuat tenaga mempertahankan klaimnya atas Kashmir. Pakistan dan India pun mengirim pasukan ke wilayah tersebut, dan berakhir dengan Pakistan menduduki satu pertiga wilayah Kashmir, sementara India dua pertiganya.
India vs Pakistan 3 kali perang
Pakistan dan India setidaknya telah berperang tiga kali karena memperebutkan Kashmir. Perang pertama terjadi pada 1947-1948, setelah Kashmir memilih bergabung dengan India alih-alih Pakistan.
Perang kedua pecah pada 1965, ketika Pakistan meluncurkan operasi Gibraltar untuk menghasut pemberontakan di Kashmir yang dikuasai India.
Perang ketiga kemudian terjadi pada 1999 usai pasukan Pakistan dan militan menyusup ke wilayah Kargil di Kashmir India.
Sejak perang terakhir pecah, Kashmir tetap menjadi salah satu wilayah paling menegangkan di dunia. Kedua negara beberapa kali berada di ambang perang, termasuk pada 2019 ketika bom bunuh diri di Kashmir menewaskan sedikitnya 40 tentara India.
India berulang kali menuding Pakistan mendukung kekerasan yang dilakukan kelompok separatis yang ingin merdeka. Pakistan telah membantah tuduhan itu dan menilai bahwa perselisihan di Kashmir mestinya diselesaikan melalui referendum.
India hapus otonomi Kashmir
Pada 2019, pemerintahan Perdana Menteri India Narendra Modi mencabut sebagian konstitusi India yang memberikan otonomi kepada negara bagian Jammu dan Kashmir.
Langkah tersebut memperburuk ketegangan karena Kashmir jadi dikelola langsung oleh New Delhi. India saat itu mengerahkan pasukan keamanan besar-besaran ke Kashmir dan memutus komunikasi dengan dunia luar.
Pakistan pun mengutuk keras tindakan India tersebut.
Tak lama setelah itu, kerusuhan disertai kekerasan terjadi di wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan. Protes itu mencerminkan bahwa masyarakat setempat tidak puas terhadap pemerintahan Pakistan.
Berbeda dengan Pakistan, wilayah Kashmir yang dikuasai India justru tampak tenang. Sejak dipimpin langsung oleh India, kekerasan di sana meredam. Pemungutan suara bahkan bisa terlaksana tahun lalu.
Meski demikian, sejumlah warga Kashmir tetap ada yang merasa tak puas dengan pemerintahan Modi, khususnya mengenai ketatnya pengawasan terhadap kehidupan warga Kashmir.
(blq/rds)