Indonesia Masuk Daftar 10 Negara Penghasil Emas Terbesar Dunia

1 day ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Tak hanya terkenal dengan negara yang kaya rempah, Indonesia juga terkenal dikenal sebagai salah satu negara dengan cadangan emas terbesar di dunia. Indonesia diakui sebagai salah satu dari sepuluh negara penghasil emas terbesar di dunia.

Hal ini terungkap dalam laporan yang dikeluarkan oleh Investing News Network yang mengacu pada data dari United States Geological Survey (USGS). Negara kita menempati urutan ke-10 dengan total produksi emas mencapai 100 metrik ton (MT) pada 2024.

Melihat banyaknya cadangan emas di Indonesia bagaimana potensi Indonesia menjadi salah satu pemain besar emas secara global, dan bagaimana dampak ekonominya bagi Indonesia?

Terkait hal ini, Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin mengatakan, proven reserve emas Indonesia hanya 2.600 ton, no ke-6 di dunia, jauh di bawah Australia (12.000 ton), Russia (11.000 ton), Afrika Selatan (5.000 ton), AS dan China (masing-masing 3.000 ton).

“Jadi, Indonesia tidak mungkin menjadi produsen emas terbesar di dunia,” kata Wijayanto kepada Liputan6.com, Kamis (17/4/2025).

Meskipun begitu, Wijayanto menambahkan emas tetap memberikan dampak ekonomi, selain pekerjaan bagi masyarakat, penerimaan bagi negara, dan tentunya aktivitas ekonomi bagi swasta.

“Permasalahan saat ini adalah investasi yang masih terbatas (termasuk kapasitas smelter) dan praktek penambangan yang masih jauh dari prinsip2 ESG,” lanjutnya.

Adapun menurut Analis mata uang dan emas Doo Financial Futures Lukman Leong Lukman Leong harga emas yang juga terus meningkat memberikan dampak perekonomian positif untuk Indonesia.

Sedangkan untuk menjadi pemain besar emas di dunia, sangat bergantung pada seberapa berapa besar produksi emas di Indonesia.

“Total produksi dunia tahunan adalah 3 ribuan ton, apabila kita sanggup memproduksi 10 persen ,maka itu adalah 300 ton senilai kurang lebih Rp 600 triliun,” tutur Lukman kepada Liputan6.com.

Masyarakat FOMO Borong Emas

Pada kesempatan yang sama, Lukman menilai banyaknya masyarakat yang memborong emas belakangan ini hanya sekedar Fear of Missing Out (FOMO). Menurutnya, masih belum ada kesadaran investasi masyarakat.

“Kebanyakan sih fomo aja. dan memang harga emas yg tinggi masih akan terus naik, hal ini yg memicu permintaan. Jadi belum karena kesadaran investasi masyarakat,” pungkasnya.

Harga Emas Cetak Rekor Termahal, Tren Bullish Lanjut Terus

Harga emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (All Time High) pada perdagangan Kamis (17/4/2025). Harga emas menyentuh USD 3.356 per troy ounce. Penguatan ini terjadi seiring dengan melemahnya Dolar AS.

Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, kondisi geopolitik dan fundamental saat ini sangat mendukung tren bullish emas, terutama ditopang oleh ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China yang semakin meningkat.

Ketegangan terbaru muncul setelah Presiden AS, Donald Trump, memerintahkan penyelidikan untuk mengenakan tarif pada impor tanah jarang dari China. Langkah ini memperdalam perang dagang dan meningkatkan kekhawatiran investor akan perlambatan ekonomi global, sehingga mendorong permintaan terhadap aset safe haven seperti emas.

Andy menegaskan bahwa sentimen negatif ini menjadi pemicu kuat penguatan harga emas dalam beberapa hari terakhir.

Dari sisi teknikal, Andy menjelaskan bahwa kombinasi candlestick harian dan indikator Moving Average menunjukkan penguatan tren naik yang semakin solid.

“Saat ini struktur pergerakan harga emas menunjukkan konsistensi pola bullish. Selama harga masih mampu bertahan di atas area support dinamis, tren naik akan terus mendominasi,” ujar Andy dalam keterangan tertulis, kamis (17/4/2025).

Berdasarkan analisis teknikal terkini, ia memproyeksikan harga emas hari ini berpotensi melanjutkan kenaikan ke area USD 3.375. Namun, apabila terjadi tekanan balik atau reversal, penurunan bisa menuju level USD 3.294 sebagai target koreksi terdekat.

Pernyataan The Fed

Meski Ketua The Fed, Jerome Powell, telah mengecewakan pasar dengan pernyataan yang mengindikasikan belum ada urgensi pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat, emas tetap melanjutkan reli.

Powell menyebutkan bahwa bank sentral harus tetap berhati-hati agar tidak mendorong inflasi yang lebih tinggi secara persisten. Namun, pelaku pasar tetap memperkirakan pemangkasan suku bunga sekitar 91 basis poin hingga akhir 2025, dengan proyeksi pemangkasan pertama terjadi pada bulan Juli tahun ini.

Faktor lainnya yang menopang harga emas adalah data ekonomi AS yang menunjukkan sinyal campuran. Penjualan ritel bulan Maret naik 1,4% MoM, melampaui ekspektasi, namun kelompok kontrol—yang digunakan untuk penghitungan PDB—justru meleset dari perkiraan.

Selain itu, data Produksi Industri AS pada Maret mencatat penurunan 0,3%, berbanding terbalik dari kenaikan 0,8% di Februari, menunjukkan bahwa sektor manufaktur masih dalam tekanan.

Bakal Terus Cetak Rekor Baru

Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun turun hampir enam basis poin ke 4,281%, sedangkan imbal hasil riil AS dari TIPS turun menjadi 2,111%. Penurunan ini turut memberikan dorongan bagi harga emas karena menurunkan opportunity cost dalam memegang aset tanpa bunga seperti emas.

Dengan kombinasi dari faktor geopolitik, pelemahan dolar, ketidakpastian arah kebijakan The Fed, serta tren teknikal yang menguat, Andy Nugraha menilai prospek harga emas jangka pendek masih berada dalam zona positif.

“Selama tidak ada pembalikan arah yang signifikan, emas berpotensi lanjut mencetak rekor baru,” tutupnya.

Read Entire Article
Bisnis | Football |