Liverpool Bernapas Lega, Jenderal Lapangan Tengah Masih Kerasan di Anfield

Liputan6.com, Jakarta - Carlos Mac Allister menyatakan putranya sang pelatih Alexis tidak berniat mengganti jersey Liverpool dalam waktu dekat. Jaminan tersebut sekaligus menepis rumor liar yang beredar jelang dibukanya bursa transfer musim panas.

Liverpool bersiap terjun di pasar pemain dengan misi meregenerasi skuad, setelah menjalani dua jendela yang relatif tenang di bawah Direktur Olahraga Richard Hughes. Salah satu nama sudah dipastikan hengkang, yakni Trent Alexander-Arnold.

Nama-nama lain yang dikabarkan bakal ditendang adalah Darwin Nunez, Diogo Jota, hingga Luis Diaz. Sementara Mohamed Salah dan Virgil van Dijk akhirnya bertahan usai menandatangani kontrak baru.

Alexis Mac Allister sebenarnya masuk radar pencari bakat klub-klub elite Spanyol. Namun, skenario transfer tidak akan terjadi walam waktu dekat.

Meski Alexis pernah menyatakan minatnya bermain di LaLiga, sang ayah mengisyaratkan putranya masih tinggal di Anfield.

Dalam wawancara dengan Picado TV, Carlos menyebut putranya bakal tetap memperkuat Liverpool. "Untuk saat ini, saya rasa belum," ucapnya penuh keyakinan.

Memang tidak alasan bagi Alexis untuk pindah. Dia meraih prestasi menyusul kesuksesan Liverpool menjuarai Liga Inggris. Alexis juga nyaman dengan lingkungan di luar lapangan.

Carlos turut menyoroti kemampuan adaptasi Alexis sebagai kunci. Dengan bahasa Inggris yang sudah fasih dan gaya sepak bola Inggris, Alexis mampu bersinar pada saat pemain-pemain asing lain kesulitan. 

Alexis Mac Allister langsung menjadi andalan lini tengah Liverpool sejak dibeli senilai 35 juta poundsterling dari Brighton pada musim panas 2023.​ Musim ini dia sudah melakoni 49 pertandingan di seluruh kompetisi serta menyumbang tujuh gol dan enam assist.

Statistik dari FBref menunjukkan bahwa Mac Allister masuk dalam jajaran top performa musim ini dalam hal tekel sukses, blok krusial, dan keberhasilan mematikan dribel lawan. Dalam skema penekanan intens ala Arne Slot, ia berperan sebagai stopper taktis yang tahu kapan harus memotong serangan lawan dan kapan mendistribusikan bola ke lini depan.