Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Taufik Aditiyawarman menyampaikan manfaat ekonomi dari hilirisasi sektor industri minyak dan gas (migas), salah satunya adalah menekan ketergantungan impor dan membuka lapangan kerja.
Selain itu, hilirisasi juga mendukung target pemerintahan Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai swasembada energi.
"(Hilirisasi) bertujuan menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi, serta substitusi barang impor yang merupakan bagian dari ketahanan energi,” ujar Taufik dalam IPA Convex 2025 di ICE BSD, Tangerang, Rabu (21/5/2025).
Maka dari itu, diperlukan adanya regulasi yang dapat meningkatkan dukungan hilirisasi sekaligus menarik minat investor.
“Minyak dan gas dan hilirisasi adalah bisnis jangka panjang, jadi tentu diperlukan kepastian dalam kebijakan dan juga regulasi untuk menarik investor,” jelasnya.
Tak hanya itu, sektor hulu dan hilir juga harus berjalan beriringan. "Kita memerlukan kolaborasi jangka panjang antara hulu dan hilir, sehingga masing-masing dapat mengamankan rencana bisnis jangka panjang untuk masa depan," imbuhnya.
Bos MedcoEnergi Puji Hilirisasi di RI: Selaras dengan Ambisi Transisi Energi
Dalam pernyataan terpisah, CEO MedcoEnergi, Roberto Lorato memuji perkembangan hilirisasi pada sektor energi Indonesia yang menghadirkan peluang ekonomi.
Roberto memaparkan, sektor hilir minyak dan gas global diproyeksikan tumbuh sebesar 4% per tahun hingga 2028 mendatang, dengan kawasan Asia-Pasifik memimpin pertumbuhan global.
"Di Indonesia, momentum ini terbukti dalam investasi di bidang penyulingan dan petrokimia, yang dipercepat untuk memenuhi permintaan domestik yang meningkat, dan mendukung industrialisasi nasional,” ujar Roberto dalam kegiatan IPA Convex 2025 di ICE BSD City, Tangerang, Rabu (21/5/2025).
Roberto pun menyoroti target ambisius Indonesia untuk menarik investasi senilai lebih dari USD 68 miliar atau Rp1,1 kuadriliun dari sektor minyak dan gas antara tahun 2023 dan 2040, dan memangkas ekspor bahan mentah lebih dari 70% pada 2027.
"Jadi, hilirisasi bukan sekadar kebijakan ekonomi, tetapi merupakan keharusan pembangunan nasional bagi Indonesia. Khususnya di bidang minyak dan gas, hilirisasi di Indonesia juga akan selaras erat dengan tujuan transisi energinya,” tuturnya.
Dampak Sosial dan Ekonomi
“Hilirisasi minyak dan gas diharapkan dapat memberikan dampak sosial ekonomi yang signifikan bagi Indonesia,” lanjutnya.
Namun, upaya hilirisasi di bagian hilir akan ada jika hulu berhasil. Lantas, apa peran hulu dalam mendukung ambisi pemerintah di sektor hilir?
Roberto melihat, hilirisasi migas bukanlah konsep baru. Bahkan, hilirisasi migas sudah dilakukan jauh sebelum hilirisasi di sektor mineral dan pesisir.
"Maka, tugas sektor hulu migas saat ini adalah terus memperluas dan mendukung perluasan sektor hilir melalui peningkatan produksi migas dalam negeri secara substansial?” imbuhnya.