14 Menit Arsenal untuk Bungkam Atletico: Dari Set-Piece dan Gyokeres yang Bangkit

1 day ago 3

Liputan6.com, Jakarta Arsenal kembali menghadirkan malam spektakuler di Emirates Stadium. Kali ini, giliran Atletico Madrid yang menjadi korban ledakan gol pasukan Mikel Arteta dalam laga Liga Champions penuh dominasi dan intensitas tinggi.

Dalam rentang waktu hanya 14 menit, The Gunners menghancurkan pertahanan yang selama ini dikenal solid. Empat gol lahir dalam tempo singkat, membuat publik London utara bergetar menyaksikan permainan paling atraktif Arsenal musim ini.

Viktor Gyokeres, yang sebelumnya mandul dalam delapan laga, menjadi sorotan besar. Dua golnya, meski terbilang beruntung, bisa menjadi titik balik penting bagi perjalanan kariernya bersama Arsenal.

Lebih dari sekadar kemenangan besar, laga ini menjadi pernyataan keras dari Arteta: Arsenal bukan hanya pesaing di Premier League, tapi juga kekuatan yang harus diperhitungkan di panggung Eropa.

Promosi 1

Gyokeres Bangkit di Tengah Ledakan Gol Arsenal

Bagi Viktor Gyokeres, malam di Emirates ini terasa seperti beban yang terangkat dari pundaknya. Striker asal Swedia itu sempat melewati delapan pertandingan tanpa mencetak gol dan terlihat kehilangan sentuhan di depan gawang.

Namun, semuanya berubah dalam tempo tiga menit. Gol pertamanya lahir setelah tembakannya membentur David Hancko dan berbelok arah menembus gawang Jan Oblak. Gol kedua datang tak lama kemudian, disambut dengan paha setelah umpan bola mati dari Declan Rice.

Meski dua golnya bukan yang paling menonjol di laga ini, maknanya sangat besar bagi kepercayaan diri sang striker. Publik Emirates menyambutnya dengan sorakan lega, sementara Arteta terlihat tersenyum tipis di pinggir lapangan, seolah tahu momen ini bisa mengubah musim Gyokeres.

Gol-gol Gyokeres melengkapi pesta Arsenal yang sudah lebih dulu dibuka oleh dua Gabriel: Magalhaes lewat sundulan khasnya dan Martinelli melalui serangan balik kilat yang mematikan.

Dominasi Total dan Racikan Set-Piece Arsenal

Arsenal menunjukkan bahwa keunggulan mereka bukan hanya soal permainan terbuka. Dua dari empat gol malam itu lahir lewat situasi bola mati, sesuatu yang kini menjadi senjata andalan di bawah arahan Arteta.

Declan Rice kembali menjadi maestro di balik bola mati. Tendangan bebasnya di awal laga disambut Magalhaes untuk membuka skor, sementara sepak pojoknya di akhir laga memicu gol kedua Gyokeres.

Atletico seolah-olah tahu apa yang akan terjadi, tapi tak mampu menghentikannya. Bagi mereka, ini bukan sekadar kekalahan, melainkan keruntuhan struktur defensif yang selama ini menjadi kebanggaan Diego Simeone.

Magalhaes sendiri tampil fenomenal. Selain mencetak gol dan memberikan assist, bek asal Brasil itu terus menebar ancaman setiap kali Arsenal mendapat bola mati. Ia bahkan bisa dibilang sebagai salah satu bek paling berbahaya di Eropa dalam urusan menyerang.

Arteta Lepas Rem: Arsenal yang Lebih Berani dan Berkarakter

Dalam beberapa musim terakhir, Arteta kerap dituduh terlalu berhati-hati. Namun, kali ini ia benar-benar melepaskan rem. Arsenal tampil ofensif sejak awal, dengan pressing tinggi dan kombinasi cepat yang mematikan di lini depan.

Keputusan memainkan Eberechi Eze sebagai playmaker terbukti tepat. Eze beberapa kali membongkar pertahanan Atletico, termasuk saat tembakannya membentur mistar setelah mengenai Hancko. Ia juga menciptakan peluang emas bagi Bukayo Saka yang nyaris berbuah gol, andai tidak diselamatkan oleh refleks brilian Jan Oblak.

Martinelli kembali menjadi pemain paling eksplosif di sisi kiri. Gol ketiganya di Liga Champions musim ini membuktikan bahwa ia mulai membangun reputasi sebagai spesialis kompetisi Eropa. Kombinasinya dengan Myles Lewis-Skelly dan Jurrien Timber di sisi sayap memperlihatkan betapa seimbangnya serangan Arsenal.

Arteta juga pantas dipuji atas keberanian memainkan dua full-back muda dengan karakter menyerang. Arsenal bukan hanya efisien, tetapi juga indah dilihat.

Read Entire Article
Bisnis | Football |