Liputan6.com, Jakarta Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Erick Thohir buka suara usai Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengambil sikap tegas buntut adanya pembatalan visa atlet Israel oleh pemerintah Indonesia untuk mengikuti Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2025 di Jakarta.
Sebagaimana diketahui, Indonesia Arena, Senayan memang kebagian jatah menggelar event kelas dunia tersebut mulai 19-25 Oktober mendatang.
Hanya saja, pemerintah Indonesia sebagai tuan rumah memutuskan untuk tidak mengeluarkan visa bagi atlet Israel yang menyebabkan mereka gagal bertanding. Langkah tersebut diambil menyusul adanya rangkaian penolakan dari organisasi masyarakat dan keagamaan di Indonesia.
Negara terkait sebenarnya sempat melayangkan banding kepada Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). Sayangnya, upaya mereka ditolak.
Buntut situasi itu, IOC mengadakan pertemuan jarak jauh guna membahas masalah ini. Mereka menggarisbawahi prinsip IOC bahwa seluruh atlet, tim, dan ofisial yang memenuhi syarat harusnya dapat berpartisipasi di berbagai kompetisi tanpa diskriminasi apa pun dari negara tuan rumah.
Adapun putusan sebagai respons atas masalah ini juga telah dituangkan oleh IOC dalam unggahan di situs resminya, 22 Oktober. Hal tersebut mengundang respons Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Erick Thohir.
Pembatalan visa atlet Israel di Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2025 sempat menuai sorotan. Namun, pihak penyelenggara menegaskan keputusan ini tidak berkaitan dengan isu politik, melainkan faktor keamanan. Simak penjelasan lengkapnya dalam video ini!
Bunyi Pernyataan Tegas IOC
Melansir situs resmi International Olympic Comittee, IOC EB memutuskan untuk mengakhiri segala bentuk dialog dengan NOC Indonesia terkait penyelenggaraan Olimpiade edisi mendatang, Youth Olympic Games, ajang olahraga Olympic hingga konferensi IOC apa pun.
Keputusan ini akan dijalankan sampai pemerintah Indonesia mampu memberi jaminan yang memadai kepada IOC bahwa akan mengizinkan akses ke negara bagi semua peserta, terlepas dari kewarganegaraannya.
IOC EB juga merekomendasikan seluruh federasi internasional agar tak lagi menyelenggarakan acara atau pertemuan olahraga internasional apa pun di Indonesia sampai bisa memberi jaminan memadai kepada federasi internasional bahwa negara akan mengizinkan semua peserta masuk, tanpa memandang kewarganegaran.
Lebih lanjut, IOC EB melakukan adaptasi prinsip kualifikasi untuk Olimpiade dengan meminta federasi internasional mencantumkan jaminan akses ke negara masing-masing bagi semua atlet dalam perjanjian menjadi tuan rumah penyelengaraan setiap kompetisi kualifikasi Olimpiade di seluruh dunia.
IOC selanjutnya meminta NOC Indonesia bersama Federasi Senam Internasional (FIG) agar datang ke markas besar IOC di Lausanne guna membahas situasi yang terjadi menjelang Kejuaraan Dunia Senam Artistik FIG ke -53.
Respons Menpora Erick thohir
Menanggapi pernyataan IOC, Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI) Erick Thohir buka suara menyampaikan alasan di balik sikap pemerintah Indonesia.
Dalam keterangan di unggahan Instagram-nya, Erick Thohir menjelaskan bahwa tanah air berpegang pada upaya menjaga keamanan, ketertiban umum, dan kepentingan publik dalam penyelenggaraan ajang internasional, yang juga berdasarkan UUD 1945.
"Kami di Kemenpora, sebagai wakil Pemerintah Indonesia, berpegang pada prinsip untuk menjaga keamanan, ketertiban umum dan kepentingan publik dalam setiap penyelenggaraan event internasional," tegas Menpora Erick dalam keterangan Instagram-nya.
"Langkah ini sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Prinsip ini juga berdasarkan UUD 1945 yang menghormati keamananan dan ketertiban umum dan juga kewajiban Pemerintah Negara Indonesia untuk melaksanakan ketertiban dunia."
"Atas dasar itu, Indonesia mengambil langkah untuk menghindari kedatangan delegasi Israel pada Gymnastics World Championships," lanjutnya.
Memahami Konsekuensi
Berkaitan dengan pernyataan tegas IOC, Erick Thohir juga menyatakan pihaknya paham bahwa langkah Indonesia bakal membawa konsekuensi tertentu.
Namun, dia menegaskan hal itu tidak akan meengaruhi komitmen pemerintah dan Kemenpora dalam mempersiapkan blueprint pembangunan olahraga nasional.
"Kami memahami bahwa keputusan ini membawa konsekuensi, di mana selama Indonesia tidak dapat menerima kehadiran Israel, IOC memutuskan bahwa Indonesia tidak dapat menjadi tuan rumah kejuaraan dunia, event Olimpiade, Youth Olympic Games, dan kegiatan lain di bawah payung Olimpiade," tulis Erick Thohir.
"Kemenpora dan Pemerintah tetap berkomitmen mempersiapkan blueprint pembangunan olahraga nasional, termasuk penguatan 17 cabang olahraga unggulan serta pembangunan pusat lathan tim nasional."
"Indonesia akan terus berperan aktif dalam berbagai ajang olahraga di tingkat Asia Tenggara, Asia, maupun dunia, sehingga olahraga Indonesia dapat menjadi duta dan cerminan kedigdayaan bangsa di mata dunia," pungkas Menpora Erick.