3 Hal Positif dan 2 Hal Negatif yang Patut Diperhatikan AC Milan

2 weeks ago 10

Liputan6.com, Jakarta Pertarungan antara Juventus dan AC Milan di Serie A akhir pekan kemarin berakhir tanpa pemenang. Skor kacamata 0-0 di Allianz Stadium menggambarkan laga yang berjalan hati-hati dan minim peluang, di mana kedua tim lebih banyak bermain aman ketimbang mengambil risiko.

Meski begitu, Milan sejatinya punya alasan untuk menyesal. Mereka mendapat penalti yang gagal dikonversi Christian Pulisic, sementara Rafael Leao juga menyia-nyiakan dua kesempatan emas yang seharusnya bisa mengubah hasil akhir. Juventus sendiri tak tampil lebih baik, dengan satu peluang besar Federico Gatti yang digagalkan penyelamatan gemilang Mike Maignan.

Bagi Milan, hasil ini memperpanjang catatan tak terkalahkan sekaligus menjaga tren clean sheet. Akan tetapi, kehilangan dua poin di laga sebesar ini membuat mereka harus merelakan posisi puncak klasemen. Dari laga yang berjalan keras dan penuh kehati-hatian itu, ada tiga hal positif dan dua hal negatif yang patut diperhatikan.

Benteng Pertahanan Milan Tetap Kokoh

Milan kembali menunjukkan kedisiplinan luar biasa di lini belakang. Lawan hanya memiliki satu peluang nyata melalui Federico Gatti, dan Mike Maignan tampil sigap menepis bola tersebut dengan refleks cepat.

Dengan hasil ini, Rossoneri telah mengoleksi lima clean sheet dalam enam laga terakhir. Satu-satunya gol yang bersarang ke gawang mereka hanya berasal dari penalti saat melawan Napoli. Artinya, Milan sudah lebih dari 540 menit tak kebobolan dari skema open play — statistik yang sangat impresif.

Trio bek tengah tampil rapat, sementara Alexis Saelemaekers dan Davide Bartesaghi bekerja keras di sisi sayap untuk mematikan pergerakan pemain muda Juventus seperti Yildiz dan Conceicao. Kedisiplinan dan fokus menjadi pondasi yang membuat Milan tetap kompetitif di papan atas.

Luka Modric, Otak Permainan di Tengah

Jika sektor pertahanan tampil solid, maka lini tengah Milan jadi sumber dominasi permainan. Luka Modric kembali menunjukkan kelasnya sebagai pengatur tempo, memainkan bola dengan presisi dan visi yang luar biasa.

Umpan panjangnya kepada Santiago Gimenez berbuah penalti setelah sang striker dijatuhkan di kotak terlarang. Bahkan, Modric sempat menciptakan peluang matang lain yang gagal dimanfaatkan Rafael Leao. Kendati Milan tak mampu mengubah dominasi menjadi kemenangan, kontrol di lini tengah menjadi fondasi penting bagi kestabilan permainan tim.

Adrien Rabiot dan Youssouf Fofana di sisi Juventus memang tampil cukup baik, tetapi Milan lebih efektif dalam mengatur ritme dan mengalirkan bola. Dengan Modric di tengah, aliran permainan Rossoneri selalu hidup.

Gimenez Mulai Menemukan Ritme

Santiago Gimenez belum mencetak gol lagi setelah melakukannya melawan Lecce, tetapi performanya menunjukkan arah positif. Pemain asal Meksiko itu terlihat semakin percaya diri, rajin menekan, serta menjadi ancaman konstan bagi pertahanan Juventus.

Ia hampir mencetak gol di babak pertama setelah melewati beberapa pemain Bianconeri, namun sepakannya masih bisa diamankan kiper. Di babak kedua, sundulannya juga hanya melenceng tipis. Meski tak mencetak gol, kontribusinya jelas terasa — dari pressing agresif hingga keberhasilannya memenangi penalti.

Kerja keras Gimenez tak luput dari perhatian pelatih. Allegri terus memberinya menit bermain, dan dengan performa seperti ini, hanya tinggal waktu sebelum ketajamannya kembali.

Pulisic dan Krisis Eksekusi Penalti

Christian Pulisic menjadi figur yang paling disayangkan usai duel di Turin. Setelah tampil menonjol dalam beberapa pekan terakhir, kali ini ia gagal menuntaskan penalti penting yang bisa memberi Milan kemenangan.

Sepakannya melambung, jauh dari sasaran. Padahal, situasinya cukup menguntungkan karena kiper Juventus sudah bergerak ke arah lain. Pulisic berusaha menebus kesalahan dengan aksi individu yang berujung tembakan keras, tapi Di Gregorio berhasil menepisnya.

Masalahnya, ini bukan insiden tunggal bagi Milan. Musim lalu mereka sudah gagal mengeksekusi empat penalti dari sembilan kesempatan. Kini, satu kegagalan di awal musim membuat tingkat keberhasilan mereka hanya 50 persen dari 10 penalti terakhir.

Meski begitu, secara pribadi Pulisic masih punya rekor bagus dengan 13 gol dari 15 penalti sepanjang kariernya. Dengan dukungan pelatih, ia diharapkan bisa segera menebus kegagalan ini.

Leao Masih Tertinggal dari Standar Pribadinya

Cedera membuat Rafael Leao baru kembali dalam dua pertandingan terakhir. Melawan Juventus, ia dimainkan sebagai pemain pengganti di babak kedua, tetapi gagal memberi dampak berarti.

Leao membuang dua peluang besar — satu dari jarak dekat yang bahkan tak mengarah ke gawang, dan satu lagi ketika sudah lepas dari kawalan dan tembakannya terlalu lemah. Untuk pemain dengan kualitas sepertinya, dua kegagalan itu tentu mengecewakan.

Wajar bila kondisinya belum 100 persen bugar setelah absen cukup lama. Akan tetapi, Milan butuh Leao dalam versi terbaiknya, terutama ketika lini serang mereka tengah kesulitan mencetak gol. Ketika pemain lain tampil efisien di belakang dan tengah, tugas Leao adalah mengembalikan daya ledak di lini depan.

Sumber: Sempre Milan

Klasemen Serie A/Liga Italia

Read Entire Article
Bisnis | Football |