5 Transfer Premier League yang Paling Mengecewakan Musim Ini: Dari Wirtz hingga Isak

Liputan6.com, Jakarta Musim panas 2025 menjadi salah satu periode transfer paling sensasional dalam sejarah Premier League. Lebih dari 3 miliar pounds dihabiskan oleh 20 klub, mencetak rekor baru sekaligus mempertegas status liga ini sebagai yang terkaya di dunia.

Total 155 pemain baru datang ke Inggris, menciptakan saga transfer yang menegangkan dan penuh kejutan. Namun di balik gemerlap angka fantastis dan presentasi megah di media sosial, tidak semua pemain langsung mampu beradaptasi dengan kerasnya sepak bola Inggris.

Bagi beberapa bintang mahal, harga selangit justru menjadi beban. Mereka kesulitan menemukan ritme, gagal memenuhi ekspektasi, dan kini menjadi sorotan tajam publik serta media.

Berikut lima pemain yang sejauh ini dianggap sebagai transfer terburuk Premier League musim ini, berdasarkan performa di awal kompetisi.

Kisah transfer Alexander Isak ke Liverpool sempat menjadi drama besar bursa musim panas. Newcastle menolak melepasnya hingga detik-detik akhir, sebelum akhirnya The Reds menebus sang striker dengan biaya mencapai 125 juta pounds, memecahkan rekor transfer Premier League.

Harapannya sederhana: Isak akan menjadi potongan terakhir dalam puzzle Liverpool untuk mempertahankan gelar. Namun, kenyataannya tak semudah itu. Setelah absen sepanjang pramusim karena mogok latihan di Newcastle, Isak tampak tertinggal secara fisik dan mental.

Pelatih Arne Slot memilih menurunkannya secara bertahap, bergantian dengan Hugo Ekitike yang justru tampil mengesankan. Hingga kini, Isak belum menunjukkan ketajaman yang sama seperti saat di St. James’ Park.

Bakatnya tak diragukan, tapi performanya belum sepadan dengan label “pemain termahal Liga Inggris.” Waktu masih panjang, namun start yang lambat ini jelas membuat para pendukung Liverpool waswas.

Ironisnya, pemain yang datang untuk menggantikan Isak juga belum memberi dampak. Newcastle membayar 55 juta pounds untuk memboyong Yoane Wissa dari Brentford, namun hingga kini, sang penyerang belum pernah benar-benar tampil.

Cedera lutut membuatnya menepi sejak awal musim, dan publik St. James’ Park masih menunggu debut resminya. Padahal, musim lalu Wissa mencetak 19 gol di Premier League dan dianggap sebagai salah satu striker paling efisien di luar “Big Six”.

Harga yang terlalu tinggi untuk pemain berusia 29 tahun jelas menjadi bahan kritik. Bahkan jika nanti sembuh, Wissa butuh waktu untuk kembali ke kondisi terbaiknya. Dengan jadwal padat di Eropa dan domestik, Newcastle bisa saja menyesali keputusan ini di akhir musim.

Dalam kondisi saat ini, Wissa lebih dikenal karena nominal transfernya yang berlebihan, bukan kontribusinya di lapangan.

Chelsea kembali jadi headline bursa transfer dengan deretan pembelian muda berharga tinggi. Salah satunya adalah Jamie Gittens, yang didatangkan dari Borussia Dortmund dengan banderol 51,5 juta pounds.

Gittens diharapkan bisa mengikuti jejak sukses Alejandro Garnacho dan Estevao, dua rekrutan muda yang langsung menonjol di awal musim. Namun, sejauh ini, ekspektasi itu belum terwujud.

Dalam tujuh penampilan, hanya tiga kali ia turun sebagai starter. Gittens memang cepat dan agresif, tetapi masih sering kehilangan bola dan belum mampu memberi kontribusi konkret di depan gawang. Tantangan bermain di Premier League jelas lebih berat dibanding Bundesliga.

Potensinya tetap besar, namun untuk saat ini, Gittens masih menjadi proyek jangka panjang ketimbang solusi instan bagi tim Enzo Maresca.

Ketika Liverpool menebus Milos Kerkez dari Bournemouth seharga 40 juta pounds, banyak yang menganggapnya langkah tepat untuk regenerasi. Andy Robertson dianggap sudah menurun, dan Kerkez yang baru berusia 21 tahun diproyeksikan menjadi bek kiri masa depan.

Namun debutnya di Anfield berjalan sulit. Dalam beberapa pertandingan awal, ia tampak kewalahan menghadapi tekanan intens lawan dan kerap membuat kesalahan posisi. Kekalahan dari Burnley menjadi puncak frustrasi, ketika Kerkez ditarik keluar di babak pertama karena nyaris diganjar kartu merah.

Walau punya naluri menyerang yang bagus, Kerkez belum menunjukkan kedisiplinan dan ketenangan yang dibutuhkan di level elite. Arne Slot bahkan dikabarkan mempertimbangkan mengembalikan Robertson ke posisi utama jika situasi tak membaik.

Bagi Liverpool, ini adalah contoh klasik bagaimana transisi generasi tidak selalu berjalan mulus, terutama ketika beban harga tinggi ikut menekan pemain muda.

Nama pertama di daftar ini tidak mengejutkan: Florian Wirtz, playmaker muda Jerman yang direkrut Liverpool dengan biaya 116 juta pounds. Transfer ini sempat disebut sebagai “penegasan era baru” di bawah Arne Slot, tapi sejauh ini, hasilnya jauh dari harapan.

Meski tampil menonjol di pramusim dan Community Shield, Wirtz gagal membawa pengaruh yang sama di kompetisi resmi. Dalam sembilan laga, ia belum mencetak gol maupun assist. Permainannya terlihat lamban, sering kehilangan bola, dan kesulitan beradaptasi dengan intensitas Premier League.

Masalahnya bukan hanya soal performa, tapi juga posisi. Slot tampak belum menemukan peran yang tepat untuknya, apakah sebagai gelandang serang klasik, atau penyerang bayangan di belakang striker.

Bakat Wirtz jelas luar biasa, namun hingga kini ia belum mampu menjadi sosok kreatif yang diharapkan Liverpool. Publik Anfield mulai tak sabar, dan jika situasi ini berlanjut, Wirtz bisa menjadi salah satu transfer gagal paling mahal dalam sejarah klub.