Danantara Bisa Saingi Temasek dan Khazanah, tapi Ada Syaratnya

10 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Sekretaris Jenderal BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Anggawira, menilai bahwa kehadiran Danantara sebagai sovereign wealth fund Indonesia membuka peluang besar bagi pembangunan ekonomi nasional.

Bahkan, jika dikelola secara profesional dan konsisten, Danantara dinilai memiliki potensi untuk menyaingi lembaga sejenis seperti Temasek dari Singapura dan Khazanah dari Malaysia.

"Peluangnya terbuka, namun butuh komitmen konsistensi jangka panjang. Temasek dan Khazanah sudah puluhan tahun membangun reputasi dengan prinsip profesionalisme, meritokrasi, dan investasi berbasis nilai tambah strategis, bukan sekadar kepentingan politik sesaat," kata Anggawira kepada Liputan6.com, Selasa (29/4/2025).

Bangun Reputasi Puluhan Tahun

Ia menjelaskan, bahwa Temasek dan Khazanah telah membangun reputasi selama puluhan tahun dengan mengedepankan profesionalisme, meritokrasi, dan investasi berbasis nilai tambah strategis, bukan kepentingan politik sesaat.

Menurut Anggawira, Danantara bisa melampaui pencapaian kedua lembaga tersebut jika mampu menerapkan tata kelola perusahaan (GCG) yang ketat.

Selain itu juga struktur investasi yang fokus pada profitabilitas dan keberlanjutan, sistem meritokrasi dalam pengelolaan SDM, serta menjaga independensi dari tarik-menarik kepentingan politik jangka pendek.

"Jika Danantara mampu menerapkan Tata kelola perusahaan (GCG) yang ketat, struktur investasi yang berbasis profitabilitas dan keberlanjutan, sistem meritokrasi dalam pengelolaan SDM, dan menjaga independensinya dari tarik-menarik politik jangka pendek, maka Danantara bukan hanya bisa sejajar, tetapi berpotensi melampaui," jelasnya.

Harapan HIPMI terhadap Danantara

Dari perspektif pengusaha, Anggawira menyebut bahwa Danantara menghadirkan peluang besar untuk mendorong investasi dan kolaborasi strategis.

"Bagaimana pengusaha melihat Danantara dan peluang investasi?Dari kacamata pengusaha, kehadiran Danantara membuka peluang besar," ujarnya.

Menurutnya, jika dikelola secara terbuka, profesional, dan akuntabel, Danantara bisa menjadi co-investor terpercaya untuk proyek strategis, mendorong kolaborasi antara BUMN dan sektor swasta, terutama pengusaha muda, membuka peluang private-public partnership di sektor-sektor baru seperti energi terbarukan, digitalisasi, manufaktur berbasis teknologi, dan infrastruktur hijau.

Meski demikian, ia mengingatkan adanya tantangan besar, terutama dalam memastikan bahwa birokrasi tidak menghambat fleksibilitas bisnis Danantara.

"Namun tantangannya adalah memastikan birokrasi tidak menghambat fleksibilitas bisnis Danantara. Kecepatan pengambilan keputusan, efisiensi eksekusi, dan kepastian hukum menjadi kunci untuk menarik investasi, baik dari dalam maupun luar negeri," ujarnya.

HIPMI berharap Danantara dapat membangun ekosistem investasi yang sehat, inovatif, dan kompetitif bukan menjadi tempat parkir aset pasif, tapi motor penggerak baru ekonomi nasional.

CEO Danantara Rosan Sebut 844 BUMN Ikutan Bergabung ke Danantara

Sebelumnya, sebanyak 844 badan usaha milik negara (BUMN) resmi bergabung ke Danantara Indonesia. Ini mencakup anak perusahaan, cucu perusahaan hingga cicit perusahaan.

Hal ini diungkapkan Chief Executive Officer (CEO) Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) Rosan Roeslani.

"Sejak di launching oleh Presiden Prabowo (24 Februari 2025), kami bergerak cepat. Per 21 Maret 2025, seluruh BUMN yang berjumlah 844 sudah resmi menjadi bagian milik dari Danantara Indonesia," ujar Rosan melansir Antara di Jakarta, Senin (28/4/2025).

Rosan mengungkapkan dengan bergabungnya anak usaha hingga cicit BUMN itu, pihaknya bisa melakukan konsolidasi untuk bertumbuh bersama secara bertahap demi berdampak besar terhadap perekonomian Indonesia.

"Ada anak (perusahaan BUMN), cucu, cicit, di bawahnya cicit lagi, jadi total itu ada 844 perusahaan. Itu sudah resmi berada di Danantara sejak 21 Maret 2025. Jadi, kami bisa melakukan konsolidasi, dan kami sudah lakukan secara bertahap, bersama-sama terhadap yang besar-besar, yang mempunyai dampak besar terhadap perekonomian," ujar Rosan.

Dalam kesempatan ini, ia menyebut Danantara Indonesia hadir di saat dunia sedang menghadapi ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, yang terbaru yaitu adanya kebijakan tarif dari Amerika Serikat (AS).

"Danantara hadir dalam waktu sangat tepat, karena kita lihat tensi geopolitik ekonomi dunia semakin meningkat dan menyadarkan banyak bangsa, bahwa kita harus menyandarkan pada ekonomi kita sendiri," ujar Rosan.

Read Entire Article
Bisnis | Football |