Liputan6.com, Jakarta- Kabar mengejutkan datang dari PSBS Biak menjelang berakhirnya BRI Liga 1 2024/2025. Klub asal Papua itu bakal ditinggal Eveline Sanita Injaya sebagai Presiden Direktur setelah musim 2024/2025 rampung. Kegaduan di internal tim menjadi penyebab Eveline memilih angkat kaki.
Eveline mulai bergabung dengan PSBS pada pertengahan musim BRI Liga 2 2024/2025. Sejak kedatangannya, Eveline mampu membantu PSBS hingga bisa sesukses saat ini.
Bersama Eveline, PSBS meraih lima kemenangan, tujuh imbang, dan tiga kekalahan. Tim berjulukkan Badai Pasifik itu kini bertengger di posisi ketujuh klasemen sementara Liga 1 2024/2025.
Berada di urutan tujuh menjadi prestasi luar biasa bagi PSBS. Pasalnya mereka berstatus klub promosi di musim 2024/2025 setelah musim lalu menjadi juara Liga 2.
"Untuk saya, ini menjadi suatu pencapaian yang luar biasa. Kami sempat terseok-seok di awal putaran kedua Liga 1 2024/2025. Tapi ternyata kami bisa bangkit dan sekarang duduk di posisi keenam. Ini apresiasi yang sangat besar untuk manajemen tim, ofisial, dan pemain," kata Eveline, Rabu (14/5/2025).
Namun, kesuksesan PSBS Biak saat ini ternyata berbanding terbalik dengan suasana di dalam manajemen tim tersebut. Wanita yang hobi olahraga jetski itu merasakan adanya kegaduhan di internal manajemen PSBS Biak. Sebagai petinggi klub, Eveline sudah tidak tahan melihatnya lagi.
"Belakangan ini terjadi sedikit kegaduhan di internal manajemen. Mungkin lebih ketidakcocokan dalam manajemen saja. Saya merasa di dalam PSBS Biak ini seperti ada dua manajemen. Jadi bentrok terus," kata Eveline.
Eveline Mundur karena Sudah Tidak Nyaman
Kondisi ini membuat Eveline akhirnya memilih mundur dari jabatannya selepas berakhirnya BRI Liga 1 2024/2025. Eveline masih akan terus bekerja di sisa dua laga terakhir PSBS saat melawan Arema FC dan Dewa United. Laga tersebut masih berarti bagi PSBS untuk menjaga posisi di papan atas pada klasemen akhir.
Keputusan Eveline mundursudah bulat. Eveline merasa tidak nyaman bekerja di dalam manajemen PSBS Biak. Setiap langkah dan keputusan yang mau diambilnya, selalu diintervensi.
"Saya tidak leluasa mengambil keputusan. Banyak intervensi juga. Mungkin masalah terbesarnya ya ada di dana. Saya sebagai Presiden Direktur PSBS Biak tidak bisa menjalankan kewajiban saya sepenuhnya," kata Eveline dalam keterangan resminya kepada wartawan, Rabu (14/5/2025).
"Ini tidak membuat saya nyaman untuk bekerja. Saya sebagai salah satu petinggi di klub ini tidak bisa mengambil keputusan sesuai yang saya inginkan.”
Sumber Dana Sempat Dihentikan
Menurut Eveline, pemilik saham mayoritas di PSBS Biak sempat menyetop sumber dana operasional tim karena permasalahan di internal manajemen. Menurut Eveline, ini yang membuat kondisi di internal manajemen PSBS Biak berantakan.
"Dalam tiga bulan terakhir, pemegang saham menarik diri untuk menyetop dukungan kepada kami karena kegaduhan itu. Dan selama tiga bulan itu ada permasalahan tunggakan gaji dan hutang ke beberapa vendor. Ini yang membuat saya tidak nyaman menjalani profesi sebagai Presiden Direktur PSBS Biak," papar Eveline.
Melihat suasana di dalam manajemen tim semakin kacau, Eveline memohon kepada pemilik saham untuk masuk lagi membantu PSBS Biak. Eveline tidak mau marwah sepak bola di Papua jelek karena adanya isu keterlambatan gaji.
"Pemain-pemain juga sudah banyak yang memberikan komplain langsung kepada saya karena telat gaji, bonus, dan lain-lain. Setelah pemegang saham itu masuk lagi, baru sekarang kami bisa menyelesaikan dua laga terakhir di musim ini," kata Eveline.
Eveline mengatakan suasana yang tidak nyaman di dalam manajemen membuat ada usulan dari seseorang untuk menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PSBS Biak. RUPS itu semula ingin digelar di Biak pada Rabu (14/5/2025).
Eveline dan pemilik saham mayoritas sudah hadir di Biak. Namun, tiba-tiba ada satu hal yang membuat RUPS itu batal digelar.
Pemain Terus Berjuang
Eveline sangat menyayangkan itu. Sebab, dengan RUPS ini akan terlihat masa depan PSBS Biak ke depan yang masih bertahan di kompetisi sepak bola tertinggi di Indonesia
“Semula kami dari manajemen sepakat untuk melakukan RUPS pada 14 Mei 2025 di Biak. Tanggal tersebut sudah ditentukan oleh salah satu pemegang saham minoritas. Tapi saat H-2, orang tersebut memutuskan untuk membatalkan RUPS. Hal ini yang membuat saya semakin tidak nyaman berada.”
“Bagi saya PSBS adalah tim penting. Kami seperti keluarga dengan para pemain dan pelatih. Kami memikirkan masa depan tim ini seperti apa untuk ke depan setelah bertahan di Liga 1,” ujar Eveline.
Di balik kegaduhan ini, Eveline sangat bangga dengan kinerja pemain tim pelatih dari PSBS Biak. Fabiano Beltrame dkk tetap profesional menjalankan tugasnya demi membawa PSBS Biak berprestasi.
"Saya sangat bangga dengan pemain walaupun ada kegaduhan ini. Sebagai tanggung jawab, saya akan tetap bersama tim hingga akhir musim. Mari berjuang bersama-sama," tutup ibu dari tiga anak itu.