Liputan6.com, Jakarta - Real Madrid mengakhiri 2024/2025 dengan tangan hampa. Mereka gagal menjuarai Piala Dunia Antarklub 2025 usai disingkirkan Paris Saint-Germain di semifinal.
Les Parisiens tak memberi ampun kepada pasukan Los Blancos dengan mencetak empat gol tanpa balas, Kamis (10/7/2025). Tiga gol awal PSG dicetak saat laga baru berjalan 25 menit. Bahkan, dua gol pertama pasukan Luis Enrique datang dari blunder dua bek tengah El Real.
Kekalahan ini membuka lebar masalah yang terjadi pada sistem permainan Real Madrid sejak musim 2024/2025. Xabi Alonso yang baru saja ditunjuk menggantikan Carlo Ancelotti menjadi pelatih utama nampaknya perlu melihat masalah apa saja yang terjadi pada skuad Los Merengues itu.
“Saya mau kekalahan ini berdampak pada tim, tapi bukan berarti membuat kami terpuruk,” ujar pelatih berumur 43 tahun tersebut.
Tentunya, fans berharap para pemain Madrid mampu reset dan bangkit sebelum memulai musim depan pada Agustus nanti, terutama setelah Alonso memberi janji usai laga melawan PSG.
“Pada Agustus kita akan memulai musim 2025/2026 yang tentunya akan berbeda.”
Organisasi Pertahanan yang Rapuh
Sepanjang musim 2024/2025, Los Blancos telah dibobol total 84 kali di seluruh kompetisi, termasuk pada turnamen Piala Dunia Antarklub 2025. Angka ini menyamai rekor kebobolan terbanyak mereka dalam satu musim pada 1998/1999.
Cedera, inkonsistensi, hingga sistem yang buruk menjadi alasan utama lini belakang El Real terus dihujani serangan lawan. Mereka juga tak kunjung menemukan duet bek tengah yang meyakinkan.
“Dari sudut pandang saya, kami selalu terlambat untuk datang (menutup pergerakan). Semua pemain tidak dalam posisi yang baik dan itulah mengapa kami kalah. Kami tidak cukup dekat dengan mereka,” ungkap kiper Real Madrid, Thibaut Courtois, pasca laga menghadapi PSG.
Sistem yang Selalu Berubah
Bergantinya tim kepelatihan dari Carlo Ancelotti ke Xabi Alonso tentunya membuat para pemain Los Merengues harus beradaptasi ulang. Hal ini tentunya tidak ideal, mengingat jarak antara akhir musim 2024/2025 dengan gelaran Piala Dunia Antarklub tidaklah panjang.
Musim lalu, Ancelotti sering menggunakan formasi 4-3-3, di mana trio lini depan akan diisi oleh Vinicius Jr, Kylian Mbappe, dan Rodrygo Goes. Akan tetapi, pada gelaran Piala Dunia Antarklub kemarin, Alonso mencoba mengaplikasikan taktik andalannya di Leverkusen, yaitu dengan memainkan tiga bek tengah.
Hasil melawan PSG kemarin membuktikan bahwa para pemain Madrid belum beradaptasi penuh dengan sistem baru tersebut.
Meski begitu, kekalahan kemarin memberikan tambahan waktu yang dapat dimanfaatkan Alonso untuk mensukseskan teorinya sebelum bergulirnya musim 2025/2026.
Ego para Bintang yang Mesti Diredam
Memiliki pemain bintang seperti Vini Jr, Kylian Mbappe, hingga Jude Bellingham tentunya akan sangat membantu tim dalam meraih kemenangan. Akan tetapi, ada ego dari para superstar ini terkadang membuat tim sulit untuk berkembang.
Di sinilah tugas Xabi Alonso sebagai pelatih untuk dapat membuat para bintang ini bermain sebagai tim yang utuh. Sebagai pelatih yang juga seorang legenda sepak bola, Alonso harus menunjukkan bahwa kolektifitas tim jauh lebih penting dari sekedar ego individu yang dimiliki seorang pemain.
Apabila Alonso mampu menangani persoalan-persoalan yang tengah hinggap di kubu Los Blancos, bukan tidak mungkin mereka mampu kembali ke persaingan gelar juara pada musim 2025/2026 mendatang.