Fakta dan Analisis: 2 Alasan Transfer Granit Xhaka ke Juventus Kecil Kemungkinan Terjadi

Liputan6.com, Jakarta Nama Granit Xhaka baru-baru ini mencuat jelang bursa transfer Januari setelah Juventus dikabarkan membidiknya untuk memperkuat lini tengah. Gelandang 33 tahun Swiss itu tampil konsisten di Sunderland dan dipandang sebagai sosok berpengalaman yang dapat menambah kedalaman skuat Bianconeri. Akan tetapi, laporan dari jurnalis bursa transfer Alfredo Pedulla menunjukkan bahwa proses ini tidak sesederhana yang terlihat.

Pedulla menekankan bahwa ada sejumlah kendala yang membuat Juventus berpikir ulang. Xhaka memang merupakan gelandang berkualitas, tetapi situasinya saat ini tidak sepenuhnya mendukung perpindahan tersebut. Juventus memang mencari tambahan tenaga di lini tengah, tetapi langkah ini harus benar-benar diperhitungkan mengingat kondisi klub.

Di tengah performa Juventus yang belum stabil pada era awal Luciano Spalletti, kebutuhan akan pembaruan sistem permainan ikut memengaruhi strategi rekrutmen. Situasi ini pada akhirnya membuat kemungkinan datangnya Xhaka semakin kecil, setidaknya untuk jendela transfer terdekat.

Pedulla menegaskan bahwa faktor terbesar yang menghambat transfer ini adalah keinginan Xhaka sendiri. “Xhaka bahagia di Sunderland, dan saya tidak yakin Juventus bisa berinvestasi begitu banyak pada pemain yang sudah tidak muda lagi,” ujarnya dalam video YouTube terbarunya untuk Football Italia. Sang gelandang sudah berusia 33 tahun, dan Juventus cenderung lebih berhati-hati saat menyangkut pemain di atas 30 tahun.

Selain faktor usia, potensi biaya transfer turut menjadi hambatan. Sunderland tentu tidak akan melepas sang kapten tanpa harga yang layak. Jika banderolnya menembus angka besar—misalnya di kisaran €10-15 juta (sekitar Rp175-262 miliar)—Juventus harus mempertimbangkan ulang karena mereka tengah mengatur ulang struktur manajemen, termasuk mencari direktur olahraga baru. Situasi internal ini membuat keputusan besar sulit diambil dalam waktu singkat.

Pedulla juga menambahkan bahwa Juventus berada dalam masa transisi. “Juventus akan memutuskan nanti apa yang harus dilakukan. Mereka harus merekrut direktur olahraga baru; masih ada sedikit kebingungan,” katanya. Artinya, prioritas klub saat ini bukan mengejar pemain veteran dengan biaya tinggi.

Alasan kedua yang membuat transfer mantan gelandang Arsenal dan Bayer Leverkusen itu tampak sulit adalah fokus Juventus terhadap perubahan taktik di bawah Spalletti. Setelah hasil imbang tanpa gol kontra Torino, Spalletti mengisyaratkan perubahan sistem permainan. Pedulla pun memperkirakan bahwa sang pelatih akan mengubah formasi dasar.

“Saya memperkirakan Spalletti beralih ke pertahanan empat pemain, sistem 4-3-3,” ujarnya. Perubahan ini menuntut profil pemain tertentu yang lebih dinamis, cepat, dan fleksibel di lini tengah. Xhaka, yang lebih berperan sebagai pengatur tempo dengan mobilitas terbatas, mungkin tidak sesuai sepenuhnya dengan pendekatan baru tersebut.

Pedulla melanjutkan, “Mulai sekarang, saya berharap melihat tangan Spalletti, meraih banyak poin, dan menunjukkan identitas sang pelatih.” Artinya, fokus Juventus adalah membangun fondasi sepak bola yang stabil terlebih dahulu sebelum memutuskan apakah mereka perlu membeli gelandang baru, dan jika iya, profil seperti apa yang benar-benar paling cocok.

Dengan Juventus yang baru meraih satu kemenangan dan dua hasil imbang dalam tiga laga pertama era Spalletti, kebutuhan terbesar mereka saat ini adalah konsistensi, bukan eksperimen transfer yang berisiko tinggi.

Sumber: Football Italia