Israel Makin Serampangan, Gempur Area Dekat Istana Presiden Suriah

13 hours ago 5

Jakarta, CNN Indonesia --

Israel menyerang area dekat Istana Kepresidenan Suriah di Damaskus secara membabi buta pada Jumat (2/5) kala kekerasan terhadap warga minoritas Druze terus meningkat.

Dalam rilis resmi, Pasukan Pertahanan Israel (Israeli Defence Forces/IDF) menyatakan mereka meluncurkan serangan udara dekat istana kepresidenan Suriah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jet-jet tempur menyerang dekat area istana," demikian pernyataan militer Israel, dikutip AFP.

Serangan Israel ini dilancarkan setelah Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengancam akan intervensi Suriah jika Damaskus tidak juga melindungi warga minoritas Druze yang tengah menjadi target kekerasan di negara tersebut. 

Katz menegaskan Israel akan merespons "dengan kekuatan signifikan" jika pemerintah Suriah mengabaikan seruan tersebut.

Komunitas Druze memiliki sejarah sendiri dengan Israel. Di masa-masa kepemimpinan Sunni di Yerusalem yang mengancam, komunitas Druze berpihak ke Yahudi dalam perang 1948.

Sejak saat itu, tentara Druze bertempur untuk Israel dalam setiap perang Arab-Israel. Selain itu, jumlah warga di Druze di negeri Zionis cukup besar yakni sekitar 140.000, demikian dikutip Britannica.

Pekan ini, pertempuran terjadi antara pasukan keamanan Suriah dan aliansinya melawan kelompok minoritas Druze.

Lembaga pemantau hak asasi manusia berbasis di Inggris, Syrian Observatory, melaporkan ada 103 kematian mencakup 30 loyalis pemerintah, 21 dari komunitas Druze, dan 10 warga sipil.

Di jantung kota Sweida, 40 anggota Druze juga tewas dan 35 lainnya dalam penyerbuan di jalan Sweida-Damaskus pada Rabu.

"[Mereka] dibunuh pasukan yang berafiliasi dengan kementerian dalam negeri dan pertahanan serang orang bersenjata yang terkait," demikian menurut Syrian Observatory.

Kekerasan itu mencuat usai beredar rekaman audio yang dituduh suara warga Druze dengan pernyataan-pernyataan hujatan. AFP tak bisa mengonfirmasi rekaman itu.

Pemimpin kelompok Druze Sheikh Hikmat Al Hijri mengecam kekerasan itu dan menyebut sebagai "kampanye genosida yang tak bisa dibenarkan."

Dia juga meminta intervensi pasukan internasional untuk menjaga perdamaian dan "mencegah kejahatan ini berlanjut."

Menteri Luar Negeri Suriah Assad Al Shaibani juga menyerukan persatuan nasional sebagai dasar yang kuat untuk proses stabilisasi.

"Seruan keterlibatan pihak eksternal, dengan dalih atau slogan apapun, hanya akan membuat kemerosotan dan perpecahan lebih lanjut," kata Al Shaibani.

Sebelumnya, pembantaian massal juga menimpa kelompok Alawi pada Maret lalu. Pasukan keamanan Suriah dan milisi mereka dilaporkan telah membunuh lebih dari 1.700 warga sipil Alawi.

Kekacauan di Suriah terjadi setelah milisi Hayat Tahrir Al Sham (HTS) menggulingkan presiden sebelumnya Bashar Al Assad pada Desember 2024. Komunitas Alawi dianggap sebagai pendukung Assad.

Sejak saat itu, Israel terus menggempur Damaskus. Mereka juga melihat pasukan keamanan Suriah sebagai kelompok ekstremis.

(isa/rds)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Bisnis | Football |