Liputan6.com, Jakarta AC Milan kini menemukan kembali jiwa kepemimpinan yang lama hilang. Kehadiran Luka Modric disebut menjadi katalis kebangkitan Rossoneri musim ini.
Legenda Milan, Alessandro Costacurta, menilai Modric membawa aura positif yang telah lama dirindukan klub. Pengaruh sang gelandang veteran tak hanya terlihat dari teknik bermain, tetapi juga dari wibawa dan cara ia membimbing rekan setimnya.
Modric bergabung dengan Milan secara gratis setelah meninggalkan Real Madrid. Sejak itu, pemain asal Kroasia tersebut bertransformasi menjadi jenderal lini tengah yang memainkan peran mirip Andrea Pirlo di masa lalu.
Kemenangan 2-1 atas Fiorentina menjadi bukti nyata dampak Modric di lapangan. Costacurta menilai karisma dan kecerdasan sepak bolanya menjadi kunci di balik kebangkitan Milan di bawah Massimiliano Allegri.
Modric Membawa yang Selama Ini Hilang dari Milan
Dalam wawancaranya dengan Gazzetta dello Sport, Alessandro Costacurta memuji kehadiran Modric di skuad AC Milan. Ia menilai gelandang berusia 39 tahun itu bukan sekadar pemain, tetapi juga sosok guru bagi rekan-rekannya.
Costacurta menegaskan bahwa Milan terlalu lama tidak memiliki pemain dengan karakter dan wibawa seperti Modric. Pengalaman panjangnya di level tertinggi membuatnya menjadi panutan di ruang ganti maupun di lapangan.
“Modric telah mengajarkan sepak bola selama 20 tahun,” kata Costacurta kepada Gazzetta dello Sport.
“AC Milan sudah terlalu lama tidak memiliki pemimpin dengan karisma seperti itu. Tak heran, dari Boban hingga Ancelotti, semua mengatakan bahwa selain pemain hebat, dia juga pribadi yang luar biasa.”
Kehadiran Modric Hidupkan Kembali Jiwa Milan
Costacurta juga menyoroti dampak emosional dan psikologis yang dibawa Modric sejak tiba di Milanello. Ia menilai Modric dan Adrien Rabiot menjadi sosok yang menikmati proses membimbing dan menanamkan semangat kompetitif dalam tim.
Menurutnya, Milan memang memiliki kualitas teknis untuk bersaing di papan atas. Namun, selama ini mereka kekurangan figur yang mampu menyatukan ruang ganti dan memberi arah di tengah tekanan besar.
“Datang ke tim yang membutuhkan revitalisasi dan kekurangan kepribadian justru menjadi hal positif,” ujar Costacurta. “Pemain seperti Luka dan Rabiot berkembang dalam situasi seperti itu. Mereka menikmati menjelaskan sepak bola.”
Ia menambahkan, “Secara teknis, tim ini memiliki semua yang dibutuhkan untuk menang, tapi dulu kurang pemimpin. Sekarang, hal itu sudah berubah.”