Liputan6.com, Jakarta- Mimpi buruk Manchester United mencapai klimaks menyakitkan setelah kekalahan telak 1-4 melawan Newcastle United pada Minggu sore di benteng St James' Park. Kekalahan ini bukan sekadar angka di papan skor, melainkan penanda sejarah kelam yaitu musim terburuk klub sepanjang era Liga Premier telah terkonfirmasi.
Rekor menyedihkan sebelumnya yakni 58 poin pada musim 2021-22 kini tergantikan oleh prestasi yang lebih mengecewakan. Di bawah arahan Ruben Amorim, tim legendaris ini kini baru mengumpulkan 38 poin dari 32 pertandingan.
Drama di St James' Park menjadi simbol kehancuran musim ini. Sandro Tonali memulai pesta gol Newcastle, dilanjutkan dengan brace brilian dari Harvey Barnes dan sentuhan akhir dari Bruno Guimaraes. Kemenangan fantastis membawa The Magpies melesat ke posisi ketiga klasemen liga.
Secara matematis, Manchester United hanya bisa mengumpulkan maksimal 56 poin dengan catatan mereka harus memenangkan seluruh enam pertandingan yang tersisa. Namun, bahkan prestasi itu tetap akan menjadi catatan terburuk dalam sejarah keikutsertaan mereka di Liga Premier.
Sebuah musim yang bermula dengan harapan kini berakhir dengan statistik yang menyesakkan. Para pendukung hanya bisa bertanya-tanya karena ke mana arah Manchester United selanjutnya dalam perjalanan mencari kejayaan yang hilang.
Era Kegelapan Setan Merah
Kerajaan sepakbola Manchester United terus terpuruk dalam pusaran krisis, membeku di posisi ke-14 klasemen Liga Premier. Hanya terpaut tiga poin dari West Ham United yang berada di ambang zona degradasi, sang juara 20 kali Liga Inggris ini mengalami musim domestik yang nyaris tak terbayangkan.
Namun di tengah badai domestik, setitik cahaya harapan masih tersisa. Manchester United masih memiliki jalur alternatif menuju panggung elit Liga Champions musim depan melalui kompetisi Liga Europa.
Skuad asuhan Ruben Amorim saat ini tertahan dengan skor imbang 2-2 melawan Lyon pada leg pertama perempat final. Kedua tim akan kembali berhadapan dalam pertarungan penentuan di Old Trafford pada Kamis malam, dengan tiket semifinal sebagai taruhannya.
Pertandingan krusial ini bukan hanya sekadar soal lolos ke babak selanjutnya, melainkan peluang terakhir menyelamatkan musim yang berantakan. Mampu mengamankan trofi Liga Europa dan tiket Liga Champions akan memberikan sedikit penghiburan di tengah musim domestik terburuk dalam sejarah klub.
Roy Keane Sebut Manchester United Diremukkan Secara Fisik dan Mental
Legenda Manchester United Roy Keane tak menahan amarahnya setelah menyaksikan kehancuran mantan klubnya di St James' Park. Dengan kata-kata setajam belati, mantan kapten berkarakter keras ini menghajar performa menyedihkan Setan Merah.
"Kita terus mencari pembenaran untuk tim ini. Faktanya, tidak cukup banyak pemain yang mau berlari," tukas Keane dalam analisanya di Sky Sports News. Pernyataannya begitu telak, menohok tepat di jantung masalah United.
Dengan nada penuh kekecewaan, Keane melanjutkan kritik pedasnya. "Manchester United sekarang adalah tim yang lemah baik secara fisik maupun mental. Newcastle tampil terlalu cepat, terlalu kuat, dan jauh lebih bertekad. Mereka pantas mendapatkan kemenangan ini."
Meski Newcastle mendapat pujian atas performa gemilangnya, fokus Keane tetap pada kelemahan mantan klubnya. "Ada pembicaraan sebelum pertandingan bahwa keadaan akan membaik, tapi saya tidak melihatnya. Saya sungguh khawatir dengan kelompok pemain ini karena mereka tidak tampak seperti tim yang tangguh secara mental."
Tantangan berat menanti Manchester United di sisa musim. Tim asuhan Ruben Amorim masih harus menghadapi Wolverhampton Wanderers, Bournemouth, Brentford, West Ham United, Chelsea, dan Aston Villa dalam enam laga liga tersisa. Belum lagi potensi empat pertandingan tambahan di Liga Europa jika mereka mampu melaju hingga final.