Paruh Musim Enzo Maresca: Apa Saja yang Sudah Berubah dan Apa yang Masih Jadi PR Chelsea?

Liputan6.com, Jakarta - Perjalanan Chelsea pada paruh pertama musim 2025/2026 sejauh ini memberikan gambaran jelas mengenai perkembangan Enzo Maresca sebagai pelatih kepala.

Dengan pengalaman terbatas sebelum datang ke Stamford Bridge, ia memasuki musim ini dengan kebutuhan besar untuk belajar dan beradaptasi. Dinamika performa tim menunjukkan bahwa proses itu masih berlangsung.

Di satu sisi, kemenangan penting atas Barcelona dan hasil imbang melawan Arsenal memperlihatkan potensi yang sedang dibangun Maresca. Namun, kekalahan dari Leeds United dan hasil mengecewakan melawan Bournemouth hingga Atalanta menggarisbawahi inkonsistensi The Blues.

Situasi ini menghadirkan pertanyaan dari para pendukung mengenai sejauh mana progres yang telah dicapai. Dalam berbagai kesempatan, Maresca menyebut musim ini sebagai fase pembelajaran.

Perubahan yang ia lakukan terlihat bertahap, termasuk dalam fleksibilitas taktik dan penanganan rotasi skuad. Namun, beberapa kelemahan mendasar masih menuntut solusi yang lebih optimal.

Maresca sendiri mengakui pada awal musim bahwa ia masih harus belajar banyak dalam mengelola berbagai situasi pertandingan. Pernyataannya pada konferensi pers September menggambarkan kesadaran itu.

“Sebagai manajer, saya merasa lebih baik daripada tahun lalu. Saya belajar. Yang pasti, ada banyak, banyak hal yang perlu saya pelajari," kata Maresca.

Salah satu progresnya terlihat ketika Chelsea bermain dengan 10 pemain melawan Arsenal. Keputusannya mempertahankan Liam Delap sebagai target tinggi membuat tim tetap agresif meski dalam kondisi tertekan.

Pendekatan itu membantu Chelsea mengamankan satu poin. Fleksibilitas lain tampak saat ia menyesuaikan tempo permainan sesuai kebutuhan.

Penempatan Pedro Neto sebagai striker untuk memanfaatkan garis tinggi Barcelona, serta dua gol cepat melalui bola panjang saat menghadapi PSG, menjadi bukti bahwa ia mulai berani keluar dari filosofi permainan sabar yang ia sukai.

Absennya sejumlah pemain kunci menjadi tantangan besar. Chelsea menjalani musim tanpa Cole Palmer dan Levi Colwill dalam waktu panjang, tapi tetap mampu menjaga produktivitas dengan mencetak gol dalam 20 laga berturut-turut sejak pembuka musim melawan Crystal Palace.

Dalam membangun serangan dari belakang, peran Colwill digantikan cukup efektif oleh Moises Caicedo yang turun menyokong lini belakang. Trevoh Chalobah juga berkembang dalam posisi bek tengah kiri, membentuk kombinasi lebih stabil bersama Wesley Fofana.

Namun, kendala muncul ketika Caicedo absen. Kekalahan dari Leeds dan kesulitan melawan Bournemouth menunjukkan kebutuhan Chelsea untuk menata ulang struktur permainan tanpa kehadirannya.

Ketergantungan pada beberapa pemain dalam fase tertentu masih menjadi masalah yang belum terpecahkan. Rotasi juga memberi tantangan tersendiri.

Meski kebijakan konservatif ini menjaga kondisi pemain seperti Reece James, hubungan antarpemain di lapangan menjadi sulit terbentuk.

Pergantian di tengah laga kadang justru merusak ritme, seperti keputusan mengganti Chalobah saat unggul tipis melawan Atalanta, atau menarik Enzo Fernandez di momen tim membutuhkan kreativitas.