Perang Iran-Israel, Pakar Inggris Bahas soal Ancaman Perang Dunia 3

5 hours ago 1
Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Ketegangan antara Iran dan Israel yang mencapai puncaknya dalam konflik yang kini dikenal sebagai "Perang 12 Hari" telah memunculkan kekhawatiran baru.

Mungkinkah perang ini memicu konflik berskala global atau Perang Dunia III?

Menanggapi pertanyaan tersebut pakar politik Timur Tengah dan hubungan internasional dari Queen Mary University of London Christopher Phillips memberikan prediksinya secara eksklusif kepada CNN Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, meskipun masyarakat global saat ini memang lebih khawatir terhadap pecahnya konflik, kemungkinan terjadinya Perang Dunia masih sangat kecil.

"Sebenarnya saya tidak pernah berpikir bahwa konflik ini akan berubah menjadi Perang Dunia Ketiga," ujarnya.

Dunia Multipolar

Phillips menjelaskan bahwa dunia saat ini telah meninggalkan era unipolar, di mana Amerika Serikat menjadi kekuatan dominan global.

Kini, dunia bergerak menuju sistem multipolar, dengan negara-negara seperti Rusia, China, dan India semakin berani menantang dominasi Amerika dan menjalankan kepentingan sendiri.

"Sistem global saat ini memang membuat konflik lebih mungkin terjadi," jelas Phillips.

"Negara-negara besar seperti Rusia, China, dan India tidak lagi terlalu tunduk atau takut terhadap Amerika Serikat. Mereka sekarang lebih percaya diri dan menjalankan agenda sendiri," ia menambahkan.

Namun demikian, menurutnya, eskalasi menuju perang dunia memerlukan faktor yang jauh lebih besar.

Salah satu faktor utama adalah keterlibatan langsung kekuatan global utama secara militer dalam membela kepentingan masing-masing pihak.

Amerika dan China tak ingin perang skala besar

Phillips menilai bahwa saat ini, tidak ada indikasi bahwa kekuatan global utama bersedia memobilisasi perang terbuka.

Bahkan, pendekatan AS di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump saat itu justru menunjukkan kehati-hatian.

"Slogan utama Trump adalah 'no boots on the ground'. Tidak ada pengerahan pasukan darat. Dia tidak ingin Amerika terjebak dalam perang tanpa akhir," kata Phillips.

Kebijakan Amerika dalam konflik Iran lebih banyak berupa serangan jarak jauh dan dukungan militer tidak langsung, agar keterlibatan mereka tidak berkembang menjadi konfrontasi penuh. Operasi ini secara sadar dirancang untuk membatasi eskalasi, bukan memperluasnya.

Sementara itu, China bahkan lebih berhati-hati. Negara itu memiliki kepentingan ekonomi besar di Iran, terutama dalam pasokan minyak dan gas alam cair (LNG).

Phillips menyebut bahwa stabilitas kawasan menjadi hal yang sangat penting bagi Beijing.

"Hal terakhir yang diinginkan China adalah Timur Tengah meledak menjadi medan Perang Dunia Ketiga," ujar Phillips.

"Mereka tidak ingin kawasan yang sangat penting bagi pasokan energi mereka hancur karena konflik besar," ia melanjutkan.

Masih jauh dari Perang Dunia 3

Meskipun ketegangan di berbagai belahan dunia, seperti Rusia vs Ukraina, Israel vs Palestina, dan India vs Pakistan, sedang bereskalasi, Phillips menegaskan bahwa dunia masih jauh dari kondisi yang memungkinkan perang global terjadi.

"Perlu banyak faktor untuk bisa menyebabkan perang global seperti itu. Dan menurut saya, kita masih sangat jauh dari titik itu," ujarnya.

Meski konflik Iran-Israel yang dijuluki "Perang 12 Hari" mengundang kekhawatiran internasional, Prof. Christopher Phillips meyakinkan bahwa belum ada sinyal kuat bahwa dunia mengarah pada perang global.

Baik Amerika Serikat maupun China, sebagai dua kekuatan utama, dinilai tidak memiliki kepentingan untuk mengobarkan konflik yang lebih besar.

Dengan demikian, meski kawasan Timur Tengah tetap menjadi salah satu wilayah paling rawan di dunia, kemungkinan terjadinya Perang Dunia III masih sangat kecil, setidaknya untuk saat ini.

(bac)

Read Entire Article
Bisnis | Football |