PSSI Harus Cepat Amankan Pemain Diaspora Timnas U-17 dari Incaran Negara Lain

Liputan6.com, Jakarta Perjalanan Timnas Indonesia U-17 di Piala Dunia U-17 2025 berakhir lebih cepat dari harapan. Meski gagal melangkah ke Babak 32 Besar, performa Putu Panji dan rekan-rekan tetap mendapat banyak pujian karena menunjukkan potensi besar sebagai calon pemain masa depan Garuda. Pencapaian satu kemenangan atas Honduras U-17 juga menjadi sejarah penting, menandai poin absolut pertama Indonesia di pentas dunia kelompok usia tersebut.

Hasil tersebut membuat PSSI didorong untuk melakukan evaluasi menyeluruh, tidak hanya terkait posisi pelatih tetapi juga arah pembinaan pemain. Salah satu isu paling krusial adalah masa depan para pemain diaspora yang tampil mencuri perhatian dalam turnamen ini. Mereka dinilai memiliki kapasitas tinggi untuk menjadi tulang punggung Timnas Indonesia di kelompok usia berikutnya.

Namun, keberadaan para pemain diaspora ini juga menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Dengan performa yang semakin dikenal, beberapa negara asal mereka disebut-sebut mulai memantau perkembangan. Karena itu, sejumlah pengamat menilai PSSI harus bergerak cepat mengamankan komitmen mereka sebelum terlambat.

Pascaturnamen, PSSI dihadapkan pada keputusan penting mengenai nasib proyek Timnas U-17. Nova Arianto santer dikabarkan tetap akan melanjutkan tugas, bahkan berpotensi naik jabatan menjadi pelatih Timnas Indonesia U-20.

Mantan kiper Timnas Indonesia, Hermansyah, menilai langkah ini cukup logis, tetapi mengingatkan bahwa keberlanjutan pembinaan pemain tetap harus mendapat prioritas. Menurutnya, pemain terbaik dari skuad U-17 seharusnya diberi jalur untuk naik ke jenjang berikutnya.

Hal itu diyakini akan memperkuat sistem regenerasi yang berkelanjutan di sepak bola nasional. Nova Arianto pun dinilai memiliki kapasitas untuk mengawal proses tersebut bila kelak ditetapkan sebagai pelatih kepala U-20.

Hermansyah memberi perhatian khusus pada empat pemain diaspora Matthew Baker, Eizar Jacob, Lucas Lee, dan kiper Mike Rajasa Hoppenbrouwers. Ia menilai, negara seperti Australia, Amerika Serikat, dan Belanda sangat mungkin menunjukkan ketertarikan kepada mereka berdasarkan performa di Piala Dunia U-17.

"Jika PSSI dan Nova Arianto menilai keempat pemain itu punya prospek bagus untuk Timnas Indonesia, maka mereka harus segera dipagari. PSSI harus intensif menjalin komunikasi dengan keluarga para pemain untuk meyakinkan masa depannya di Timnas Indonesia U-20. Saya yakin Federasi AS, Australia, dan Belanda pasti memantau kiprah mereka di Piala Dunia U-17 lalu," jelasnya.

Hermansyah juga mengingatkan kasus ketika Matthew Baker hampir membela Australia U-17 setelah tampil gemilang di Piala AFF U-16 2024. Kala itu, Baker masuk daftar panggilan untuk laga uji coba Australia U-17 sebelum akhirnya memilih Indonesia melalui komunikasi intens bersama keluarganya.

Kondisi serupa disebut bisa terjadi kapan saja, terutama karena beberapa pemain diaspora memiliki paspor ganda. Potensi perebutan pemain ini diyakini akan menjadi ancaman besar bila PSSI tidak bergerak cepat.

"Sebagai mantan dan kini jadi pelatih kiper, saya amati Mike Rajasa punya prospek bagus. PSSI juga harus menjaga kiper ini jangan sampai direbut Timnas Belanda. Mike Rajasa dan Dafa Al Gasemi akan jadi kiper masa depan Timnas Indonesia. Semua posisi harus terus ada regenerasi agar kelangsungan Timnas Indonesia terjaga," ujarnya. 

Masa depan Timnas Indonesia U-17 tidak hanya bergantung pada evaluasi teknis dan pergantian pelatih, tetapi juga pada komitmen para pemain diaspora yang menjadi aset penting. Dengan persaingan global yang semakin ketat, langkah cepat dan tegas dari PSSI sangat dibutuhkan agar para pemain bernilai tinggi ini tetap berada dalam jalur pengembangan Garuda.