Rothen Singgung Perlakuan Spesial Les Blues untuk Kylian Mbappe: Ancaman Halus bagi Harmoni Timnas Prancis?

Liputan6.com, Jakarta Kylian Mbappe kembali mencuri sorotan setelah tampil luar biasa saat Prancis menghajar Ukraina 4-0 pada lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Eropa. Sang kapten menjadi motor serangan Les Bleus dan berkontribusi langsung dalam kemenangan telak tersebut. Aksi-aksinya tak hanya menentukan, tetapi juga mengangkat kepercayaan diri tim di laga krusial itu.

Performa Mbappe bahkan terasa istimewa karena ia mampu menunjukkan kelasnya sejak menit awal. Dua gol yang ia sarangkan, termasuk eksekusi penalti bergaya Panenka, membuat publik Parc des Princes bergemuruh. Nama sang penyerang kembali jadi headline berkat penampilan yang memadukan efektivitas dan keberanian dalam mengambil keputusan.

Tak berhenti sampai di situ, kemenangan tersebut juga menjadi momen historis bagi Mbappe. Torehan dua gol itu membuatnya menembus catatan 400 gol sepanjang karier, sebuah angka fenomenal untuk pemain yang baru berusia 26 tahun. Ia kini tercatat sebagai pemain termuda yang mencapai milestone tersebut.

Namun di balik euforia itu, kabar kurang menyenangkan muncul menjelang laga terakhir Prancis dalam jeda internasional ini. Mbappe mengalami permasalahan pada pergelangan kaki dan situasi tersebut menjadi awal dari kontroversi yang ikut menggema di Prancis.

Seusai kemenangan telak atas Ukraina, timnas Prancis mendapat kabar yang tidak diharapkan. Mbappe mengalami peradangan pada pergelangan kaki kanannya, cedera yang membuatnya tidak bisa ambil bagian dalam laga berikutnya melawan Azerbaijan. Cedera itu dinilai membutuhkan pemeriksaan lanjutan di Madrid, sehingga keputusan dibuat untuk memulangkan sang pemain lebih cepat.

Federasi Sepak Bola Prancis (FFF) segera mengeluarkan pernyataan resmi mengenai situasi tersebut. Mereka memastikan bahwa Mbappe bersama Manu Kone dan Eduardo Camavinga dibebaskan kembali ke klub masing-masing. Ketiganya tidak ikut dalam perjalanan skuad Les Bleus ke Baku untuk laga berikutnya yang dijadwalkan pada Minggu malam waktu setempat.

Dalam pernyataan itu, FFF menjelaskan secara terperinci alasan pemanggilan pulang para pemain tersebut. Kone harus absen karena akumulasi kartu kuning, sementara Camavinga mengalami cedera otot hamstring kiri. Adapun Mbappe masih merasakan peradangan di pergelangan kaki kanan sehingga memerlukan pemeriksaan lanjutan di ibu kota Spanyol.

Federasi menutup pernyataan dengan memastikan bahwa Mbappe akan menjalani pemeriksaan medis di Madrid. “Mbappe masih mengalami peradangan di pergelangan kaki kanannya, yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Ia akan menjalani tes ini hari ini di Madrid,” tulis FFF dalam rilis resminya.

Komentar miring kemudian bermunculan dari mantan pemain timnas Prancis, Jerome Rothen. Eks winger PSG dan Monaco itu secara terbuka menyoroti keputusan memulangkan Mbappe lebih cepat. Menurutnya, situasi tersebut bisa memicu kecemburuan di ruang ganti, terutama ketika performa tim tidak sedang baik.

Dalam komentarnya yang dimuat oleh media Spanyol Mundo Deportivo, via Goal, Rothen mempertanyakan keputusan sang kapten tidak ikut ke Baku. Ia bahkan menyindir bahwa banyak orang sudah menduga siapa pemain yang "akan berpura-pura cedera" ketika laga sudah tidak menentukan dan Prancis unggul jauh di pertandingan sebelumnya. “Kami semua bertanya pada diri sendiri pertanyaan yang sama di menit ke-80, ketika kami unggul 4-0, siapa yang akan berpura-pura cedera agar tidak pergi ke Baku?” tudingnya.

Rothen juga menilai Mbappe mendapatkan perlakuan berbeda dibanding pemain lain yang sebenarnya juga mengalami kelelahan serupa. Ia menyebut bahwa sebagai kapten, Mbappe harus menjadi figur teladan, bukan justru menimbulkan kesan adanya standar ganda di skuad Les Bleus.

“Mbappe adalah kapten tim nasional Prancis, ia menerima perlakuan khusus, memang bagus. Tapi ia punya rekan satu tim. Apakah Anda benar-benar berpikir bahwa semua pemain yang pergi ke Baku, mereka yang bermain lebih banyak atau lebih banyak dari Mbappe sepanjang tahun, tidak lelah dan tidak ingin memainkan pertandingan yang tidak berarti ini? Tidak. Tapi mereka pergi karena mereka harus pergi," tegasnya.

Lebih jauh, Rothen memperingatkan bahwa keputusan-keputusan seperti ini hanya akan diterima selama tim terus meraih hasil positif. Jika Prancis mulai mengalami periode sulit, ia menilai perlakuan spesial terhadap Mbappe bisa memicu masalah serius di ruang ganti. “Saat Anda menang, tidak ada yang berkomentar. Tapi ketika keadaan mulai buruk, keputusan seperti ini akan berdampak buruk. Membuat keputusan seperti ini dapat menimbulkan masalah di ruang ganti, dan saya tetap yakin bahwa ada pemain yang muak dengan perlakuan istimewa ini,” klaim Rothen.

(Goal)