Sebelum Idrissa Gueye vs Michael Keane, Ini 10 Pertengkaran Rekan Satu Tim Paling Menghebohkan dalam Sepak Bola

Liputan6.com, Jakarta Pertengkaran antar pemain dalam satu tim selalu menjadi momen mengejutkan di dunia sepak bola. Meski tidak diinginkan secara resmi, kenyataannya momen seperti ini sering menarik perhatian publik.

Emosi yang meledak di tengah pertandingan membuat suasana memanas. Gangguan kecil dapat berubah menjadi benturan fisik yang sulit dihindari.

Komentator biasanya menegaskan bahwa hal tersebut tidak pantas terjadi. Namun sebagian penonton diam-diam menikmati drama tersebut.

Kasus terbaru melibatkan Idrissa Gueye yang terlibat perselisihan dengan Michael Keane di laga Manchester United vs Everton. Insiden itu bahkan berujung kartu merah setelah Gueye terlihat menampar pipi rekan setimnya tersebut.

Kejadian ini memicu kembali ingatan publik tentang berbagai bentrokan lain yang pernah terjadi antara pemain dalam satu tim. Meski tidak masuk daftar ini, rekaman momen tersebut turut menambah panjang daftar insiden menarik di sepak bola.

Berikut adalah 10 pertengkaran rekan satu tim paling terkenal dalam sejarah sepak bola. Setiap insiden meninggalkan jejak kuat dalam memori penggemar.

Jens Lehmann dikenal sebagai pemain dengan temperamen panas sepanjang kariernya. Pada 2003, ia berlari jauh ke depan untuk memprotes Marcio Amoroso setelah Dortmund kebobolan dari Schalke.

Aksi ini membuat Lehmann menerima kartu merah. Ia menjadi kiper pertama di Bundesliga yang menerima empat kartu merah dalam kariernya.

Menariknya, gol tersebut akhirnya dianulir karena offside. Dortmund kemudian berhasil meraih hasil imbang dalam pertandingan tersebut.

Derby Merseyside pada 1993 berlangsung panas bukan hanya antar tim, tetapi juga antar pemain Liverpool sendiri. Kiper The Reds Bruce Grobbelaar marah setelah kesalahan menyebabkan Everton mencetak gol.

Ia melampiaskan kemarahan kepada Steve McManaman yang dianggap kurang membantu. Grobbelaar bahkan sempat mendorong wajah McManaman dengan keras.

McManaman membalas meski akhirnya mengalah dan melanjutkan pertandingan. Momen ini menjadi salah satu gambar paling ikonik dalam sejarah Liverpool.

Saat Preston memburu gol penyeimbang ke gawang Sheffield Wednesday pada 2016, Jermaine Beckford marah karena Eoin Doyle tidak memberikan operan. Pertengkaran pun langsung terjadi di lapangan.

Keduanya akhirnya menerima kartu merah. Kekalahan 2-1 semakin menambah rasa pahit bagi pendukung yang datang langsung ke stadion.

Sebagai bentuk tanggung jawab, denda kedua pemain digunakan untuk mengembalikan biaya tiket suporter. Insiden ini menjadi salah satu yang paling disesalkan klub.

Arjen Robben dan Franck Ribery selama bertahun-tahun menjadi duet menakutkan Bayern Munchen. Namun keharmonisan itu pecah saat semifinal Liga Champions 2012 melawan Real Madrid.

Perselisihan mengenai eksekutor tendangan bebas membuat Ribery marah. Ia dilaporkan memukul Robben di ruang ganti saat jeda pertandingan.

Meski demikian, keduanya berdamai dan menjadi lebih kompak setelah insiden itu. Robben menegaskan bahwa kejadian tersebut hanya bagian kecil dari perjalanan delapan tahun bersama.

Zlatan Ibrahimovic memiliki reputasi keras terhadap rekan setim sejak Ajax hingga Juventus. Namun perselisihannya dengan Oguchi Onyewu di AC Milan menjadi yang paling ekstrem.

Pertengkaran tersebut berubah menjadi adu fisik berat. Keduanya saling baku hantam sebelum dipisahkan pemain Milan lainnya.

Ibrahimovic kemudian menuliskan kisah ini dalam autobiografinya. Ia menggambarkan perkelahian itu seperti pertarungan hidup dan mati.

Emmanuel Adebayor memang bukan pemain yang asing dengan konflik internal. Pada 2008, ia bertengkar dengan Bendtner di semifinal Piala Liga.

Insiden ini menyebabkan Bendtner mengalami luka di hidung dan kaus penuh darah. Arsenal kala itu kalah 5-1 dari Tottenham dalam momen yang memalukan.

Beberapa tahun kemudian, Adebayor juga bertengkar dengan Kolo Toure saat di Manchester City. Gaya temperamentalnya sering memicu konflik di lapangan.

Pertengkaran ini mencapai level yang jarang terjadi. Pada laga pramusim 1994 melawan Raith Rovers, Craig Levein memukul Graeme Hogg hingga ia harus ditandu keluar lapangan.

Dua pemain Hearts itu menerima kartu merah. Levein kehilangan jabatan kapten sebagai sanksi tambahan.

Hogg menerima larangan bermain 10 pertandingan. Sementara itu, Levein diskors dua laga lebih banyak sebagai hukuman.

Setelah meraih gelar Premier League pada 1995, Blackburn menjalani kampanye Liga Champions yang mengecewakan. Laga melawan Spartak Moscow berjalan buruk sejak awal.

Di tengah kekalahan 3-0, David Batty dan Graeme Le Saux saling memukul. Kejadian ini membuat pelatih Spartak berkomentar bahwa mereka seharusnya melawan lawan, bukan sesama rekan.

Insiden tersebut mempermalukan klub di panggung Eropa. Kejadian itu masih dikenang sebagai salah satu drama internal paling memalukan.

Stoke sempat memimpin atas West Ham pada 2008 sebelum Andy Griffin tergelincir dan menyebabkan gol penyama kedudukan. Ricardo Fuller yang tidak terima langsung memarahi kapten tim tersebut.

Pertengkaran memanas hingga Fuller menampar Griffin. Ia pun dikeluarkan dari lapangan oleh wasit.

Menariknya, Griffin terlihat seperti meminta Fuller meninggalkan lapangan tanpa protes. Pelatih Tony Pulis menyebut keduanya sebagai pemain berapi-api yang kehilangan kontrol bersamaan.

Pertarungan paling terkenal terjadi saat Newcastle menghadapi Aston Villa di St James Park pada 2005. Dalam kondisi tertinggal 3-0 dan minus satu pemain, situasi makin memanas.

Kieron Dyer dan Lee Bowyer tiba-tiba saling memukul di dekat garis lapangan. Gareth Barry dari tim lawan bahkan harus melerai keduanya.

Kedua pemain menerima kartu merah dan membuat Newcastle bermain hanya dengan delapan pemain. Bowyer menerima larangan tujuh pertandingan, sementara Dyer terkena skorsing tiga laga.

Sumber: Planet Football