Tanda Tanya Inter Milan Era Cristian Chivu: Dominan di Laga Biasa, tapi Mengapa Selalu Melempem di Big Match?

4 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Inter Milan memasuki periode penuh tanda tanya besar pada era kepelatihan Cristian Chivu. Performa mereka di laga-laga besar justru memunculkan kekhawatiran yang semakin nyata, baik pada ajang Serie A maupun Liga Champions.

Kekalahan 1-0 dari Liverpool menjadi bukti terbaru bahwa Inter masih belum mampu bersaing ketika tekanan mencapai intensitas tertinggi.

Catatan tersebut menjadi ironi mengingat posisi Inter di Serie A cukup baik. Mereka berada di peringkat ketiga, hanya terpaut satu poin dari puncak klasemen.

Di Liga Champions, posisi kelima setelah enam pertandingan juga cukup menjanjikan dengan peluang play-off yang hampir pasti. Namun performa bagus itu tidak berbanding lurus dengan kemampuan bersaing di laga krusial.

Inter Milan Gagal Bersaing di Big Match

Sejak awal musim, Inter gagal meraih satu pun kemenangan dalam lima big match di Serie A maupun Liga Champions. Mereka kalah 4-3 dari Juventus, 3-1 dari Napoli, 1-0 dari Milan, 2-1 dari Atletico Madrid, dan 1-0 dari Liverpool.

Rentetan hasil ini membuat Chivu berada di bawah tekanan publik dan analis yang mulai mempertanyakan arah progres tim.

Kegagalan berulang mengeksekusi momen besar membuat Inter kehilangan poin berharga. Padahal, satu kemenangan atas Juventus, Milan, atau Napoli saja sudah cukup untuk menempatkan mereka di puncak klasemen Serie A.

Situasi ini mempertegas adanya masalah mendalam yang tidak sekadar kebetulan atau faktor eksternal.

Masalah Intensitas dan Resiko di Menit Akhir

Salah satu isu utama adalah ketidakmampuan Inter mempertahankan intensitas permainan hingga menit akhir. Tiga dari lima kekalahan besar mereka terjadi akibat gol telat.

Vasilije Adzic menjebol gawang Inter Milan pada menit 90+1 untuk Juventus. Jose Maria Gimenez mencetak gol pada menit 90+3 untuk Atletico Madrid, dan Dominik Szoboszlai mengunci kemenangan Liverpool pada menit 88.

Pola ini memperlihatkan masalah konsentrasi dan stamina taktis di momen kritis.

Ada pula pandangan bahwa strategi Inter terlalu agresif di menit akhir. Alih-alih mengamankan hasil imbang, Nerazzurri kerap mengambil risiko berlebihan.

Kontroversi Wasit dan Statistik yang Tidak Memihak

Sejumlah keputusan wasit juga menjadi perbincangan panas. Inter merasa dirugikan ketika penalti kontroversial diberikan kepada Liverpool setelah Alessandro Bastoni dinilai menjatuhkan Florian Wirtz.

Situasi serupa terjadi pada laga melawan Napoli, ketika Henrikh Mkhitaryan disebut dihukum terlalu keras dalam insiden penalti babak pertama. VAR juga memberikan gol yang menyulitkan mereka pada kekalahan 2-1 melawan Atletico Madrid.

Masalah lain adalah efektivitas penyelesaian akhir. Inter telah mengenai tiang gawang delapan kali dalam 14 laga Serie A musim ini, hanya kalah dari Napoli yang mencatat sepuluh kali.

Sumber: Football Italia

Klasemen Serie A 2025/2026

Read Entire Article
Bisnis | Football |