AI Ambil Alih Pekerjaan, Ini Tips Mantan Penasihat Jeff Bezos Buat Fresh Fraduate

Liputan6.com, Jakarta - Gelombang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) terus mengguncang dunia kerja dan membawa dampak paling besar bagi para lulusan baru atau fresh graduate. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan besar mulai memangkas peran tingkat pemula karena mengalihkan tugas rutin ke sistem otomatis. Kondisi ini membuat kompetisi kerja semakin ketat sekaligus memaksa generasi muda untuk mencari strategi baru agar tetap relevan di mata perekrut.

Dilansir dari CNBC, Rabu (2/12/2025), CEO Coursera, Greg Hart, yang sebelumnya menjadi penasihat teknis Jeff Bezos di Amazon, memberikan pandangan gamblang tentang bagaimana lulusan baru dapat bertahan dan bahkan unggul di pasar kerja yang makin dipengaruhi AI.

Dalam wawancaranya dengan CNBC, ia menegaskan, gelar universitas saja tidak lagi cukup. Untuk memenangkan hati perusahaan, lulusan harus membuktikan mereka mampu beradaptasi, mau belajar hal baru, serta menunjukkan karakter kuat yang dibutuhkan di dunia kerja modern.

"Saran yang saya berikan kepada putra-putra saya, adalah salah satu hal terbaik yang dapat Anda lakukan adalah melengkapi gelar universitas Anda dengan kredensial mikro secara khusus,” tegas Hart.

Hart mengungkapkan, salah satu cara paling efektif untuk menjaga daya saing adalah melalui micro-credential atau sertifikasi keterampilan pada bidang ilmu tertentu. Di tengah meningkatnya PHK, persaingan ketat, serta peran junior yang semakin berkurang karena AI, micro-credential dinilai dapat menunjukkan kesiapan lulusan dalam menghadapi tantangan industri. 

Pandangan Hart ini lahir di tengah perkembangan pasar kerja yang berubah cepat, di mana literasi AI menjadi keterampilan paling populer dalam profil profesional di seluruh dunia menurut laporan LinkedIn terbaru.

Dengan minimnya pengalaman kerja yang dimiliki lulusan baru, perusahaan kini menilai kandidat dari pola pikir, kesiapan belajar, serta sifat pribadi yang mencerminkan potensi berkembang.

Karena itulah Hart menekankan lulusan yang proaktif, pekerja keras, dan sigap meningkatkan keterampilan melalui pembelajaran tambahan akan memiliki peluang yang jauh lebih besar untuk diterima.

Perkembangan AI yang semakin canggih telah mendorong banyak perusahaan global mengurangi tenaga kerja pemula. Amazon, misalnya, telah memberhentikan 14.000 pekerja karena banyak tugas yang kini dapat diselesaikan oleh sistem AI internal.

Salesforce juga memangkas 4.000 posisi dukungan pelanggan setelah menyatakan bahwa teknologi otomatis mampu menangani hingga 40 persen tugas administrasi mereka.

Di Inggris, survei terbaru Chartered Institute of Personnel and Development menunjukkan lebih dari separuh perusahaan memperkirakan posisi junior, administratif, dan manajerial tingkat awal akan hilang dalam waktu dekat karena otomatisasi AI.

Kondisi ini diperparah oleh jumlah pelamar yang membeludak, terdapat lebih dari 1,2 juta lamaran diajukan untuk hanya 17.000 posisi lulusan menurut Employer Institute.

"Micro-credential menunjukkan kepada para pemberi kerja bahwa Anda tidak hanya memperoleh gelar universitas yang sedang Anda pelajari, tetapi Anda juga melengkapinya dengan sesuatu yang umumnya lebih berfokus pada tenaga kerja,” sebut Hart.

Greg Hart menegaskan, micro-credential adalah kunci untuk membedakan diri di tengah kompetisi ketat. Sertifikasi jangka pendek yang fokus pada keterampilan relevan ini dinilai lebih responsif terhadap kebutuhan industri modern.

Dengan micro-credential, lulusan menunjukkan bahwa mereka tidak hanya mengandalkan gelar, tetapi aktif memperkuat kemampuan praktis yang langsung bisa digunakan di dunia kerja.

Hart bahkan mendorong putranya sendiri, yang tengah menempuh pendidikan di bidang keuangan, untuk mengambil kursus AI for Finance agar mampu bersaing dengan lulusan lain di industri yang cepat berubah.

Menurut Hart, pada dasarnya, lulusan baru belum memiliki pengalaman, oleh karena itu mereka diterima bukan karena pengalaman, melainkan karena karakter dan sifat pribadi yang menonjol. Ia menegaskan, perusahaan mencari individu yang proaktif, berinisiatif, pekerja keras, dan menunjukkan kemauan besar untuk terus belajar.

“Misalnya, Anda seorang mahasiswa muda yang sedang menempuh pendidikan di universitas, biasanya Anda akan diterima di pekerjaan pertama Anda berdasarkan pada sifat-sifat yang mereka lihat dalam diri Anda,” kata Hart.

“Mereka akan menilai pola pikir dan sifat-sifat Anda sebagai manusia lebih dari pengalaman Anda, karena menurut definisi, Anda sebenarnya tidak memiliki banyak pengalaman, jadi mereka tidak benar-benar mempekerjakan Anda berdasarkan pengalaman, mereka mempekerjakan Anda berdasarkan... sifat-sifat kepribadian Anda,” ia menambahkan.

Di era AI, kemampuan untuk berkembang dan beradaptasi menjadi nilai utama yang menentukan keberhasilan seorang lulusan dalam mengamankan posisi kerja pertamanya.