Antara Disiplin dan Kekacauan: Bagaimana Riccardo Calafiori Mengubah Wajah Arsenal

4 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta Ada yang menarik dari permainan Arsenal. Jika diamati Riccardo Calafiori punya peran dan gaya bermain yang berbeda. Bek Italia ini memainkan sepak bola dengan cara yang tidak biasa.

Di bawah asuhan Mikel Arteta, peran bek kiri Arsenal selalu unik. Dulu, Nuno Tavares dikenal dengan larinya yang liar menembus tengah lapangan, lalu muncul Oleksandr Zinchenko dengan pola ketidakterdugaan terkontrol. Kini, Calafiori menghadirkan perpaduan keduanya, kekacauan yang justru terencana.

Bek asal Italia itu mampu membawa bola ke depan, menembak dengan kedua kakinya, bahkan meminta bola di sisi kanan lapangan. Ia bermain dengan kebebasan yang jarang dimiliki pemain bertahan, dan itulah yang membuatnya berbahaya.

“Dinamika tinggi,” kata Arteta usai kemenangan 2-0 atas West Ham. “Kadang agak kacau, tapi dinamika itulah menciptakan situasi yang sulit dikendalikan lawan.”

Arteta tahu betul: dalam struktur permainan yang ketat, sedikit kekacauan justru menjadi senjata. Calafiori adalah anomali dalam sistem yang disiplin, dan Arsenal membutuhkan itu.

Promosi 1

Naluri Penyerang dalam Tubuh Bek Kiri

Calafiori menunjukkan bahayanya sejak awal musim. Saat menghadapi Fulham, gol setengah voli indahnya dianulir karena offside, tapi pergerakannya dalam proses itu menunjukkan sesuatu: insting menyerang yang alami.

Ia berdiri di posisi sentral, mengarahkan William Saliba dan Jurrien Timber untuk mengirim bola panjang ke Leandro Trossard, lalu berlari menjemput pantulan.

“Kadang saya tidak berpikir terlalu banyak, saya hanya menembak,” katanya seusai laga. Ucapannya sederhana, tapi menggambarkan keyakinan khas pemain dengan naluri ofensif.

Sebelum menghadapi Girona pada Januari, ketika ditanya apakah ia dulunya penyerang, Calafiori tersenyum: “Ketika kecil, seperti semua anak, saya juga seorang striker.”

Musim ini, ia membuktikan bahwa naluri itu belum hilang. Selain mencetak gol pertama Arsenal musim ini ke gawang Manchester United, Calafiori juga menjadi pemain dengan tembakan terbanyak kedua di Premier League (16 kali), hanya kalah satu dari Viktor Gyokeres.

Struktur dan Kebebasan: Sistem Dua Bek Sayap Arteta

Kebebasan Calafiori untuk menyerang tidak muncul begitu saja. Di sisi lain lapangan, Jurrien Timber menjadi jangkar pertahanan, memberi keseimbangan agar Calafiori bisa mengacau di depan. Pola ini melanjutkan tradisi Arteta: satu full-back bertahan, satu lagi dilepas berimprovisasi.

Puncaknya terlihat saat menghadapi West Ham. Calafiori ada di mana-mana, kata laporan usai laga. Ia sempat mengenai tiang gawang dengan kaki kanan dari luar kotak penalti, lalu muncul di tengah lapangan membantu progresi bola.

Kadang posisinya membuat penonton hanya bisa tertawa karena tak masuk akal untuk ukuran bek kiri.

Namun, semua itu bukan kebetulan. Dalam laga lain melawan Nottingham Forest, Calafiori bahkan meminta bola di area yang biasa diisi gelandang serang muda Ethan Nwaneri.

Sebelumnya, ia membantu membangun serangan dari lingkar tengah, menciptakan ruang untuk Martin Odegaard melalui umpan pantul dengan Martin Zubimendi.

Gerakannya ini bukan hal baru. Musim lalu, ia sempat bermain seperti gelandang nomor 10 dalam kemenangan 2-0 atas PSG di Liga Champions. Kini, pola itu berkembang jadi bagian penting dalam cara Arsenal menembus blok lawan.

Dari Kekacauan ke Produktivitas: Dampak Nyata di Lapangan

Bagi Arsenal, kebebasan Calafiori bukan sekadar gaya main, tapi produktivitas yang nyata. Dalam delapan laga Premier League, ia sudah berkontribusi langsung pada tiga gol (satu gol, dua assist) dan terlibat dalam lima aksi kreasi gol, rangkaian dua aksi sebelum gol tercipta.

Beberapa contohnya terjadi ketika Calafiori menyentuh bola sebelum Eberechi Eze mengirim umpan ke Gabriel Martinelli saat melawan Manchester City, dan saat mengirim bola panjang di belakang pertahanan Nottingham Forest yang berujung gol Gyokeres.

Kedua aksi itu menunjukkan kesadaran ruang yang matang dan kemampuan eksekusi cepat tanpa berpikir berlebihan. Menariknya, dua gol itu terjadi tepat setelah babak kedua dimulai, waktu yang sama dengan gol debut Gyokeres melawan Leeds.

Mungkin kebetulan, mungkin tidak, tapi jelas Arsenal memanfaatkan momen transisi ketika lawan belum sepenuhnya siap. Calafiori, dengan kecenderungannya membaca ruang dan bertindak spontan, menjadi alat paling berbahaya dalam situasi tersebut.

Dari Risiko Jadi Kekuatan: Evolusi Fisik dan Konsistensi

Satu-satunya keraguan tentang Calafiori musim lalu adalah ketahanan fisiknya. Enam kali cedera membuatnya hanya tampil 29 kali. Namun, kini ia sudah mencatat delapan starter beruntun di liga, lebih baik dari rekor musim sebelumnya.

Ia menunjukkan konsistensi sejak pramusim, bahkan sempat menutup kekosongan posisi Gabriel di lini belakang dengan overlapping run dari tengah.

Kematangan fisik membuatnya bisa bermain tanpa harus menahan gaya eksplosifnya. Satu-satunya korban dari kebangkitan ini adalah Myles Lewis-Skelly yang posisinya tergeser meski tampil baik di Liga Champions.

Arteta mengakui, Lewis-Skelly tidak melakukan kesalahan apa pun, hanya saja Calafiori sedang tak tergantikan. Ia menjadi simbol dari filosofi baru Arteta: permainan terstruktur, tapi dengan elemen tak terduga di dalamnya.

Read Entire Article
Bisnis | Football |