Ekonomi Indonesia Dinilai Masih Bisa Tumbuh Tinggi, Ini Prediksinya

21 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta Optimisme menyertai langkah Indonesia menuju pemulihan ekonomi berkelanjutan. Proyeksi pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2025 mencapai 4,93%, didukung oleh pemulihan permintaan domestik dan sektor pertanian yang tangguh.

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2025 mendapat sokongan kuat dari sektor pertanian.

Meski ke depan diperkirakan akan lebih moderat, sektor ini tetap memainkan peran penting dalam menopang pertumbuhan.

“Melihat adanya tanda-tanda pelambatan momentum ekonomi, percepatan realisasi fiskal menjadi kebutuhan penting untuk menopang perekonomian,” jelasnya dikutip Rabu (7/5/2025).

Ia menambahkan, belanja negara yang tertunda di awal tahun diperkirakan mulai mengalir pada kuartal kedua 2025, memberi dorongan baru bagi berbagai sektor produktif.

Di sisi eksternal, Andry menilai Indonesia memiliki peluang besar untuk menjaga kinerja perdagangan dengan membuka akses ke pasar non-tradisional.

“Keanggotaan Indonesia dalam ASEAN dan BRICS adalah peluang besar untuk memperluas akses ekspor dan menjaga kinerja perdagangan tetap positif,” ujarnya.

Sinergi lintas sektor, menurutnya, menjadi elemen kunci untuk memastikan pertumbuhan yang berkualitas.

“Kami memperkirakan ekonomi akan tumbuh sebesar 4,93% pada 2025, dengan permintaan domestik yang diperkirakan mulai pulih sejak kuartal kedua,” ujar Andry.

Pertumbuhan Ekonomi Tak Capai 5%, Investor Masih Percaya Indonesia

Bank Indonesia (BI) menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 tercatat 4,87%. Angka ini sedikit meleset dari perkiraan pasar yang sebelumnya menargetkan pertumbuhan ekonomi di angka 4,92% dan jauh di bawah target pemerintah di angka 5,1% hingga 5,5%. 

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas (DPMA) Bank Indonesia, Erwin Gunawan Hutapea, mengatakan walaupun sedikit di bawah ekspektasi, BI menilai bahwa angka ini tetap tergolong solid, terutama di tengah tekanan ekonomi global yang belum sepenuhnya mereda.

"Meskipun rilis kemarin Q 1 kelihatannya di bawah konsensus pelaku pasar, di mana konsensus pelaku pasar kita ada di 4,92%, kejadiannya di 4,87%. Tapi 4,87% still high enough ya bagi investor," kata Erwin dalam Taklimat Media, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (7/5/2025).

Ia menambahkan bahwa keyakinan investor terhadap kondisi ekonomi Indonesia juga dipengaruhi oleh perbaikan nilai tukar rupiah serta kinerja pasar saham yang mulai bangkit. IHSG tercatat berhasil kembali mendekati level 6.900 setelah sempat merosot ke bawah 6.000 pada awal April lalu.

Adapun menjelang periode penting repatriasi dividen dan pembayaran utang luar negeri pada Mei dan Juni, BI berkomitmen untuk menjaga likuiditas agar tetap stabil dan mencukupi.

“Kami memastikan bahwa liquidity cukup untuk memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan investor yang memang melakukan repatriasi dividend, dan juga korporasi-korporasi yang melakukan pembayaran utang luar negeri,” jelasnya.

SBN mengalami Pemulihan

Di sisi lain, Erwin melihat, pasar Surat Berharga Negara (SBN) juga sudah mulai menunjukkan pemulihan. Hal itu dilihat dari lelang terakhir, di mana porsi investor asing yang masuk kembali cukup signifikan.

"Jadi, ini tanda-tanda yang benar-benar menurut hemat kami, kepercayaan investor sudah mulai kembali, dengan kita bagaimana upaya kita melakukan menjaga agar supply instrument tetap ada, dengan stabilitas dalam konteks nilai tukar dan kecukupan rupiah tersebut tetap berada di pasar," jelasnya.

Erwin menegaskan bahwa ke depan, BI akan terus mengedepankan stabilitas nilai tukar rupiah dan ketersediaan instrumen investasi di pasar sebagai bagian dari strategi moneter yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan menjaga daya tarik Indonesia di mata investor global.

Read Entire Article
Bisnis | Football |