ESG Symposium 2025 Perkuat Transformasi Energi dan Ekonomi Sirkular

2 days ago 11

Liputan6.com, Jakarta - Transformasi energi dinilai berperan langsung pada keberlanjutan bisnis, efisiensi operasional dan daya saing produk. Sebagai upaya mempercepat transformasi energi dan dekarbonisasi industri di Indonesia kembali mendapat momentum penting melalui penyelenggaraan ESG Symposium 2025 Indonesia.

Dalam acara yang menghimpun regulator, pelaku industri, akademisi, hingga komunitas tersebut, SCG bersama sejumlah mitra menandatangani Joint Declaration of Circular Economy Commitment for a Sustainable Future, sebuah deklarasi bersama yang menegaskan komitmen memperkuat penerapan ekonomi sirkular dan energi rendah karbon di tanah air.

Simposium tahun ini mengangkat tema "Decarbonizing for Our Sustainable Tomorrow", menegaskan urgensi percepatan pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di berbagai sektor, terutama industri manufaktur yang masih menjadi salah satu penyumbang konsumsi energi terbesar.

Acara ini menjadi ruang dialog dan kolaborasi yang penting, mengingat dunia industri berada pada titik krusial dalam merespons perubahan iklim, regulasi energi global yang semakin ketat, serta tuntutan pasar internasional terhadap produk rendah emisi.

Dalam sambutannya, President & CEO SCG, Thammasak Sethaudom menekankan, perjalanan menuju net zero bukan lagi sekadar narasi jangka panjang, melainkan langkah strategis yang harus segera diimplementasikan oleh pelaku industri. Ia menegaskan, transformasi energi kini berperan langsung pada keberlanjutan bisnis, efisiensi operasional, dan daya saing produk.

Menurut Thammasak, pengurangan emisi tidak dapat dilakukan hanya melalui satu pendekatan. Inovasi energi bersih, efisiensi energi, dan sinergi lintas sektor menjadi fondasi utama bagi industri untuk bertahan dan tumbuh dalam ekonomi rendah karbon.

"Pertanyaannya bukan lagi apakah kita perlu bertindak, tetapi seberapa cepat kita mampu berkolaborasi dan mengintegrasikan solusi rendah karbon dalam proses bisnis,” ujarnya.

Transformasi Energi Melalui Modernisasi Teknologi

Dari sisi pemerintah, Sekretaris BSKJI Kementerian Perindustrian, Muhammad Taufiq menegaskan, Indonesia telah menetapkan target Net Zero Emission 2060 dengan strategi yang secara khusus menekankan peran industri dalam menurunkan emisi.

Ia menyebutkan, komitmen tersebut tidak bisa hanya berhenti pada dokumen kebijakan. Transformasi energi harus tercermin secara nyata melalui modernisasi teknologi, pengurangan penggunaan energi fosil, serta penerapan prinsip ekonomi sirkular dalam rantai produksi.

Taufiq menjelaskan, pelaku industri kini berada pada fase transisi yang menuntut kemampuan adaptasi cepat. Kehadiran standar internasional seperti laporan emisi berbasis pengukuran, penggunaan energi terbarukan dalam produksi, dan material rendah karbon menjadi tantangan sekaligus peluang baru bagi sektor manufaktur Indonesia untuk naik kelas dan masuk dalam ekosistem industri global yang lebih berkelanjutan.

Joint Declaration

Momentum utama dalam ESG Symposium 2025 adalah penandatanganan Joint Declaration, yang memperkuat model kolaborasi Public Private People Partnership (PPPP) sebuah pendekatan kolaboratif yang menggabungkan peran pemerintah, sektor bisnis, dan masyarakat.

Deklarasi ini turut didukung sejumlah perusahaan mitra SCG yang beroperasi di sektor-sektor dengan intensitas energi tinggi, seperti PT Semen Jawa, PT Pratama Abadi Industri, PT Glostar Indonesia, PT Feng Tay Indonesia Enterprises, PT Pou Yuen Indonesia, Panasonic Gobel Life Solution Manufacturing Indonesia, dan PT Tirta Fresindo Jaya (Mayora Group).

Kehadiran komunitas SCG Warrior Mentari dalam deklarasi tersebut juga menyoroti pentingnya peran masyarakat dalam mengawal dan berpartisipasi dalam program keberlanjutan.

Deklarasi bersama ini menandai komitmen kolektif untuk memperkuat pengurangan emisi di berbagai aspek, mulai dari pemanfaatan energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi mesin produksi, hingga penerapan pengelolaan limbah berbasis sirkularitas.

Pendekatan ini diharapkan tidak hanya membantu menekan emisi GRK, tetapi juga menciptakan peluang investasi baru di sektor energi hijau, memperluas penggunaan teknologi rendah karbon, serta membuka ruang kolaborasi antara industri dan komunitas.

Kolaborasi Pemerintah dan Pelaku Industri

Country Director SCG Indonesia, Warit Jintanawan menyebutkan, pendekatan PPPP menjadi salah satu kunci percepatan transformasi energi di level industri. Menurut dia, kolaborasi antara pemerintah yang menciptakan regulasi, industri yang menyediakan teknologi dan investasi, serta masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan program dapat menghasilkan dampak berskala besar dan berkelanjutan.

Warit menegaskan, model kerja sama ini bukan hanya tentang berbagi peran, tetapi juga memperkuat ekosistem energi bersih yang saling mendukung. Ia menjelaskan, SCG melihat transformasi energi bukan lagi sebagai beban operasional, melainkan sebagai investasi strategis untuk masa depan industri yang lebih resilient, efisien, dan kompetitif.

Permintaan global terhadap solusi rendah emisi terus meningkat, menciptakan ruang investasi yang luas bagi perusahaan yang berani mengambil langkah lebih awal. Industri yang mengintegrasikan panel surya, biomassa, teknologi pemantauan energi, serta bahan bakar alternatif berbasis limbah diprediksi memiliki efisiensi yang lebih tinggi dan biaya operasional yang lebih rendah dalam jangka panjang.

SCG menekankan, seluruh langkah ini selaras dengan prinsip Inclusive Green Growth, yakni konsep pertumbuhan ekonomi yang tidak hanya mengutamakan keuntungan bisnis tetapi juga keberlanjutan lingkungan dan inklusivitas masyarakat.

Melalui simposium ini, SCG berharap Indonesia dapat memperkuat ketahanan energi dan mempercepat pencapaian visi Indonesia Emas 2045.

Dengan ada, deklarasi bersama dan komitmen multisektor yang kuat, SCG optimistis transformasi energi di Indonesia dapat bergerak lebih cepat, terarah, dan berdampak nyata.

Read Entire Article
Bisnis | Football |