Liputan6.com, Jakarta Kemenangan besar 8-0 atas Brunei Darussalam pada laga perdana Grup A Piala AFF U-23 2025 memang layak dirayakan. Jens Raven tampil fenomenal dengan mencetak enam gol, dan permainan Timnas Indonesia U-23 terlihat dominan sejak menit pertama.
Namun, di balik skor mencolok itu, ada sejumlah catatan penting dari sisi performa yang perlu menjadi perhatian sebelum menghadapi lawan yang lebih tangguh seperti Filipina dan Malaysia.
Kualitas individu pemain memang menonjol, dan Indonesia jelas terlalu kuat untuk Brunei. Namun, jika membedah secara teknis, beberapa momen inkonsistensi dan kelengahan dalam organisasi permainan sempat terlihat. Di level turnamen seperti ini, konsistensi bukan sekadar bonus, melainkan kebutuhan mutlak.
Dari lini ke lini, Indonesia masih memiliki ruang untuk meningkatkan transisi, kedalaman pressing, dan kestabilan permainan di 15 menit terakhir babak pertama. Pelatih Gerald Vanenburg sendiri tak menampik bahwa kemenangan besar ini belum sepenuhnya mencerminkan kesiapan penuh tim untuk bersaing hingga semifinal.
Fase Awal Dominan, Namun Ritme Sempat Menurun
Indonesia membuka laga dengan tempo tinggi dan pressing agresif. Gol cepat di menit ke-6 dari Jens Raven memberikan kepercayaan diri penuh bagi skuat Garuda Muda. Bahkan hingga menit ke-30, tekanan Indonesia membuat Brunei nyaris tak bisa menguasai bola lebih dari tiga operan.
Namun selepas keunggulan 4-0, ritme permainan mulai menurun. Beberapa kali aliran bola di lini tengah kehilangan efektivitas, dan Brunei justru sempat melancarkan satu-dua serangan balik yang nyaris menembus kotak penalti Indonesia. Hal ini menandakan bahwa fokus dan disiplin taktikal belum terjaga penuh sepanjang 90 menit.
Kelemahan ini mungkin tak berarti besar saat melawan tim dengan level yang jauh di bawah. Tetapi ketika menghadapi Filipina atau calon lawan dari Grup B, inkonsistensi seperti ini bisa menjadi bumerang. Tim-tim lain akan lebih agresif memanfaatkan celah kecil untuk membalikkan keadaan.
Kekompakan Antarlini dan Rotasi Masih Perlu Penyesuaian
Pelatih Vanenburg memang melakukan sejumlah rotasi di babak kedua. Masuknya beberapa pemain pengganti bertujuan memberi menit bermain sekaligus menjaga kebugaran inti tim. Namun, yang muncul justru menurunnya keselarasan antara lini belakang, tengah, dan depan.
Pola penyerangan menjadi lebih individualistik. Distribusi dari pivot ke sisi sayap tak lagi seefektif 30 menit pertama, dan beberapa kali kombinasi antar pemain depan mengalami miskomunikasi. Ini menunjukkan bahwa chemistry tim belum sepenuhnya matang, terutama saat dilakukan perubahan komposisi pemain.
Selain itu, koordinasi di area pertahanan masih menyisakan celah, terutama saat menghadapi tekanan balik dari Brunei. Meski tidak berbuah gol, sinyal ini menjadi peringatan bahwa organisasi pertahanan belum mencapai level optimal. Sebuah tantangan besar jika Indonesia ingin menjaga peluang juara.
Ujian Sesungguhnya Menanti di Laga Kedua
Indonesia akan menghadapi Filipina di laga kedua Grup A. Filipina datang dengan kepercayaan diri tinggi setelah menumbangkan Malaysia 2-0. Jika Indonesia tidak meningkatkan konsistensi dan stabilitas permainan, peluang untuk tergelincir tetap terbuka.
Pertandingan berikutnya bukan sekadar tentang kemenangan, tapi pembuktian bahwa Indonesia bisa tampil dominan sekaligus disiplin secara taktik selama 90 menit penuh. Vanenburg kemungkinan akan menurunkan susunan terbaik sejak awal dan menekan dengan ritme tinggi.
Evaluasi terhadap kemenangan atas Brunei bukan untuk meredam euforia, melainkan untuk memastikan langkah berikutnya dibarengi kesiapan menyeluruh. Karena di turnamen seperti ini, satu hasil buruk bisa menghapus peluang dalam sekejap.