Harga Minyak Perkasa Jelang Perundingan Amerika Serikat-China

4 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik pada Jumat, 9 Mei 2025. Seiring kenaikan harga minyak itu mendorong kinerja mingguan yang positif. Hal ini seiring ketegangan perdagangan antara konsumen minyak utama China dan Amerika Serikat (AS) menunjukkan tanda-tanda mereda.

Selain itu Inggris juga mengumumkan kesepakatan perdagangan yang dinilai merupakan terobosan.

Mengutip CNBC, Sabtu (10/5/2025), harga minyak Brent naik USD 1,07 atau 1,7% menjadi USD 63,91 per barel. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik USD 1,11 atau 1,85% menjadi USD 61,02. Pada pekan ini, kedua harga minyak tersebut naik lebih dari 4%.

Analis PVM John Evans menuturkan, harapan perang dagang antara AS dan China mendingin telah membantu minyak berjangka Brent melonjak 3% pada Kamis pekan ini.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent akan bertemu dengan pejabat ekonomi utama China Wakil Perdana Menteri He Lifeng di Swiss pada 10 Mei untuk berupaya menyelesaikan sengketa perdagangan yang telah mengancam permintaan minyak.

"Jika keduanya menetapkan tanggal untuk memulai negosiasi perdagangan formal dan setuju untuk menurunkan tarif tinggi mereka saat ini terhadap satu sama lain sementara pembicaraan terus berlanjut, pasar akan mendapat jeda dan minyak mentah bisa naik USD 2 hingga USD 3 per barel," kata Pendiri Vanda Insights, Vandana Hari.

Ekspor China naik lebih cepat dari yang diharapkan pada April sementara impor mempersempit penurunannya, data bea cukai menunjukkan pada hari Jumat, memberi Beijing sedikit kelegaan menjelang pembicaraan tarif.

Impor minyak mentah negara itu pada April turun dari bulan sebelumnya tetapi naik 7,5% dari tahun ke tahun, didukung oleh penimbunan oleh penyuling negara selama penghentian pemeliharaan.

Kesepakatan Perdagangan AS-Inggris

Secara terpisah, Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengumumkan Inggris telah setuju untuk menurunkan tarif impor AS.

Di tempat lain, Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC+, berencana untuk meningkatkan produksi, mempertahankan tekanan pada harga minyak. Survei Reuters menemukan bahwa produksi minyak OPEC turun tipis pada April karena penurunan produksi di Libya, Venezuela, dan Irak melebihi peningkatan produksi yang dijadwalkan.

Sementara itu, sanksi AS yang lebih ketat terhadap Iran dapat membatasi pasokan dan mendorong harga lebih tinggi. AS minggu ini memberlakukan sanksi pada kilang minyak kecil ketiga di China karena membeli minyak Iran.

Harga Minyak Terbang 3% Tersengat Harapan Perundingan AS-China

Sebelumnya, harga minyak naik sekitar 3% pada perdagangan Kamis, 8 Mei 2025. Kenaikan harga minyak dipicu harapan akan terobosan dalam perundingan perdagangan yang akan datang antara Amerika Serikat (AS) dan China, dua konsumen minyak terbesar di dunia.

Mengutip CNBC, Jumat (9/5/2025), harga minyak Brent naik USD 1,72 atau 2,81% ke posisi USD 62,84 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik USD 1,84 atau 3,17% dan ditutup ke posisi USD 59,91.

Sementara itu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent akan bertemu dengan pejabat ekonomi tertinggi China pada 10 Mei di Swiss. Pertemuan ini untuk negosiasi mengenai perang dagang yang menganggu ekonomi global. “Optimisme seputar perundingan tersebut memberikan dukungan bagi pasar,” ujar Analis SEB Ole Hvalbye.

Dua negara itu merupakan dua ekonomi terbesar di dunia dan dampak dari sengketa perdagangan kemungkinan akan menurunkan pertumbuhan konsumsi minyak mentah.

Volatilitas di Pasar Minyak

Analis memperingatkan kalau volatilitas yang didorong oleh tarif baru-baru ini di pasar minyak belum berakhir.

"Premi risiko global yang mendorong harga minyak naik turun selama beberapa tahun terakhir telah digantikan oleh premi tarif yang juga akan berfluktuasi sebagai respons terhadap berita utama terbaru dari pemerintahan Trump,” ujar Konsultan Energi AS Ritterbusch and Associates, Jim Ritterbusch.

Dalam perkembangan perdagangan lainnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kesepakatan perdagangan AS-Inggris yang akan menciptakan zona perdagangan aluminium dan baja serta mengamankan rantai pasokan farmasi.

Di sisi pasokan, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, akan meningkatkan produksi minyaknya, yang akan menekan harga.

Analis di Citi Research menurunkan perkiraan harga tiga bulan untuk harga minyak Brent menjadi USD 55 per barel dari USD 60 sebelumnya, tetapi mempertahankan perkiraan jangka panjang mereka sebesar USD 60 per barel tahun ini.

Analis Citi mengatakan, kesepakatan nuklir AS-Iran dapat mendorong harga Brent turun hingga mencapai USD 50 per barel karena meningkatnya pasokan di pasar, tetapi jika tidak ada kesepakatan yang terjadi, harga dapat naik hingga lebih dari USD 70.

Read Entire Article
Bisnis | Football |