Resep Usaha Rumahan Awet, Pisahkan Uang Usaha dan Pribadi

9 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Banyak usaha kecil dan rumahan kolaps bukan karena sepi order, tapi karena uang bisnis tercampur dengan keuangan rumah tangga. Hal ini disadari betul oleh Lala, pemilik usaha jahit rumahan yang mempekerjakan mantan buruh pabrik tekstil di tengah lesunya industri garmen.

Bermula dari produksi souvenir kecil seperti pouch dan dompet, usaha Lala kini berkembang memproduksi duster, baju tidur, hingga tas berbahan kain sisa. Ia mengelola usahanya secara mandiri, mulai dari pembelian bahan, koordinasi penjahit, hingga menjual produk secara daring.

Namun, di balik keberhasilan mempertahankan produksi dan tenaga kerja, Lala menekankan satu hal yang menurutnya krusial, disiplin menata keuangan. “Biasanya saya langsung sisihkan margin laba di awal, sebelum uangnya terpakai untuk hal lain,” kata Lala kepada Liputan6.com, Jumat (9/5/2025).

Cara ini membuatnya bisa mengamankan keuntungan bersih lebih dulu. Sehingga uang yang berputar setelahnya hanya digunakan untuk biaya produksi, seperti membeli bahan, membayar ongkos jahit, dan logistik.

Praktik Sederhana, Tapi Penting

Strategi menyisihkan margin di awal membuat Lala terhindar dari kebiasaan umum di kalangan pelaku UMKM. Yakni menggunakan uang usaha untuk keperluan pribadi tanpa disadari.

“Kadang-kadang kan kalau uang masih kelihatan banyak, kita pakai dulu buat belanja rumah. Padahal itu uang buat produksi besok,” ujar Lala.

Untuk meminimalisir kebocoran kas, Lala juga membedakan dompet antara uang bisnis dan uang pribadi, meski usahanya masih dijalankan dari rumah. “Uang jahit ya harus kembali ke jahit,” tegasnya.

Sistem Pembayaran Putus

Dalam menjalankan produksi, Lala menggunakan sistem borongan putus, bukan sistem gaji bulanan. Ia membayar jasa penjahit berdasarkan jumlah dan jenis produk yang dipesan. Dengan sistem ini, ia bisa lebih fleksibel menyesuaikan biaya produksi dengan volume pesanan.

Namun, fleksibilitas ini tetap membutuhkan kontrol keuangan yang ketat. Salah satu tantangan yang ia hadapi adalah ketika order sedang sepi, sementara relasi dengan penjahit tetap harus dijaga.

“Kalau pesanan sepi, produksi tetap jalan, tapi saya kurangi jumlahnya. Soalnya ini soal hajat hidup orang juga,” ujarnya.

Pemisahan Dana Jadi Kunci Bertahan

Menurut Lala, banyak rekan seprofesi yang usahanya mandek bukan karena produknya tidak laku, melainkan karena tidak pernah tahu sebenarnya mereka untung atau tidak. “Kalau semuanya dicampur, kita nggak sadar kalau produksi kita tuh cuma muter doang, nggak ada yang disimpan,” kata Lala.

Ia menyarankan pelaku usaha kecil mulai memisahkan minimal tiga hal dalam keuangan bisnis mereka, modal produksi, upah kerja, dan laba bersih. “Kalau belum bisa pakai software, pakai buku catatan juga cukup. Yang penting tahu alurnya,” ucapnya.

Harapan untuk Pendampingan UMKM

Lala berharap ke depan, pelatihan UMKM tidak hanya fokus pada cara menjual, tetapi juga bagaimana menata dasar keuangan usaha. Menurutnya, edukasi sederhana seperti pencatatan manual, sistem amplop, atau pembukuan harian bisa menyelamatkan banyak bisnis rumahan.

“Kalau usaha kecil kayak saya bisa dikasih pendampingan ngatur uang, itu lebih berasa daripada hanya dikasih pelatihan digital,” tutupnya.

Read Entire Article
Bisnis | Football |