Italia vs Norwegia 1-4: Gattuso Lebih Pilih Timnas Italia Diajari Main Bola daripada Hancur Memalukan di San Siro

2 weeks ago 15

Liputan6.com, Jakarta Pelatih Timnas Italia, Gennaro Gattuso, mengakui kekalahan telak dari Norwegia menjadi sinyal bahaya yang sangat mengkhawatirkan bagi skuadnya. Ia bahkan menyebut dirinya munafik jika tidak merasa cemas melihat Azzurri saat ini. Pernyataan tersebut keluar usai Italia dipermalukan 1-4 di San Siro dalam kualifikasi Piala Dunia 2026, Senin (17/11/2025) dini hari WIB.

Kekalahan ini terasa sangat menyakitkan karena Italia sempat unggul lebih dulu lewat gol Francesco Pio Esposito. Namun, keunggulan tersebut sirna begitu saja ketika Norwegia membalas empat gol tanpa ampun. Ini sekaligus menjadi kekalahan perdana Gattuso selama menjabat sebagai pelatih Italia.

Padahal, target awal tim adalah membalas kekalahan 0-3 pada pertemuan sebelumnya di bulan Juni. Harapan untuk menyapu bersih laga sisa demi meningkatkan kepercayaan diri jelang babak play-off kini justru berantakan. Situasi ini membuat posisi Italia semakin terjepit dalam usaha lolos ke turnamen besar.

Gattuso menyoroti perubahan drastis yang terjadi pada anak asuhnya di babak kedua yang dianggap tidak masuk akal. Sang pelatih kini dihadapkan pada pekerjaan rumah besar untuk membenahi mentalitas tim yang rapuh. Evaluasi menyeluruh harus segera dilakukan sebelum bencana kegagalan Piala Dunia terulang kembali.

Problem Italia: Bukan Fisik, Tapi Mental

Banyak pihak bertanya-tanya mengapa pemain Norwegia terlihat bergerak dua kali lebih cepat dibanding Italia pada babak kedua. Gattuso dengan tegas menolak anggapan bahwa kebugaran fisik menjadi penyebab utama kekalahan tersebut. Menurutnya, masalah utamanya terletak pada reaksi tim setelah jeda istirahat.

Pelatih berjuluk Rino itu melihat timnya justru mundur dan membiarkan lawan mengambil kendali permainan. Hal ini memberikan ruang bagi Norwegia untuk mengeksploitasi kelemahan Italia dengan leluasa. Ketika mental sudah goyah, cara berlari dan menutup ruang pun menjadi kacau.

"Saya tidak berpikir itu masalah fisik, karena setelah jeda dalam waktu 30 detik kami membiarkan mereka memiliki peluang, lalu mundur dan mereka mulai mengambil kendali," ujar Gattuso.

"Kemudian Anda mulai berlari dengan cara yang berbeda, kami bermain mengikuti kekuatan mereka dan mereka menyakiti kami. Itu bukan masalah kebugaran," sambungnya.

Permintaan Maaf dan Penyesalan Terbesar Gattuso

Keruntuhan mental setelah tampil solid di babak pertama menjadi penyesalan terbesar bagi sang pelatih. Strategi membangun serangan dari belakang yang awalnya rapi mendadak berantakan total. Para pemain terlihat berhenti melakukan pergerakan tanpa bola yang seharusnya dilakukan.

Gattuso secara jantan mengambil tanggung jawab penuh atas hasil memalukan di depan pendukung sendiri ini. Ia menyadari bahwa kemenangan seharusnya bisa menjadi modal penting untuk mendongkrak mentalitas tim. Sayangnya, Italia justru gagal total dan tampil memalukan saat menghadapi tekanan.

"Bahkan saat bermain dari lini belakang, itu benar-benar berbeda. Davide Frattesi tidak lagi bergerak melebar. Kami berhenti melakukan pergerakan yang benar. Itu adalah penyesalan terbesar," kata Gattuso.

"Kami meminta maaf kepada para penggemar dan bertanggung jawab. Ini adalah pertandingan yang sangat penting bagi saya hari ini, kami melawan tim yang kuat dan kemenangan bisa saja meningkatkan mentalitas kami untuk mengambil langkah selanjutnya. Kami gagal. Kami tidak boleh hancur dan dipermalukan seperti yang kami lakukan hari ini pada tanda-tanda kesulitan pertama," tegasnya.

Kekhawatiran Absen di Piala Dunia

Kekalahan ini memicu ketakutan nyata bahwa Italia berisiko gagal lolos ke Piala Dunia untuk ketiga kalinya secara beruntun. Gattuso mengakui kerapuhan mental skuadnya adalah masalah serius yang harus segera diatasi. Jeda internasional selama tiga bulan ke depan akan terasa sangat panjang bagi skuad Azzurri.

Mantan gelandang AC Milan itu merasa timnya benar-benar diberi pelajaran berharga oleh Norwegia di kandang sendiri. Ia sangat kesal melihat gawangnya kebobolan dengan cara yang terlalu mudah, terutama pada gol ketiga lawan. Menurutnya, tim sekelas Italia tidak boleh membiarkan lawan membalikkan keadaan hanya dalam lima menit.

"Ini mengkhawatirkan, saya akan menjadi munafik jika menyarankan sebaliknya. Sekarang kami tidak akan bertemu lagi selama tiga bulan, tidak perlu banyak waktu untuk melihat bahwa kami diberi pelajaran hari ini," ucap Gattuso.

"Pertandingan seperti ini tidak boleh kalah 4-1, ada pemain yang melawan kami yang bisa membalikkannya dalam lima menit. Gol ketiga adalah yang paling membuat saya kesal, tetapi kami harus melihat ke depan. Kami tidak bisa berharap untuk membiarkan nol tembakan tepat sasaran, tetapi kami harus bisa bereaksi ketika mereka melakukannya, bukan dengan cara yang kami lakukan hari ini," tambahnya.

Menerima Cemoohan Suporter di San Siro

Sebelumnya, Gattuso sempat bereaksi marah terhadap cemoohan suporter saat Italia menang susah payah atas Moldova. Namun kali ini, ia mengangkat tangan dan mengakui bahwa penonton berhak mencemooh timnya. Ia sadar bahwa penampilan anak asuhnya di babak kedua memang jauh dari harapan.

Pada babak pertama, Gattuso sebenarnya sempat puas dengan dukungan yang diberikan oleh para suporter di stadion. Ia menyadari besarnya cinta masyarakat terhadap tim nasional, namun ia juga paham bahwa kata-kata manis saja tidak lagi cukup. Hasil nyata di lapangan adalah satu-satunya cara membayar dukungan tersebut.

"Di akhir babak pertama, saya sangat puas dengan bagaimana tim diatur, dengan bagaimana para penggemar mendukung kami. Ada kesadaran bahwa orang-orang mencintai tim ini, tetapi bicara saja tidak cukup lagi," tutur Gattuso.

"Itu adalah malam yang tidak pantas didapatkan siapa pun, terutama mereka yang datang ke sini untuk menyemangati kami. Kami berharap dapat memberikan kegembiraan kepada semua penggemar kami," lanjut pelatih berusia 46 tahun itu.

Masalah Kepemimpinan dan Status Chiesa

Menjelang babak play-off bulan Maret, Italia dituntut untuk tidak bermain dengan rasa takut yang berlebihan. Gattuso menekankan bahwa memiliki sosok pemimpin saja tidak cukup jika tim tidak bersatu dalam situasi sulit. Ketakutan membuat kesalahan justru membuat para pemain tampil seperti sedang mengerem kemampuan terbaiknya.

Terkait kemungkinan kembalinya Federico Chiesa yang sempat menolak panggilan timnas demi kebugaran di Liverpool, Gattuso memberikan jawaban diplomatis. Ia tidak menutup pintu, namun menegaskan bahwa sang pemain harus merasa nyaman terlebih dahulu. Komunikasi antara pelatih dan pemain akan terus dilakukan untuk melihat perkembangan situasi.

"Memiliki seorang pemimpin saja tidak cukup, pada saat-saat ini kami harus tetap bersatu. Apa yang paling membuat saya marah adalah bahwa di babak kedua, membangun serangan dari belakang tidak lagi cair, Anda sudah bisa merasakan dari tendangan awal di babak itu bahwa ada sesuatu yang berubah," jelas Gattuso.

"Jika Anda takut membuat kesalahan, Anda bermain dengan rem tangan aktif, dan kami tidak mampu melakukan itu," pungkasnya.

Read Entire Article
Bisnis | Football |