Korban Tewas Gempa Myanmar Tembus 2.700, Warga Perlu Makanan-Air

1 day ago 7

Jakarta, CNN Indonesia --

Tim relawan gempa Myanmar mengungkap kebutuhan mendesak para korban gempa dahsyat yang menewaskan lebih dari 2.700 orang beberapa waktu lalu.

Kebutuhan itu mulai dari tempat berlindung, makanan, dan air.

Kondisi korban juga diperburuk dengan perang saudara yang menyebabkan bantuan untuk para korban sulit dijangkau.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengutip Channel News Asia, Selasa (1/4), jumlah korban tewas telah mencapai 2.719 dan diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 3.000.

Demikian disampaikan pemimpin militer Myanmar Min Aung Hlaing dalam pidato yang disiarkan televisi setempat. Selain korban tewas, dia mengatakan 4.521 orang terluka, dan 441 orang masih hilang.

Gempa berkekuatan 7,7 skala richter yang terjadi pada siang Jumat (28/3) itu merupakan gempa terkuat yang mengguncang Myanmar dalam lebih dari satu abad terakhir. Gempa bahkan meruntuhkan pagoda kuno dan bangunan modern.

Di Thailand, tim penyelamat terus mencari korban di reruntuhan gedung pencakar langit yang runtuh di Bangkok.

Sementara, di wilayah Mandalay, Myanmar, 50 anak dan dua guru tewas ketika sekolah mereka runtuh.

"Di wilayah yang paling parah, masyarakat berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti akses ke air bersih dan sanitasi, sementara tim darurat bekerja tanpa lelah untuk menemukan korban selamat dan memberikan bantuan yang menyelamatkan nyawa," terang Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan.

The International Rescue Committee mengatakan tempat berlindung, makanan, air, dan bantuan medis sangat dibutuhkan di tempat-tempat seperti Mandalay yang berada dekat dengan episentrum gempa.

"Setelah mengalami teror gempa bumi, orang-orang kini takut akan gempa susulan dan tidur di luar di jalan atau di lapangan terbuka," ujar seorang pekerja IRC di Mandalay dalam sebuah laporan.

Di luar itu, perang saudara Myanmar, tempat junta militer merebut kekuasaan melalui kudeta pada 2021, turut mempersulit upaya menjangkau korban terluka dan kehilangan tempat tinggal akibat gempa.

Amnesty International mengatakan junta militer perlu mengizinkan bantuan untuk menjangkau wilayah-wilayah negara yang tidak berada di bawah kendalinya. Kelompok pemberontak mengatakan junta militer telah melakukan serangan udara setelah gempa bumi tersebut.

"Militer Myanmar menggunakan praktik lama untuk menolak memberikan bantuan ke daerah-daerah tempat kelompok-kelompok yang menolaknya aktif," kata peneliti Amnesty di Myanmar, Joe Freeman.

"Militer harus segera mengizinkan akses tanpa hambatan ke semua organisasi kemanusiaan dan menghapus hambatan administratif yang menunda penilaian kebutuhan," imbuhnya.

(thr/sfr)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Bisnis | Football |