Kurs Dolar Stabil, Rupiah Menguat Tipis Didukung Sentimen The Fed dan Indeks Kepercayaan Konsumen

Liputan6.com, Jakarta - Kurs dolar stabil. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa di Jakarta bergerak menguat tipis sebesar 1 poin atau 0,01 persen ke level Rp16.694 per dolar AS. Penguatan rupiah ini terjadi di tengah sikap hati-hati pelaku pasar yang menunggu rilis data indeks kepercayaan konsumen (IKK) Indonesia.

Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menilai rupiah berpotensi melanjutkan penguatan terbatas seiring investor yang menerapkan strategi wait and see.

“Rupiah diperkirakan akan datar terhadap dolar AS dengan kecenderungan menguat terbatas. Investor wait and see mengantisipasi rilis data indeks kepercayaan konsumen Indonesia yang diperkirakan akan sedikit lebih tinggi,” ujarnya dikutip dari Antara.

Bank Indonesia sebelumnya mencatat IKK pada Oktober 2025 berada di level 121,2, meningkat dibanding bulan sebelumnya yang berada di 115,0. Kenaikan optimisme konsumen tersebut ditopang perbaikan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) serta Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK), masing-masing tercatat 109,1 dan 133,4.

Menurut Lukman, untuk November 2025 IKK diperkirakan naik lagi menjadi 122, sejalan dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi.

Selain data IKK, rupiah juga dipengaruhi sentimen global terkait ekspektasi kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve. Pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pekan ini.

Lukman menyampaikan bahwa pergerakan indeks dolar AS masih cenderung datar karena pelaku pasar menunggu hasil rapat The Fed. “The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga 25 bps, namun akan memberikan pernyataan hawkish akan prospek pemangkasan ke depannya,” tuturnya.

Prospek kebijakan moneter AS akan sangat menentukan arah pergerakan kurs dolar dan rupiah dalam jangka pendek. Pemangkasan suku bunga biasanya memberi peluang penguatan bagi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, karena tekanan dari dolar cenderung berkurang.

Kondisi rupiah yang menguat tipis menunjukkan pasar masih berada dalam fase menunggu kepastian. Data IKK menjadi salah satu indikator penting karena mencerminkan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ke depan. Jika kepercayaan konsumen meningkat, hal itu memberi sinyal positif pada stabilitas ekonomi domestik serta daya beli masyarakat.

Sementara itu, pengaruh eksternal dari The Fed juga masih dominan. Pernyataan hawkish atau dovish dari bank sentral AS dapat menentukan arah kurs dolar dan memicu fluktuasi rupiah. Jika pemangkasan suku bunga berlanjut, hal itu bisa menurunkan tekanan pada rupiah dan membuka ruang apresiasi lebih lanjut.

Dengan kombinasi sentimen global dan domestik tersebut, pasar keuangan masih akan bergerak dinamis. Investor pun tetap mencermati perkembangan kurs dolar dan indikator ekonomi lainnya untuk menentukan langkah investasi berikutnya.