Manchester United Jadi Spesialis Sepak Pojok: Transformasi Berhasil di Bawah Ruben Amorim

Liputan6.com, Jakarta Dalam beberapa musim terakhir, sepak pojok selalu menjadi sisi lemah Manchester United. Baik dalam bertahan maupun menyerang, tim ini sering kesulitan mengeksekusi situasi bola mati.

Namun, di bawah Ruben Amorim, ada perubahan mencolok. Musim 2025/26 menandai kebangkitan United sebagai salah satu tim paling berbahaya dari sepak pojok di Premier League.

Secara ofensif, United mencatat 14,3 gol per 100 sepak pojok, tertinggi di liga musim ini. Sementara itu, rasio kebobolan dari situasi yang sama masih di angka 7,1 gol per 100 tendangan sudut, menempatkan mereka di posisi kelima terburuk. Namun di sisi penyerangan, efektivitasnya tak terbantahkan.

Faktor utama di balik tren ini adalah kejelasan pola dan kualitas eksekusi bola mati, terutama lewat kaki Bruno Fernandes dan rekrutan anyar, Bryan Mbeumo.

Amorim menekankan pendekatan sederhana namun konsisten. United kini memfokuskan arah sepak pojok ke area tengah dan tiang jauh dalam kotak enam yard.

Fernandes mengambil dari sisi kiri, sementara Mbeumo dari kanan. Tiga bek tengah, Matthijs de Ligt, Harry Maguire, dan Leny Yoro, memainkan peran kunci sebagai pemantul, pemblokir, atau target utama.

Contohnya terlihat pada laga melawan Fulham pada Agustus lalu. Dalam skema tersebut, De Ligt bertugas menghalangi kiper Bernd Leno, sementara Luke Shaw memblokir bek zona lawan.

Yoro pun mendapat ruang duel satu lawan satu dan berhasil mencetak gol lewat sundulan yang sempat mengenai pemain Fulham.

Situasi serupa terjadi ketika menghadapi Nottingham Forest. Kali ini, Casemiro menjadi target utama. Pergerakan cerdas De Ligt dan Shaw membuka ruang, sementara Fernandes mengirim umpan melengkung presisi.

Hasilnya, Casemiro mencetak gol yang memperlihatkan bagaimana kombinasi gerakan kecil mampu menciptakan peluang besar.

Gol sundulan De Ligt ke gawang Tottenham menjadi simbol perubahan United. Dalam laga itu, ia berganti peran dari pengganggu kiper menjadi target utama setelah Maguire ditarik keluar.

Mason Mount mengambil alih peran pemblokir, sementara Yoro menarik bek lawan dari posisi ideal. Umpan Fernandes yang akurat menemui kepala De Ligt di tiang jauh, dan United menyamakan kedudukan.

Itu merupakan gol keenam United dari sepak pojok musim ini, hanya terpaut satu dari rekor tertinggi klub sejak 2018/19. Di balik hasil ini, terlihat bahwa United kini punya sistem yang terencana, bukan bergantung pada keberuntungan.

Meski lini pertahanan dari sepak pojok masih perlu perbaikan, kehadiran kiper baru Senne Lammens memberi stabilitas di bawah mistar.