Rapor Real Madrid Akhir Musim 2024/2025: Babak Belur, Badai Cedera, dan Kepergian Ancelotti

1 month ago 14

Liputan6.com, Jakarta Musim 2024/2025 menjadi periode transisi bagi Real Madrid, klub dengan sejarah gemilang di kancah sepak bola Eropa. Meskipun diperkuat oleh pemain-pemain bintang seperti Kylian Mbappe dan Jude Bellingham, Los Blancos gagal meraih trofi di semua kompetisi utama.

Kegagalan ini sekaligus menandai akhir era Carlo Ancelotti dan membuka lembaran baru di bawah kepemimpinan Xabi Alonso. Ada terlalu banyak masalah sepanjang musim, sudah waktunya Ancelotti memberikan tongkat estafet kepada yang lain.

Kehadiran Mbappe yang dinanti-nantikan tidak mampu mengangkat performa tim secara keseluruhan. Sementara itu, Bellingham menunjukkan konsistensi di lini tengah, namun tidak cukup untuk menutupi kelemahan di sektor lain. Performa tim yang inkonsisten, terutama di lini pertahanan, menjadi salah satu faktor utama kegagalan musim ini.

Dengan pergantian pelatih dan rencana pembenahan skuad, Real Madrid menghadapi tantangan besar untuk kembali ke jalur kemenangan. Evaluasi menyeluruh terhadap performa tim, pemain, dan strategi menjadi langkah awal dalam membangun kembali dominasi mereka di panggung domestik dan Eropa.

Performa di La Liga: Konsistensi yang Hilang

Real Madrid mengakhiri musim La Liga 2024/2025 tanpa gelar, tertinggal dari rival abadi mereka, Barcelona. Kekalahan telak 2-5 dari Barcelona di final Supercopa de Espana menyoroti kelemahan pertahanan yang belum teratasi sepanjang musim. Meskipun Mbappe mencetak 31 gol dalam 34 penampilan La Liga, kontribusinya tidak cukup untuk menutupi inkonsistensi tim secara keseluruhan.

Kekalahan mengejutkan 1-2 dari Valencia pada April 2025 semakin memperburuk posisi mereka di klasemen. Vinicius Junior, yang diharapkan menjadi tandem ideal bagi Mbappe, mengalami penurunan performa, termasuk kegagalan mengeksekusi dua penalti penting dalam momen krusial. Kehilangan poin di laga-laga krusial menjadi faktor utama kegagalan meraih gelar domestik.

Kehadiran pemain tangguh seperti Federico Valverde memberikan harapan, tapi belum cukup untuk mengangkat performa tim secara keseluruhan. Kemenangan tipis 1-0 atas Athletic Bilbao berkat gol Valverde menunjukkan potensi tim, tapi konsistensi tetap menjadi masalah utama.

Salah satu penyebab utama masalah konsistensi Madrid adalah hantaman badai cedera. Musim ini terlalu banyak pilar penting Madrid yang menepi cedera, khususnya di lini belakang, seperti: Dani Carvajal, Eder Militao, David Alaba, Ferland Mendy, dan nama-nama lain.

Performa di Liga Champions: Harapan yang Pupus

Di kancah Eropa, Real Madrid menunjukkan performa impresif di awal, termasuk kemenangan 3-1 atas Manchester City berkat hat-trick Mbappe. Namun, harapan meraih gelar ke-15 Liga Champions pupus setelah kekalahan telak 0-3 dari Arsenal di leg pertama babak perempat final.

Kekalahan ini menyoroti kelemahan taktis dan kurangnya adaptasi terhadap tekanan tinggi lawan. Meskipun memiliki sejarah comeback yang mengesankan, kali ini Real Madrid gagal membalikkan keadaan.

Kekalahan ini menjadi pukulan telak bagi Ancelotti, yang sebelumnya dikenal sebagai spesialis Liga Champions. Kegagalan ini juga menandai akhir dari era Ancelotti di klub, setelah enam musim yang penuh prestasi .

Kekalahan dari Arsenal menunjukkan perlunya pembenahan strategi dan peningkatan kualitas skuad. Kehadiran pemain-pemain muda berbakat belum cukup untuk bersaing di level tertinggi Eropa tanpa dukungan sistem dan taktik yang solid.

Real Madrid: Pemain Bersinar dan Tenggelam

Kylian Mbappe menjadi sorotan utama dengan mencetak total 42 gol di semua kompetisi yang mendorongnya meraih Sepatu Emas Eropa. Jude Bellingham juga menunjukkan performa konsisten dengan 28 kontribusi gol dalam 51 penampilan, meskipun sering dimainkan di luar posisi idealnya.

Namun, tidak semua pemain tampil sesuai harapan. Vinícius Junior mengalami penurunan performa signifikan, termasuk kegagalan dalam eksekusi penalti yang krusial. Pemain muda Endrick juga belum menunjukkan dampak berarti, gagal mencetak gol atau assist dalam beberapa penampilan awalnya.

Kelemahan di lini pertahanan menjadi perhatian utama, dengan beberapa pemain senior menunjukkan penurunan performa. Hal ini menyoroti kebutuhan akan regenerasi dan peningkatan kualitas di sektor belakang untuk menghadapi tantangan musim depan.

Perubahan di Kursi Pelatih: Dari Ancelotti ke Alonso

Carlo Ancelotti mengakhiri masa jabatannya sebagai pelatih Real Madrid dengan rekor 15 trofi, termasuk tiga gelar Liga Champions. Namun, musim tanpa gelar ini menjadi penutup yang kurang manis bagi pelatih legendaris tersebut. Ancelotti kini melanjutkan kariernya sebagai pelatih tim nasional Brasil.

Sepanjang musim ini Ancelotti sudah berulang kali dikritik. Dia tidak punya variasi taktik untuk Madrid ketika menghadapi laga-laga sulit. Kekalahan telak dari Barcelona dalam empat pertemuan musim ini jadi contoh yang jelas.

Sebagai pengganti, Xabi Alonso ditunjuk untuk memimpin Real Madrid dengan kontrak tiga tahun. Alonso, yang sukses membawa Bayer Leverkusen meraih gelar Bundesliga, berambisi menerapkan gaya permainan dinamis dan ofensif di Santiago Bernabeu. Ia juga berencana memaksimalkan potensi pemain-pemain muda dan memperkuat lini pertahanan.

Dengan tantangan besar di depan, termasuk partisipasi di Piala Dunia Antarklub, Alonso memiliki tugas berat untuk mengembalikan kejayaan Real Madrid. Dukungan penuh dari manajemen dan suporter akan menjadi kunci sukses dalam era baru ini.

Read Entire Article
Bisnis | Football |