RUU Pajak Donald Trump Terancam Pangkas Donasi Orang Kaya, Siapa yang Akan Menutupi Selisihnya?

2 days ago 10

Liputan6.com, Jakarta - Rancangan Undang-Undang (RUU) pajak atau RUU pajak terbaru yang diusung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump diprediksi mengubah filantropi di Amerika Serikat. Para ekonom dan pakar akademis memperingatkan perubahan aturan pajak tersebut dapat memangkas sumbangan dari para donatur kaya, sehingga mengharuskan masyarakat berpenghasilan menengah dan bawah untuk menutup kekurangannya.

RUU pajak Trump yang disahkan pada Juli lalu mengurangi sejumlah insentif pajak bagi para donatur dengan penghasilan tinggi. Pemotongan manfaat pajak efektif bagi kelompok penghasilan teratas dari 37% menjadi 35% diperkirakan menekan jumlah donasi hingga miliaran dolar.

Lilly Family School of Philanthropy di Indiana University memperkirakan perubahan ini dapat mengurangi kontribusi filantropi antara USD 4,1 miliar hingga USD 6,1 miliar per tahun. Selain itu, insentif bagi para pembayar pajak juga dipersempit, karena mereka kini hanya dapat mengurangi sumbangan yang melebihi 0,5% dari pendapatan kotor yang disesuaikan.

Harapan Baru untuk Donatur Kelas Menengah?

Di sisi lain, aturan baru memberi peluang bagi 140 juta wajib pajak yang tidak merinci pajaknya. Mulai tahun depan, mereka tetap bisa mengurangi sumbangan tunai hingga USD 1.000 per wajib pajak, meski menggunakan potongan standar sesuatu yang tak bisa dilakukan sebelumnya.

Namun, menurut Elena Patel, Co director Urban Brookings Tax Policy Center, sulit mengharapkan donatur menengah dan bawah untuk menutup kekurangan tersebut karena para penerima penghasilan tinggi memberi lebih sedikit.

"Kontribusi kecil dari jutaan rumah tangga tentu penting, tapi skala sumbangan dari individu dengan kekayaan besar jauh lebih mendominasi,” ujarnya.

Ekonomi “K Shaped” dan Tantangan Filantropi

Meski total donasi rumah tangga Amerika meningkat menjadi USD 392,45 miliar pada tahun lalu, menurut laporan terbaru Lilly School of Philanthropy for Giving USA. Angka ini naik 52% sejak 2014.

Namun, meski donasi meningkat, semakin sedikit warga Amerika Serikat yang memberi karena donatur kaya semakin banyak yang melakukan kegiatan filantropi, menurut penelitian universitas tersebut.

Dekan Lilly School of Philanthropy, Amir Pasic mengatakan, kondisi ekonomi "berbentuk K" di mana orang kaya makin kaya, sementara kelas menengah dan bawah kian tertekan membuat kebiasaan memberi semakin timpang.

"Tekanan finansial menahan kemampuan donatur sehari-hari untuk memberi. Sementara itu, donatur kaya menyumbang lebih besar," ujar dia.

Kenaikan harga, tarif, serta biaya hidup yang meningkat membuat masyarakat menengah dan bawah mengurangi pengeluaran, termasuk untuk amal. Di saat bersamaan, konsumsi kelas atas justru menunjukkan daya beli yang tetap kuat.

Akankah Insentif Baru Mampu Mengubah Perilaku?

Ekonom Daniel Hungerman menilai efektivitas insentif pajak baru tersebut masih meragukan. Menurut dia, upaya serupa pada 1980an gagal meningkatkan jumlah donasi. Begitu pula pengurangan sementara sebesar USD 300 pada 2020, yang hanya menaikkan sumbangan sebesar 5%.

Bahkan, penetapan potongan pajak standar yang lebih tinggi setelah reformasi pajak 2017 menyebabkan penurunan sumbangan amal hingga US$16 miliar per tahun secara permanen.

Namun, ada sedikit harapan. Peningkatan batas pengurangan SALT (State and Local Taxes) dapat mendorong lebih banyak wajib pajak di negara bagian berbiaya tinggi untuk merinci pajaknya, yang pada gilirannya meningkatkan insentif memberi.

Hungerman menekankan, yang terpenting adalah mengajak donatur menengah membiasakan diri berdonasi sejak dini. “Di suatu tempat, ada Bill Gates masa depan,” ujarnya.

Strategi Donasi di Tengah Aturan Pajak Baru

Para ahli pajak mendorong para donatur untuk memanfaatkan celah aturan sebelum perubahan berlaku penuh.

Penasihat kekayaan di Northern Trust, Robert Westley menyarankan, donatur yang ingin menyumbang selama empat tahun ke depan untuk mempercepat donasi ke tahun ini. Hal ini karena para wajib pajak hanya dapat mengurangi sumbangan hingga 60% dari pendapatan kotor yang disesuaikan per tahun.

Untuk donatur yang ingin memberi tetapi masih menimbang arah sumbangan, Dana yang Disarankan oleh Donor atau DAF, menjadi opsi populer. Selain mendapat potongan pajak langsung, donatur bebas menentukan waktu penyaluran donasi ke organisasi yang mereka pilih.

Westley juga mencatat tren meningkatnya donasi saham yang sudah mengalami apresiasi nilai, terutama dari sektor teknologi. Langkah ini membantu donatur menghindari pajak keuntungan modal sekaligus menyeimbangkan kembali portofolio investasi mereka.

Menanti Aturan Teknis dari IRS

Meski demikian, sejumlah detil teknis masih belum jelas. Misalnya, apakah perwalian nonpemberi hibah juga akan dikenai batasan baru dalam pengurangan pajaknya.

Namun secara keseluruhan, kalangan berpenghasilan tinggi tetap memiliki banyak strategi untuk mengoptimalkan manfaat pajak dari kegiatan filantropi. Mereka yang berusia 73 tahun ke atas bahkan dapat menyumbangkan distribusi minimum wajib dari IRA secara langsung kepada amal untuk menurunkan penghasilan kena pajak mereka.

Dengan berbagai perubahan yang sedang berlangsung, masa depan filantropi Amerika Serikat tampaknya akan bergantung pada keseimbangan antara para donatur terbesar dan jutaan donatur baru dari kelas menengah.

Read Entire Article
Bisnis | Football |