Liputan6.com, Jakarta - UEFA baru saja mencoret Crystal Palace dari ajang Liga Europa 2025/2026. Keputusan ini mendapat reaksi keras dari klub dan suporter.
Sebelumnya, skuad Palace memastikan jatah kompetisi itu setelah berhasil memenangi Piala FA musim lalu. Sanksi tersebut merupakan dampak dari aturan kepemilikan multi-klub yang diberlakukan UEFA. Organisasi melarang pihak yang memiliki kepentingan signifikan di lebih dari satu klub dalam kompetisi yang sama.
John Textor, pemilik dari Eagle Football Holdings yang menaungi Crystal Palace, juga memiliki mayoritas saham dari salah satu klub Prancis, Olympique Lyon. Kedua tim tersebut mendapat jatah bermain di Europa League 2025/2026.
Hanya satu yang bisa tampil. Karena peringkat koefisien yang lebih tinggi, Lyon akhirnya diizinkan. Sementara Palace turun ke kasta ketiga Eropa alias Liga Konferensi.
The Eagles sendiri sedang mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) terkait masalah ini. Fans Crystal Palace juga menuntut UEFA untuk mengembalikan ke Europa League dalam demo yang berlangsung di area markas kebanggaan, Selhurst Park, Selasa (15/7/2025) lalu.
Awal Persoalan Tiket Europa League The Eagles
Aturan di Inggris menyebut bahwa pemenang Piala FA berhak mewakili Inggris pada kompetisi Europa League di musim berikutnya. Maka, kemenangan The Eagles pada Piala FA musim kemarin menyegel satu tiket, meskipun mereka finis pada posisi 12 di liga.
Masalah muncul saat di negara berbeda, Paris Saint-Germain berhasil menjuarai Coupe de France. Hasil ini juga membuat jatah ke Liga Europa diberikan kepada peringkat liga terbaik yang belum mendapat tiket (dalam hal ini Lyon), sebab PSG bakal tampil di kompetisi yang lebih tinggi yakni Liga Champions.
Baik Palace maupun Lyon dimiliki oleh grup yang sama yaitu Eagle Football Holdings. Secara aturan, UEFA melarang dua klub mengikuti kompetisi yang sama apabila mereka dimiliki oleh satu entitas.
Keadaan ini membuat salah satu di antara Palace ataupun Lyon harus angkat kaki. Melihat perbandingan koefisien kedua klub di pentas regional, UEFA memutuskan bahwa The Eagles lah yang pada akhirnya harus turun ke kasta ketiga.
Aksi Demo Menuntut UEFA
Musim depan seharusnya menjadi kali kedua Crystal Palace bermain di kompetisi Eropa, setelah terakhir kali terjadi pada tahun 1998. Tentunya, keadaan yang tidak menguntungkan ini membuat banyak fans marah.
Pada Selasa (15/7/2025), fans The Eagles menjalankan aksi protes di area stadion Selhurst Park. Mereka menuntut UEFA untuk mencabut putusan dan mengembalikan Palace ke kompetisi kasta kedua Eropa tersebut.
“Sangatlah tidak adil saat kami berhasil memenangi kompetisi tertua di dunia (FA), namun harus turun dari Europa League,” ujar salah satu fans Palace, John Harness.
“Kami mempunyai hak untuk berada di sana (Europa League) dan saat ini yang dapat kami lakukan adalah menunjukkan dukungan kami kepada klub.”
Crystal Palace Mengajukan Banding
Terkini, Crystal Palace resmi membawa polemik ini ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). The Eagles meyakini bahwa mereka berhak atas tiket Europa League tersebut dan tidak seharusnya turun kasta.
Sebenarnya, Eagle Football Holdings sudah mengalihkan sebagian besar kepemilikan mereka pada Woody Johnson, pemilik dari New York Jets, pada bulan Juni kemarin. Masalahnya, Palace telah melewatkan tenggat waktu yang ditentukan UEFA untuk menyelesaikan polemik kepemilikan multi-klub pada Maret lalu.
“Sejujurnya, saya tak bisa berkata apa-apa. Kami mencoba segala cara untuk memisahkan diri dari klub, seperti yang UEFA minta,” ucap John Textor.
“Kini, kami telah menjual habis klub yang saya cintai, demi membantu para fans melanjutkan tahun yang mereka selalu impikan, hanya untuk kemudian harus menghadapi keputusan lain di luar lapangan yang mengacaukan sebuah kemenangan dalam olahraga yang bersejarah."