Belanja Rp6,6 Triliun: Apa yang Mendorong Liverpool Berubah Total Musim Panas Ini?

1 month ago 5

Liputan6.com, Jakarta Musim panas 2025 menjadi babak baru dalam kebijakan transfer Liverpool. Klub yang selama ini dikenal hati-hati dalam membelanjakan uang, kini berada di ambang mencetak rekor sebagai pemboros kedua terbesar dalam satu jendela transfer di Inggris.

Dengan total pengeluaran yang mendekati 300 juta pounds (sekitar Rp 6,6 triliun), langkah ini tentu menimbulkan tanda tanya: Apakah ini bentuk penyimpangan dari strategi lama atau kelanjutan dari perencanaan jangka panjang yang matang?

Dengan transfer Hugo Ekitike dari Eintracht Frankfurt yang sudah terealisasi, maka Liverpool akan menyalip hampir semua klub dalam belanja pemain. Namun, fakta di baliknya menunjukkan bahwa ada alasan kuat di balik setiap keputusan.

Liverpool dan Strategi Finansial yang Berubah?

Liverpool telah menghabiskan lebih dari £200 juta musim panas ini, termasuk pembelian kiper Giorgi Mamardashvili yang sebenarnya sudah disepakati sejak tahun lalu. Namun langkah terbaru mereka untuk mendatangkan Ekitike jelas ambisius.

Dengan pengesahan transfer tersebut, total belanja Liverpool akan menjadi yang tertinggi kedua dalam sejarah Premier League setelah Chelsea musim panas 2023/2024. Jumlah itu cukup untuk membeli 11 pemain seharga Sadio Mane saat bergabung tahun 2016.

Kenyataan ini kontras dengan pernyataan Jurgen Klopp pada 2016, yang saat itu mengecam harga transfer Pogba. Namun, sejak itu, realitas industri sepak bola telah berubah drastis.

Fondasi Sukses: Dari Klopp ke Slot

Di bawah Klopp, Liverpool menjadi juara Eropa dan Inggris dengan filosofi finansial yang seimbang: beli besar, tapi jual lebih besar. Transfer Van Dijk dan Alisson hanya mungkin terjadi berkat penjualan Coutinho dengan nilai setara.

Setelah sukses besar di lapangan, kekuatan finansial Liverpool ikut meningkat. Ekspansi stadion, pendapatan komersial, dan dominasi di Liga Champions selama enam dari tujuh musim terakhir membentuk fondasi keuangan yang solid.

Di bawah Arne Slot, klub kembali menjuarai Premier League meski nyaris tanpa belanja besar musim lalu. Keberhasilan itu memperkuat posisi mereka sebagai klub paling menguntungkan di Inggris saat ini.

Belanja Besar, tapi Tetap Terukur

Saat laporan keuangan terbaru dirilis, Liverpool mencatat pendapatan tertinggi dari Premier League. Berbeda dari masa pandemi, FSG kini tak perlu memangkas rencana investasi.

Meski tersingkir di babak 16 besar Liga Champions oleh PSG, performa di fase grup membawa pemasukan sekitar 90 juta pounds. Di sisi lain, dua penjualan dari akademi menghasilkan keuntungan bersih 45 juta pounds.

FSG tetap mengalokasikan dana untuk kontrak baru Van Dijk dan Salah, namun juga membuka ruang menjual pemain seperti Darwin Nunez dan Luis Diaz jika harga sesuai. Strategi ini menyeimbangkan antara ambisi dan kestabilan.

Read Entire Article
Bisnis | Football |