Liputan6.com, Jakarta Sekilas, gol kemenangan Chelsea atas Palmeiras di perempat final Club World Cup tampak seperti hasil keberuntungan.
Bola hasil umpan silang Malo Gusto yang memantul mengenai bek Agustin Giay tampak tidak disengaja saat masuk ke gawang. Namun di balik gol itu, ada perencanaan matang yang berlangsung jauh sebelum pertandingan.
Strategi sepak pojok pendek yang diterapkan Chelsea menjadi elemen penting dari gol tersebut. Dalam turnamen ini, mereka telah mengambil 23 dari 36 sepak pojok dengan skema pendek, hampir tiga kali lebih banyak dibanding tim terdekat, Fluminense.
Rangkaian gol tersebut bukan kebetulan, melainkan hasil dari pola permainan terlatih yang telah menjadi ciri khas Chelsea sepanjang musim panas ini.
Strategi Sepak Pojok Pendek yang Tersistematis
Gol Gusto berasal dari sepak pojok pendek yang diambil Pedro Neto, mengoper bola ke Gusto yang berada di garis byline sisi kanan serangan. Skema ini menciptakan segitiga antara pengambil tendangan, pemain di garis byline, dan satu opsi tambahan di tepi kotak penalti.
Struktur ini memberikan dua keuntungan: Jika lawan tidak menempatkan cukup pemain, Chelsea bisa dengan mudah mengalirkan bola; jika lawan menyesuaikan jumlah pemain, itu akan mengosongkan kotak penalti.
Skema ini telah muncul dalam laga-laga melawan Los Angeles FC, Esperance Tunis, dan Benfica. Gol ke gawang Palmeiras pun berasal dari skema segitiga ini.
Meskipun liputan televisi nyaris tidak menyorotnya, formasi itu terlihat jelas sesaat sebelum Gusto mengoper bola ke Palmer.
Hasil Evaluasi dan Perubahan Taktik Maresca
Musim lalu, Chelsea hanya mencetak tiga gol dari 100 sepak pojok di Premier League, di bawah rata-rata liga. Maresca menilai ada ruang besar untuk perbaikan dan mengonfirmasi bahwa sejak Club World Cup dimulai, mereka mencoba struktur baru dalam situasi bola mati.
“Sejak awal kompetisi ini, kami mencoba struktur baru di sepak pojok. Alasannya karena kami ingin selalu meningkatkan aspek permainan,” kata Maresca. Ia menambahkan bahwa meski lebih sering memainkan sepak pojok pendek, timnya tetap memiliki variasi lain.
Pergeseran ke strategi bola mati yang lebih kreatif kini menjadi tren di sepak bola modern. Chelsea kini lebih terstruktur dan mengandalkan kepiawaian staf pelatih dalam merancang variasi serangan.
Peran Bernardo Cueva dan Dinamika Taktik di Lapangan
Cole Palmer menyebut nama pelatih bola mati Chelsea, Bernardo Cueva, sebagai otak di balik pola-pola kreatif ini. “Kami punya pelatih bola mati dan dia memberi kami berbagai ide. Sejauh ini berjalan baik,” ujar Palmer.
Gol dari skema ini menjadi sorotan, namun performa Chelsea di babak pertama juga patut diapresiasi. Dengan Andrey Santos menggantikan Reece James yang mengalami ketegangan saat pemanasan, Chelsea menyesuaikan formasi dengan pola 3-1-5-1 saat menyerang.
Di babak pertama, 46 persen serangan Chelsea terjadi di sisi kanan melalui rotasi Palmer, Neto, dan Gusto. Palmeiras mencoba menyesuaikan di babak kedua, dan berhasil menyamakan skor lewat Estevao, yang akan bergabung dengan Chelsea musim depan.
Namun pada akhirnya, strategi yang telah dipersiapkan selama berminggu-minggu menjadi penentu kemenangan. Gol Gusto mungkin tampak canggung, tapi sesungguhnya dirancang dengan cermat.