Liputan6.com, Jakarta Manchester United pernah menjadi tempat di mana Angel Gomes dan Mason Greenwood digadang-gadang menjadi bintang masa depan. Gomes, lahir 2000, dikenal sebagai “wonderkid” yang masuk skuad utama MU sejak usia dini. Greenwood, dengan insting mencetak gol yang tajam, turut menjadi aset besar United sejak remaja.
Namun realitasnya tak selalu manis bagi keduanya di Old Trafford. Gomes kesulitan mendapatkan menit bermain yang berarti, sementara Greenwood terpaut non-sepak bola dan kontroversi yang mengganggu kariernya di klub.
Kedua pemain itu kemudian memilih (atau dipaksa) untuk melanjutkan karier di luar Inggris. Kini keduanya sama-sama berlabuh di Marseille, mencoba untuk menemukan kesempatan membangun ulang reputasi dan karier mereka.
Sekarang, performa kedua pemain ini mulai menarik perhatian. Gomes resmi bergabung Marseille pada musim panas 2025, dengan kontrak tiga tahun mulai Juli 2025. Sementara Greenwood, sejak kedatangannya di Marseille tahun 2024, mencetak banyak gol dan menjadi top scorer Liga Prancis musim 2024-25 bersama Ousmane Dembele dari PSG.
Kisah bangkit mereka di Marseille bukan hanya tentang statistik, tapi soal kesempatan, kepercayaan, dan lingkungan yang lebih mendukung untuk memperbaiki kesalahan masa lalu. Apa yang membuat mereka gagal di MU, dan kenapa Marseille menjadi panggung ideal mereka untuk tampil kembali? Berikut ulasannya.
Angel Gomes Gagal Bersaing di Man United
Angel Gomes tumbuh besar di akademi Manchester United dan debut untuk tim senior dilakukan sejak usia remaja. Namun, sejumlah faktor membuat ia kesulitan menetap.
Di United, terutama di lini tengah dan penyerangan, banyak talenta maupun pemain senior yang punya reputasi dan performa tinggi. Gomes, meski sempat diberi kepercayaan tampil, tetapi mendapat sedikit kesempatan reguler.
Selain itu gaya bermainnya pun juga kurang cocok. United, dalam beberapa musim terakhir, lebih mengandalkan kekuatan fisik, pressing tinggi, kecepatan, serta pemain yang bisa langsung berdampak ofensif. Gomes, seorang playmaker atau pemain kreatif yang lebih mengandalkan visi dan distribusi bola, seringkali dianggap kurang cocok untuk tuntutan tersebut.
Lalu ada faktor psikologis dan beban reputasi. Gomes pernah mengatakan bahwa mengenakan jersey Man United itu punya beban yang teramat berat. Ekspektasi publik dan media terhadap pemain muda di MU bisa jadi menjadi tekanan tambahan. Ditambah, peluang yang terbatas, persaingan, dan keputusan-keputusan manajerial—kadang belia dalam umur tapi harus menghadapi tuntutan profesional—membuat jalan Gomes di United tidak mulus.
Kebangkitan Angel Gomes Prancis
Akhirnya, keputusan untuk pergi ke Lille lewat kontrak bebas pada 2020 menjadi kesempatan bagi dirinya untuk mendapatkan menit bermain lebih banyak dan menemukan perannya sendiri di luar bayang-bayang Old Trafford. Setelah melewati lima tahun di klub tersebut, Gomes resmi menjadi pemain Marseille mulai Juli 2025 dengan kontrak tiga tahun.
Di Lille, Gomes sudah menunjukkan bahwa ia matang secara taktik dan teknis. Ia menjadi pemain penting dalam hal penguasaan bola, distribusi, dan assist. Di Marseille, peluang lebih terbuka untuk menunjukkan kemampuannya sebagai gelandang berkelas.
Klub memberikan kepercayaan kepada Gomes dengan menit bermain reguler, peran lebih jelas di lini tengah (baik sebagai gelandang serang maupun gelandang tengah), dan lingkungan yang relatif lebih stabil dibandingkan situasi di Inggris. Sejauh ini dari empat laga ia sudah mencetak satu gol dan beradaptasi dengan gaya yang diinginkan Roberto De Zerbi di Marseille.
Mason Greenwood dan Kontroversi di Manchester United
Mason Greenwood adalah salah satu produk akademi paling menjanjikan MU dalam beberapa tahun terakhir. Dari usia remaja, ia sudah rutin mencetak gol, menjadi bagian lini serang tim utama, dan dianggap sebagai calon striker depan MU di masa depan. Namun, ada satu hal yang membuat kariernya di United tak berjalan mulus.
Masalah itu adalah kontroversi di luar lapangan. Pada Oktober 2022, Greenwood dituduh atas beberapa tuduhan serius seperti percobaan pemerkosaan dan penyeranganterhadap pasangannya. Tuduhan tersebut kemudian ditolak oleh pihak kepolisian di Februari 2023 setelah saksi kunci menarik diri. Kejadian ini membuat Greenwood dibekukan dari klub.
Situasi itu berujung pada kurangnya kejelasan dan kesempatan bermain. Meskipun klub sempat mempertahankan kontrak atau memberi kesempatan dalam proses penyelidikan kasusnya namun Greenwood tidak tampil untuk MU setelah Januari 2022.
Man United kemudian meminjamkanya ke Getafe dan di Spanyol ia bisa tampil apik. Meski demikian publik dan media tetap mengaitkan performanya dengan masa lalunya.
Mason Greenwood Bersinar di Marseille
Mason Greenwood akhirnya meninggalkan Manchester United secara permanen pada musim panas 2024 setelah peminjaman ke Getafe yang cukup produktif. (Reuters) Perpindahan ke Marseille dilakukan dengan kontrak lima tahun, biaya transfer sekitar €31,6 juta.
Sejak tiba, Greenwood menunjukkan bahwa ia bukan hanya nama yang kontroversial, melainkan striker penentu. Di musim pertamanya, di Ligue 1 2024-25, dia menjadi salah satu pencetak gol terbanyak dengan total 21 gol di liga dan 22 gol di semua kompetisi.
Pelatih Roberto De Zerbi sangat mendukung Greenwood, tapi ia menekankan bahwa sang pemain harus meningkatkan work-rate dan konsistensi dalam permainannya agar bisa menjadi ikon Marseille. Dukungan ini termasuk memberinya posisi sebagai pilihan utama di lini depan dan kesempatan mencetak gol dalam pertandingan besar.
Walau demikian, Greenwood juga menghadapi kritik atas inkonsistensi, beban kontroversi lama yang tak sepenuhnya hilang, dan ekspektasi publik yang sangat tinggi. Namun secara keseluruhan, Marseille menyediakan platform di mana Greenwood bisa tampil secara reguler, membangun kembali reputasi, dan menunjukkan kualitasnya di liga top Eropa.