Donald Trump Ancam Lengserkan Bos The Fed Jerome Powell

4 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dilaporkan tengah mengkaji kemungkinan untuk melengserkan Ketua Federal Reserve, Jerome Powell. Kabar tersebut datang dari seorang staf ekonomi Gedung Putih.

"Presiden dan timnya akan terus mempelajari masalah itu," kata direktur Dewan Ekonomi Nasional AS, Kevin Hassett, dikutip dari Channel News Asia, Selasa (22/4/2025).

Namun, seperti diketahui, Presiden AS Donald Trump tidak memiliki kewenangan langsung untuk memecat gubernur Federal Reserve, tetapi Trump dapat memulai proses yang panjang untuk mencoba melengserkan Powell dengan membuktikan "alasan" untuk melakukannya.

Pernyataan Hassett datang setelah Trump meningkatkan perseteruan yang telah lama terjadi dengan Powell terkait keputusannya untuk tidak memangkas suku bunga. Trump sendiri kerap mengkritik Powell yang awalnya ia nominasikan selama masa jabatan pertamanya.

Sebelumnya, Powell mengingatkan bahwa tarif besar-besaran kemungkinan akan menaikkan inflasi dan menghambat pertumbuhan ekonomi.

"Saya tidak senang dengannya. Saya sudah memberi tahu dia dan jika saya ingin dia keluar, dia akan segera keluar, percayalah," ucap Trump.

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva mengatakan pekan ini bahwa dengan prospek global yang melemah dalam menghadapi serangan tarif Trump, bank sentral dunia, termasuk The Fed perlu tetap gesit dan kredibel.

Donald Trump Tekan Ketua The Fed Jerome Powell, Wall Street Anjlok

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meningkatkan tekanan terhadap ketua The Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell pada Senin, 21 April 2025.

Mengutip CNBC, Presiden AS Donald Trump menyebut Jerome Powell sebagai “pecundang besar”. Ia juga memperingatkan kalau ekonomi AS dapat melambat kecuali suku bunga segera diturunkan.

"Banyak pihak menyerukan pemotongan preemptive” suku bunga,” tulis Trump di Truth Social.

Donald Trump mengklaim kalau saat ini hampir tidak ada inflasi di AS. Biaya energi dan sebagian besar hal lainnta sedang menurun.

“Dengan tren penurunan biaya yang sangat baik, seperti yang saya prediksi, hampir tidak ada inflasi, tetapi ekonomi dapat melambat kecuali Mr Too Late, yang merupakan pecundang besar, menurunkan suku bunga, SEKARANG,” tulis Trump.

Serangan terbaru Trump terhadap Powell yang ia tunjuk selama pemerintahan pertamanya, terjadi saat presiden dan timnya sedang mempelajari apakah mereka dapat secara hukum memecat pemimpin bank sentral itu sebelum masa jabatannya berakhir pada Mei 2026.

Powell dengan tegas mengatakan presiden tidak dapat memecatnya berdasarkan hukum. Vice Chairman Evercore ISI, Krishna Guha menuturkan, setiap upaya Trump untuk memecat Powell kemungkinan akan memicu aksi jual tajam di pasar saham AS atau wall street.

"Jika Anda mulai mempertanyakan independensi Federal Reserve, Anda menaikkan standar bagi Federal Reserve untuk memangkas. Jika Anda benar-benar mencoba menyingkirkan ketua Federal Reserve, saya pikir Anda akan melihat reaksi keras di pasar dengan imbal hasil yang lebih tinggi, dolar yang lebih rendah, dan penjualan ekuitas," kata Guha di "Squawk Box."

"Saya tidak percaya bahwa itulah yang ingin dicapai oleh pemerintah," kata Guha.

Jerome Powell Sebut Tarif Dapat Hambat Pertumbuhan

Serangan terbaru Trump terhadap Powell menyusul pernyataan pemimpin bank sentral AS itu pekan lalu. Powell menuturkan, perang dagang akan menghambat pertumbuhan dan dapat memicu inflasi.

“Tarif kemungkinan akan semakin menjauhkan kita dari tujuan kita mungkin untuk sisa tahun ini,” ujar Powell di Economic Club of Chicago.

Powell juga tidak mengatakan pemangkasan suku bunga akan segera dilakukan.

“Untuk saat ini, kami berada dalam posisi yang baik untuk menunggu kejelasan yang lebih baik sebelum mempertimbangkan penyesuaian apapun terhadap sikap kebijakan kami,” kata dia.

Wall Street Tertekan

Seiring sentimen itu, bursa saham AS atau wall street kembali tertekan. Pada penutupan perdagangan Senin, 21 April 2025, indeks Dow Jones anjlok 971,82 poin atau 2,48% ke posisi 38.170,41. Indeks S&P 500 merosot 2,36% ke posisi 5.158,20. Indeks Nasdaq terpangkas 2,55% ke posisi 15.870,90.

Raksasa teknologi “Magnificent Seven” menyeret indeks saham utama tertekan. Saham Tesla dan Nvidia masing-masing turun 5,8% dan lebih dari 4%. Saham Amazon terpangkas 3%, demikian saham Meta Platforms. Saham Caterpillar susut 2,8%.

Sentimen Trump serang Powell juga menekan dolar AS. Dolar AS tertekan mencapai titik terendah dalam tiga tahun. Sedangkan emas melonjak ke rekor tertinggi di atas USD 3.400 per ounce.

“Salah satu hal yang menjadi sangat jelas adalah ketegangan mendasar antara the Fed dan pemerintah. Kita secara efektif berada dalam pengulangan COVID. Ketidakpastian telah menganggu perdagangan secara signifikan,” ujar Kepala Strategy Simplify Asset Management, Michael Green.

"Saya pikir sebagian besar orang mengantisipasi aka nada beberapa bentuk stimulus yang pada akhirnya muncul untuk mengimbangi dampak tarif,” tutur dia.

Read Entire Article
Bisnis | Football |