Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo berkesempatan menjajal lokomotif kereta rel listrik (KRL) pertama yang beroperasi di Indonesia. Lokomotif ESS 3201 beroperasi perdana pada 6 April 1925 yang akrab disebut 'Bon-Bon'.
Pada peringatan 100 Tahun KRL, pria yang karib disapa Tiko itu mencoba menaiki lokomotif listrik legendaris, si Bon-Bon. Lokomotif itu bersempatan menyambangi Stasiun Jakarta Kota, bersamaan dengan sejumlah KRL lainnya yang dioperasikan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter.
"Saya rasa event hari ini menarik karena kita melihat sejarah daripada perkeretapian yang melayani masyarakat Jabodetabek dari masa ke masa," kata Tiko di Stasiun Jakarta Kota, Selasa (22/4/2025).
Tiko menaiki sejumlah KRL didampingi oleh beberapa pejabat lain. Seperti Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Risal Wasal; Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero), Didiek Hartantyo; Direktur Utama KCI, Asdo Atriviyanto.
Dia menaiki lokomotif Bon-Bon yang singgah di Stasiun Jakarta Kota. Terlihat, dia bersama rombongan juga melihat ruang kemudi ESS 3201 berwarna biru tersebut.
Sebagai informasi, si Bon-Bon menggandeng kereta api Djoko Kendil yang juga memiliki sejarah panjang perkeretaapian Tanah Air. Keduanya merupakan produksi perusahaan asal Belanda. Bon-Bon diproduksi oleh Werkspoor, sementara Djoko Kendil diproduksi Beynes.
Bon-Bon ESS3201 pertama kali dijalankan pada rute Tanjung Priok-Jatinegara pada 1925, 100 tahun lalu. Sementara, Djoko Kendil pernah beroperasi untuk Nacht Express dengan rute Surabaya-Yogyakarta-Purwokerto-Jakarta pada 1938 lalu.
Rute Pertama Bon-Bon
Sementara itu, Direktur Utama KAI Commuter, Asdo Atriviyanto menyampaikan Bon-Bon pertama kali melayani rute Tanjung Priok-Jatinegara. Alasannya, karena rute tersebut sebagai kawasan bisnis pada masanya.
"Jalur pertama kali adalah Jatinegara-Tanjung Priok. Kenapa Jatinegara-Tanjung Priok? Jadi Jatinegara ini yang mudah diakses pada saat itu dan ada beberapa kawasan bisnis di situ kemudian Tanjung Priok terintegrasi dengan pelabuhan," kata dia.
Dia menerangkan konsep integrasi layanan itu telah dimulai sejak lama di masa pemerintahan Hindia Belanda. Konsep yang sama terus dipertahankan dalam layanan KAI Commuter Line hingga saat ini.
"Jadi konsep integrasi ini sebenarnya sudah kita mulai dari zaman Belanda sampai kemerdekaan kita terus mengembangkan integrasi ini," tuturnya.
Tak Akan Impor Kereta Bekas Lagi
Diberitakan sebelumnya, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter memastikan tak akan lagi menggunakan kereta rel listrik bekas yang diimpor dari luar negeri. Hal tersebut jadi rencana investasi yang dilakukan perusahaan beberapa tahun kedepan.
Direktur Utama KAI Commuter, Asdo Atriviyanto menyampaikan sejak 2023, diputuskan untuk tidak lagi mendatangkan kereta bekas dari luar negeri. Alhasil, KAI Commuter mengimpor sejumlah rangkaian pabrikan asal China, CRRC Qingdao Sifang.
"Di era 2023 sampai 2027 ini kita sudah mempersiapkan investasi beberapa kereta-kereta yang baru jadi kita sudah tidak membeli kereta yang bukan baru lagi," tegas Asdo di Stasiun Jakarta Kota, Selasa (22/4/2025).
Selain KRL impor dari China, KCI juga memesan sejumlah rangkaian yang diproduksi oleh PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA. Baik KRL impor maupun buatan lokal, keduanya dibuat khusus untuk memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat, khususnya di Jabodetabek.
"Kita sudah investasi yang baru dengan rangkaian yang lebih panjang dengan 1 trainset 12 kereta ini harapannya bisa mengangkut masyarakat Jabodetabek khususnya pengguna commuter line, bisa menampung kapasitas yang lebih banyak lagi," tuturnya.
100 Tahun KRL
Sebagai informasi, KRL sudah beroperasi selama 1 abad sejak April 1925 lalu. Kala itu, KRL dioperasikan pemerintahan Hindia Belanda dan melayani ruteo Tanjung Priok-Jatinegara. Dalam perayaan 100 tahun KRL, sejumlah lokomotif dari yang pertama beroperasi hingga terbaru ditampilkan di Stasiun Jakarta Kota.
"Yang istimewa hari ini kita nanti akan tampilkan kereta dengan teknologi dan penampilan terbaru dari produk CRRC China dan produk kebanggaan kita yaitu dari INKA," kata dia.
Asdo mengatakan, kereta pabrikan CRRC Sifang dan INKA belum beroperasi untuk mengangkut penumpang. Pasalnya masih harus ada langkah asesmen dari Kementerian Perhubungan yang perlu dilalui.
"Jadi ini memang kereta ini belum beroperasi karena masih tahap pengujian dan kita nanti menunggu sertifikasi dari Kementerian Perhubungan Dirjen Perkeretaapian, setelah dilakukan pengujian dan kita mendapatkan sertifikasi baru akan kita operasikan di lintas Jabodetabek," pungkas Asdo.