Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia menguat pada penuutpan perdagangan Kamis setelah jatuh lebih dari 3% pada sesi sebelumnya. Penguatan harga emas ini dibantu dolar Amerika Serikat (AS) yang melemah dan aksi borong investor saat harga murah.
Sementara, perhatian pasar tetap terfokus pada berita terbaru tentang hubungan perdagangan AS-China.
Mengutip CNBC, Jumat (25/4/2025), harga emas di pasar spot naik 1,4% menjadi USD 3.333,90 per ons. Harga emas batangan mencapai rekor tertinggi USD 3.500,05 pada hari Selasa karena kekhawatiran tentang ekonomi AS.
Namun harga emas turun pada hari Rabu setelah Presiden AS Donald Trump menarik kembali ancamannya untuk memecat kepala Bank sentral AS atau Federal Reserve dan tampaknya melunakkan pendiriannya terhadap China.
Harga emas berjangka AS ditutup 1,7% lebih tinggi pada USD 3.348,60.
"Saat ini, seluruh pelaku pasar dalam satu cerita yaitu tarif. China berperan sebagai pihak yang marah, yang membuat dolar AS turun dan emas naik," kata pedagang logam independen Tai Wong.
"Kenaikan harga emas hingga USD 3.500 sedikit berlebihan dan perlu sedikit kemunduran untuk mencernanya. Emas tampaknya akan diperdagangkan secara mendatar untuk beberapa sesi berikutnya, tetapi kita berada dalam pasar yang sedang naik sehingga penurunan yang signifikan pasti akan dibeli," tambah dia.
Di pasar lain, saham bergerak turun dan dolar AS yang menguat kehilangan daya tarik karena investor mencoba memahami perubahan arah kebijakan Donald Trump.
Dolar AS yang melemah dan sentimen risk-off cenderung membuat emas batangan sebagai aset safe haven lebih menarik bagi investor.
China menyerukan agar semua tarif "unilateral" AS dibatalkan, dan mengklarifikasi bahwa mereka belum mengadakan pembicaraan dagang dengan Washington meskipun pemerintah AS berulang kali berkomentar bahwa telah ada kemajuan perundingan.
Sementara itu, data menunjukkan jumlah warga AS yang mengajukan aplikasi baru untuk tunjangan pengangguran naik sedikit minggu lalu, yang menunjukkan pasar tenaga kerja tetap tangguh meskipun ekonomi suram akibat tarif barang impor.
Harga Emas Terus Cetak Rekor, Konsumen Mulai Jual Perhiasan
Sebelumnya, di tengah situasi global tak menentu, emas seperti memberikan kepastian yang sangat dibutuhkan. Konsumen pun mulai memanfaatkan dengan merealisasikan keuntungan di tengah lonjakan harga emas.
Apalagi harga emas sudah naik sekitar USD 100 atau Rp 1,68 juta (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di 16.848) untuk ketiga kali pada April 2025.
Kepada Kitco, Presiden of the House of Khan Estate Jewelers, Tobina Kahn menuturkan, banyak pelanggan datang untuk menjual perhiasan yang rusak dan tidak diinginkan. Sementara beberapa konsumen ragu untuk menjual ketika harga di bawah USD 3.000 per ounce. Kahn menuturkan, sikap mereka telah berubah secara dramatis.
“Saya hanya kagum dengan semua hal yang saya lihat dalam emas, dan saya tidak tahu apakah saya akan melihatnya pada harga USD 2.700,” ujar dia seperti dikutip dari laman Kitco, Rabu (23/4/2025).
“Saya akan mengatakan ini adalah kesempatan sekali seumur hidup bagi banyak orang, dan mereka tidak mempertanyakannya,” ia menambahkan.
Kenaikan aktivitas daur ulang terjadi saat harga emas diperdagangkan mendekati rekor tertinggi di atas USD 3.400 per ounce, naik 29% sepanjang 2025.
Kahn menuturkan, sentimen tidak sebanding dengan harga emas saat ini. Hal seiring beberapa konsumen telah menjual pusaka keluarga yang berharga untuk membayar utang. “Konsumen pasti termotivasi untuk menjual perhiasan mereka,” ujar dia.
Kahn menuturkan, pelanggan meski tidak takut ekonomi benar-benar runtuh, sejumlah komentar yang didengarnya yakni harga emas lebih tinggi membantu mengimbangi harga saham yang jatuh.
Sementara harga emas dapat mengalami peningkatan volatilitas, Kahn prediksi penjualan emas akan tetap tinggi ke depan.
Permintaan Emas Diprediksi Tetap Meningkat
Bahkan di pasar yang bergejolak, ia tidak melihat harga emas turun di bawah USD 3.000 per ounce lagi. Kahn menambahkan, bahkan jika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mampu membuat kesepakatan perdagangan dan menyelesaikan masalah tarif, perang dagang global telah menyebabkan kerusakan signifikan pada ekonomi.
"Ketidakpastian ini adalah hal yang biasa. Dan emas memegang kendali,” kata dia.
Kahn memprediksi the Federal Reserve (the Fed) pada akhirnya akan menurunkan suku bunga untuk mendukung aktivitas ekonomi. Ia menilai, hal itu membuat emas semakin menarik karena biaya akan turun.
Harga emas meski lebih tinggi menarik minat penjual, Kahn memperkirakan lebih banyak pembeli akan masuk ke pasar fisik saat momentum mereda.
“Konsumen mulai melihat manfaat emas sekarang, dan itu membuatnya jauh lebih menarik untuk dimiliki,” ujar dia.