Harga Minyak Melompat Tersengat 2 Faktor Ini

3 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak stabil pada perdagangan Jumat, 5 Desember 2025. Pergerakan harga minyak dunia itu didukung oleh perundingan damai Ukraina yang terhenti meskipun kenaikan tersebut diimbangi oleh harapan kelebihan pasokan minyak.

Mengutip CNBC, Sabtu (6/12/2025), harga minyak Brent naik 49 sen atau 0,77% ke posisi USD 63,75 per barel. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) bertambah 41 sen atau 0,69% ke posisi USD 60,08 per barel.

"Harga minyak mentah hari ini cukup mendatar dan pekan ini memiliki rentang perdagangan yang sempit,” ujar Analis Pasar Minyak PVM, Tamas Vargas.

Ia mengatakan, kemajuan dalam perundingan damai Ukraina yang berkurang memberikan latar belakang yang bullish, tetapi di sisi ain, produksi OPEC yang tangguh memberikan penghalang. "Kedua kekuatan yang berlawanan ini membuat perdagangan tampak sepi,” kata dia.

Analis menuturkan, pasar juga menilai dampak dari kemungkinan penurunan suku bunga The Fed AS dan ketegangan dengan Venezuela, yang keduanya dapat mendorong harga minyak.

Dari para ekonom yang disurvei dalam jajak pendapat Reuters yang berlangsung dari 28 November hingga 4 Desember, 82% memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan kebijakan Federal Reserve minggu depan. Pemangkasan suku bunga akan merangsang pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi.

"Ke depannya, faktor pasokan tetap menjadi fokus. Kesepakatan damai dengan Rusia akan membawa lebih banyak barel ke pasar dan kemungkinan akan menekan harga,” kata Spesialis Riset Senior di LSEG, Anh Pham.

"Di sisi lain, setiap eskalasi geopolitik akan mendorong harga lebih tinggi. OPEC+ telah sepakat untuk mempertahankan produksi hingga awal tahun depan, sehingga hal ini juga memberikan dukungan bagi harga,” ia menambahkan.

Pasar juga terus bersiap menghadapi potensi serangan militer AS ke Venezuela setelah Presiden Donald Trump mengatakan akhir pekan lalu bahwa AS akan mulai mengambil tindakan untuk menghentikan pengedar narkoba Venezuela di darat “segera”.

Sentimen Harga Minyak

Rystad Energy mengatakan dalam sebuah catatan langkah tersebut dapat membahayakan produksi minyak mentah Venezuela yang mencapai 1,1 juta barel per hari, yang sebagian besar dikirim ke China.

Harga juga terdongkrak minggu ini oleh kegagalan perundingan AS di Moskow untuk mencapai terobosan signifikan terkait perang di Ukraina, yang sebetulnya bisa mencakup kesepakatan untuk mengembalikan minyak Rusia ke pasar.

Faktor-faktor tersebut membuat harga tetap terdukung meskipun surplus meningkat. Arab Saudi memangkas harga jual minyak mentah Arab Light Januari ke Asia ke level terendah dalam lima tahun di tengah kelebihan pasokan, menurut sebuah dokumen yang ditinjau oleh Reuters pada Kamis.

Harga Minyak Melesat, Sentimen Ini jadi Pemicu

Sebelumnya, harga minyak naik pada Kamis, 4 Desember 2025. Kenaikan harga minyak didorong ekspektasi investor terhadap Federal Reserve (the Fed) memangkas suku bunga. Sementara itu, perundingan damai Ukraina yang terhenti meredam ekspektasi kesepakatan yang memulihkan aliran minyak Rusia.

Mengutip CNBC, Jumat, (5/12/2025), harga minyak Brent naik 59 sen, atau 0,94%, ditutup pada USD 63,26 per barel, sementara harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 72 sen, atau 1,22%, ditutup pada USD 59,67.

Harga minyak mentah berjangka AS sempat naik lebih dari USD 1 per barel pada awal sesi perdagangan karena didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga AS akan mendukung ekonomi terbesar di dunia dan permintaan minyak, setelah data menunjukkan lapangan kerja melambat.

Dolar AS melemah, bersiap untuk penurunan hari ke-10 berturut-turut terhadap sekeranjang mata uang utama, membuat minyak mentah lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

"Saya pikir potensi penurunan suku bunga membayangi segalanya saat ini dan mendorong harga minyak mentah naik,” kata Analis Senior di Price Futures Group, Phil Flynn.

Ketegangan AS dan Venezuela

Analis menilai, meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Venezuela juga turut menopang harga, di tengah kekhawatiran penurunan pasokan minyak mentah dari negara Amerika Selatan tersebut.

"Harga minyak mentah acuan dapat terdampak secara signifikan oleh meningkatnya ketegangan militer antara AS dan Venezuela," ujar analis Rystad Energy dalam sebuah catatan pada Kamis.

Ia juga mencatat pemerintahan Presiden AS Donald Trump sedang meningkatkan tekanan terhadap Presiden Venezuela Nicolás Maduro, "menandakan kemungkinan intervensi AS."

Persepsi kemajuan rencana perdamaian untuk Ukraina tersendat juga menopang harga, setelah perwakilan Trump keluar dari perundingan damai dengan Kremlin tanpa ada terobosan untuk mengakhiri perang.

"Perang dan politik, yang diimbangi dengan stok yang nyaman, surplus pasokan yang diharapkan, dan strategi pangsa pasar OPEC, membuat Brent tetap berada di kisaran $60–$70 untuk saat ini," kata analis PVM.

Read Entire Article
Bisnis | Football |