Harga Perak Antam Hari Ini 4 Desember 2025 Turun Rp 50

Liputan6.com, Jakarta - Harga perak PT Aneka Tambang Tbk (Antam) merosot pada perdagangan Kamis, (4/12/2025). Koreksi harga perak Antam ini mengikuti harga emas Antam.

Mengutip laman logammulia.com, harga perak Antam turun Rp 50 menjadi Rp 36.295. Pada perdagangan sebelumnya harga perak Antam sentuh Rp 36.345 per gram.

Spesifikasi Jenis Perak di Antam

Berikut spesifikasinya:

Perak Batangan 250 gram

Perak batangan (silver bar) 250 gram hadir dalam bentuk minting dengan finishing halus yang dapat digunakan sebagai alternatif instrumen investasi selain emas.

Berat 250 gram

Kemurnian 99.95%

Tebal 7.3 mm

Dimensi 38 x 86 mm

Harga Rp 9.598.750

Perak Batangan 500 gram

Perak batangan (silver bar) 500 gram hadir dalam bentuk klasik dengan finishing halus yang dapat digunakan sebagai alternatif instrumen investasi selain emas.

Berat 500 gram

Kemurnian 99.95%

Tebal 8.5 mm

Dimensi 38 x 86 mm

Harga Rp 18.272.500

Perak Butiran Murni 99,95%

Perak butiran (silver granules) dihasilkan melalui proses pemurnian dan granulasi. Terdapat pilihan berat 1 Kilogram, 5 kilogram dan 10 Kilogram dengan kemurnian 99,95% dan ukuran 2 mm - 5 mm.

Harga Perak Dunia

Volatilitas di pasar perak masih tinggi karena harga diperdagangkan mendekati rekor tertingginya di atas USD 58 per ons. Meskipun logam mulia ini masih memiliki ruang untuk bergerak lebih tinggi, seorang ahli strategi pasar mendesak investor untuk berhati-hati. Demikian mengutip Kitco, Kamis pekan ini.

Dalam catatan logam mulia terbarunya, Ahli Strategi Pasar Senior di Bloomberg Intelligence, Mike McGlone mengatakan, reli parabola perak "sedikit menakutkan,". Seiring sifat logam yang volatil, ia melihat potensi harga untuk reli ke USD 75 per ons, atau turun kembali ke USD 40 per ons.

Perak spot terakhir diperdagangkan pada harga USD 58,43 per ons, hampir tidak berubah pada hari itu. Namun, harga telah naik 100% tahun ini dan mencatat kenaikan tahunan terbaik sejak 1979. Perak terus mengungguli emas secara signifikan, dengan rasio emas/perak diperdagangkan di 72 poin, terendah dalam empat tahun.

McGlone menunjukkan, harga perak 83% di atas rata-rata lima tahun. Ia menambahkan, secara historis, reli ekstrem perak tidak pernah berakhir dengan baik.

"Puncak harga tahun 1980 di sekitar USD 49,50 per ons baru terlampaui pada 2011, dan pada 1993 mencapai titik terendah di sekitar USD 3,60, penurunan sekitar 93%. Rentang serupa terjadi pada 1974, ketika perak di akhir tahun ditutup pada harga USD 4,47, level yang tidak terlampaui lagi hingga 1977, menandai koreksi waktu yang relatif ringan,"ujar dia.

“Reli tahun 2010 hingga ditutup pada sekitar USD 31 adalah contoh terbaru yang berkelanjutan: USD 49,80 menandai titik tertinggi tahun 2011 dan USD 11,64 adalah titik terendah pada 2020,”

Dengan volatilitas pasar tahunan sekitar 30%, McGlone memperingatkan pergerakan harga satu standar deviasi dapat mendorong perak ke USD 40 per ons atau ke USD 75 per ons tahun depan.

Meskipun indikator momentum menandakan perak mengalami kelebihan beli yang signifikan, banyak analis mengatakan bahwa aksi harga teknikal tidak terlalu berpengaruh pada fundamental pasar.

Pergerakan parabola perak terjadi karena meningkatnya permintaan telah memberikan tekanan signifikan pada pasokan yang terbatas. Defisit pasar selama lima tahun, didorong oleh permintaan industri yang kuat, telah menguras stok di atas tanah secara signifikan.

Sementara itu, ancaman tarif potensial terhadap perak, setelah pemerintah AS mengklasifikasikannya sebagai logam kritis, menambah gejolak rantai pasokan dan masalah likuiditas pasar.

"Penyebab terakhir dari rekor tertinggi perak baru-baru ini adalah melonjaknya permintaan investasi global. Para analis mencatat bahwa meningkatnya ketidakpastian ekonomi telah memperbarui ekspektasi untuk pelonggaran agresif dari Federal Reserve sementara pada saat yang sama, tekanan inflasi tetap cukup tinggi. Semua ini menciptakan lingkungan yang sempurna untuk aset keras seperti perak," demikian seperti dikutip.

Meskipun harga perak diperkirakan tetap fluktuatif, para analis mengatakan,defisit pasar saat ini belum terlihat akan berakhir karena produksi tambang masih terbatas, dan pengetatan pasar lebih lanjut akibat masalah rantai pasokan diperkirakan akan terus menopang harga pada level yang tinggi.