Liputan6.com, Jakarta Bagi pencinta sepak bola, kenikmatan tak selalu datang dari lapangan hijau. Kadang, kisah di balik permainan justru lebih menarik dinikmati lewat halaman buku.
Di luar 90 menit pertandingan, buku sepak bola menawarkan sudut pandang yang mendalam. Dari biografi, taktik, hingga kisah emosional yang menggugah hati.
Membaca buku sepak bola bisa memperkaya wawasan dan memperdalam kecintaan terhadap olahraga ini. Apalagi jika ditulis oleh pelaku langsung atau jurnalis berpengalaman.
Beberapa buku bahkan sudah dianggap sebagai karya klasik dalam dunia literatur olahraga. Isinya tak lekang oleh waktu dan terus relevan bagi pembaca baru.
Berikut ini 10 buku sepak bola terbaik sepanjang masa yang patut Anda miliki. Sudah berapa yang pernah Anda baca?
1. I Think Therefore I Play
Autobiografi Andrea Pirlo berjudul I Think Therefore I Play adalah karya singkat namun penuh isi. Dalam 150 halaman, Pirlo mengajak pembaca menyelami pikirannya yang jenaka, tajam, dan kadang tak terduga.
Buku ini membahas banyak momen menarik, termasuk hampir bergabungnya Pirlo ke Barcelona dan rutinitas bermain PlayStation sebelum final Piala Dunia. Gaya ceritanya non-linier namun justru membuat kisahnya semakin menarik.
Beberapa bagian terasa berlebihan, seperti ketika ia menyebut pemanasan hanya masturbasi bagi pelatih fisik. Meski begitu, buku ini tetap menjadi potret otentik dari gelandang elegan yang mencintai sepak bola dan anggur dalam kadar yang sama.
2. How Not To Be A Professional Footballer
Buku How Not To Be A Professional Footballer karya Paul Merson adalah pengakuan jujur yang jauh dari glamor dunia sepak bola. Dalam kisahnya, mantan pemain Arsenal ini membuka sisi gelap kariernya dengan kejujuran yang mengejutkan.
Merson membawa pembaca menyusuri perjalanannya dari kejayaan bersama Arsenal hingga titik nadir saat bergulat dengan tekanan dan kecanduan. Kisah ini bukan soal mengubah pandangan tentang sepak bola, tapi tentang memahami harga yang dibayar di balik ketenaran.
Dengan gaya bicara khas dan selera humor yang pahit, Merson menyingkap budaya mabuk dan judi di era 80-an dan 90-an. Sebuah bacaan yang menyentuh dan menyadarkan tentang sisi rapuh seorang bintang.
3. The Greatest Footballer You Never Saw
Buku The Greatest Footballer You Never Saw mengisahkan kehidupan Robin Friday, sosok pemain dari era 70-an yang lebih dikenal karena kejenakaan dan kejeniusan liarnya. FourFourTwo menyebutnya sebagai salah satu buku sepak bola modern yang wajib dibaca.
Robin Friday hidup cepat, liar, dan penuh gejolak, dari pesta alkohol, narkoba, hingga masuk penjara. Ia bermain untuk Reading dan Cardiff, tapi kariernya berakhir tragis dengan kematian dini yang misterius.
Tak banyak rekaman aksinya tersisa, namun kisahnya hidup lewat cerita rekan setim. Salah satu kutipan terkenalnya setelah mencetak gol debut: “Sebenarnya bisa saya cetak pakai tumit, tapi itu kayaknya terlalu keterlaluan.”
4. Fear And Loathing in La Liga: Barcelona vs Real Madrid
Buku ini memang terasa berat di awal karena banyak membahas sejarah masing-masing klub. Namun, bagi yang bertahan membaca, akan ada banyak kejutan dan cerita menarik yang menanti.
Kisah tentang Alfredo Di Stefano dari Madrid dan Laszlo Kubala dari Barcelona membawa pembaca ke masa ketika politik dan sepak bola saling terkait erat. Bahkan cerita pelarian Kubala dari Hongaria dengan menyamar sebagai tentara Rusia menjadi salah satu bagian paling dramatis.
Penulis juga menghadirkan wawancara dengan tokoh besar seperti Johan Cruyff, Zinedine Zidane, hingga Hristo Stoichkov. Mereka semua hanya bagian dari cerita yang lebih besar—rivalitas abadi yang justru memperkuat identitas satu sama lain.
5. The Damned United
The Damned United digambarkan sebagai “sejarah gaib Leeds United” oleh penulisnya, David Peace, namun kenyataannya jauh dari itu. Novel ini menyuguhkan potret intens dari sudut pandang Brian Clough selama 44 hari singkatnya memimpin klub yang ia benci.
Cerita berjalan maju-mundur, menggabungkan kilas balik perjalanan sukses Clough dengan persaingan pahitnya bersama Don Revie. Semua disampaikan dalam tensi tinggi, dengan gaya naratif waktu kini yang membuat pembaca seolah berada di dalam kepala Clough.
Meski tidak sepenuhnya akurat secara sejarah—terbukti dari gugatan Johnny Giles yang dimenangkan—kisah ini menyentuh sisi emosional yang dalam. Adaptasinya ke layar lebar pun berhasil menyampaikan kegilaan itu lewat akting cemerlang Michael Sheen.
6. Inverting The Pyramid: The History Of Football Tactics
Buku Inverting The Pyramid karya Jonathan Wilson menyajikan perjalanan panjang taktik sepak bola dari masa ke masa. Dari formasi menyerang 2-3-5 hingga era striker tunggal dan pertahanan rapat, semua dikupas dengan sudut pandang global yang menarik.
Wilson tak sekadar menjelaskan taktik, tapi juga mengkritisi kultur sepak bola Inggris yang menolak pendekatan intelektual. Ia menyoroti bagaimana misinterpretasi statistik oleh Charles Reep dan Charles Hughes sempat membawa pengaruh besar yang keliru.
Meski bukan satu-satunya referensi soal taktik, buku ini adalah bacaan wajib bagi siapa pun yang ingin memahami permainan di balik angka dan formasi. Edukatif, menggugah, dan tetap menghibur.
7. All Played Out: The Story Of Italia 90
Buku ini membawa pembaca ke balik layar tim Inggris dan para suporternya selama Piala Dunia 1990 di Italia. Dengan penulisan penuh semangat, karya ini mengubah pandangan banyak orang terhadap buku bertema sepak bola.
Penulisnya, Pete Davies, ingin membuktikan bahwa sepak bola punya tempat sah dalam budaya populer. Ia menegaskan bahwa tidak semua penggemar sepak bola adalah orang gila; ada alasan emosional dan budaya yang mendalam di balik kecintaan terhadap permainan ini.
Lebih mengejutkan lagi, Davies menyelesaikan buku ini hanya dalam delapan minggu usai turnamen demi mengejar pasar Natal. Kenangan berada di Turin saat semifinal masih terasa begitu nyata baginya.
8. Fever Pitch
Fever Pitch karya Nick Hornby adalah buku yang mengubah cara orang melihat pengalaman menjadi penggemar sepak bola. Alih-alih cerita kemenangan atau kekalahan, Hornby menulis dengan jujur soal bagaimana Arsenal menjadi pelariannya dari masalah hidup.
Bagi Hornby, mendukung tim bukan sekadar hobi, tapi semacam terapi yang mengisi kekosongan emosional sejak kecil. Pendekatannya yang personal membedakan buku ini dari kisah-kisah suporter lainnya yang cenderung lucu tapi dangkal.
Dengan gaya penulisan yang jenaka dan tajam, buku ini juga merekam perubahan sosial di Inggris sejak era 60-an. Meski tidak punya alur cerita tradisional, setiap bagiannya menyuguhkan cerminan hidup yang autentik dan menyentuh.
9. Football Against The Enemy
Di era sebelum internet merajalela, wawasan penggemar sepak bola cenderung terbatas pada liga lokal. Namun pada masa itu, Simon Kuper justru berani menulis buku berjudul Football Against The Enemy yang menyusuri hubungan antara sepak bola dan politik di seluruh dunia.
Dengan dana terbatas dan keberanian khas penulis muda, Kuper menjelajahi 22 negara hanya dalam waktu sembilan bulan. Ia mencari cerita-cerita unik, seperti pengalaman suporter yang ditindas di Jerman Timur hingga gagasan turnamen suku pygmy oleh Roger Milla di Afrika.
Buku ini tak hanya menjadi catatan perjalanan, tapi juga potret mendalam tentang bagaimana sepak bola merefleksikan kekuasaan, budaya, dan konflik sosial. Meski dunia kini lebih terbuka, Football Against The Enemy tetap menjadi karya penting yang menyatukan geopolitik dan si kulit bundar secara brilian.
10. Provided You Don't Kiss Me: 20 Years With Brian Clough
Brian Clough dikenal sebagai sosok pelatih yang penuh warna, dan buku Provided You Don’t Kiss Me karya Duncan Hamilton menggambarkannya dengan jujur dan emosional. Mulai dari makian pedas sampai undangan minum sampanye, kisah ini menampilkan dua sisi Clough sekaligus: temperamental sekaligus hangat.
Hamilton bukan sekadar saksi mata, tapi teman dekat selama dua dekade bersama Clough di Nottingham Forest. Ia menuliskan peristiwa-peristiwa unik, mulai dari sesi latihan yang absurd hingga percakapan pribadi yang menyentuh.
Lewat narasi yang mengalir, pembaca diajak menyusuri kehebatan Clough membawa Forest menjuarai Eropa hingga masa kelamnya saat hubungan dengan Peter Taylor runtuh dan alkohol mulai mengambil alih. Buku ini bukan hanya cerita sepak bola, melainkan potret manusia yang kompleks dan berpengaruh.
Sumber: FourFourTwo