Inter Milan Sukses Kalahkan Kairat Almaty, Tapi Sang Pelatih Malah Mengaku Gagal, Kenapa?

1 month ago 21

Liputan6.com, Jakarta Cristian Chivu secara mengejutkan mengaku tidak puas meski Inter Milan menang 2-1 atas Kairat Almaty. Sang pelatih mengambil tanggung jawab penuh atas performa buruk timnya. Chivu merasa gagal menanamkan mentalitas yang tepat kepada para pemain.

Kemenangan ini diraih Inter Milan dalam laga lanjutan Liga Champions, Kamis (6/11/2025) dini hari WIB. Kemenangan 2-1 tersebut dipastikan oleh gol Carlos Augusto dari jarak jauh. Sebelumnya, Lautaro Martinez membuka keunggulan sebelum Kairat menyamakan kedudukan.

Inter terlihat sangat kesulitan meladeni tim asal Kazakhstan tersebut. Mereka baru bisa memecah kebuntuan sesaat sebelum jeda turun minum. Penampilan ini jauh dari kata memuaskan bagi sang pelatih.

Alih-alih merayakan, Chivu justru melontarkan kritik keras terhadap dirinya sendiri. Ia merasa bertanggung jawab atas minimnya sikap juang yang fundamental dalam laga tersebut. Ini menjadi evaluasi besar baginya.

Saya yang Bertanggung Jawab 

Cristian Chivu tidak mencari kambing hitam atas penampilan Inter Milan yang kurang meyakinkan. Ia secara terbuka menunjuk dirinya sendiri sebagai pihak yang paling bertanggung jawab. Menurutnya, ini murni kesalahan pelatih.

Chivu merasa gagal mempersiapkan tim dari sisi mentalitas dan sikap. Padahal, ia menyadari bahwa timnya bermain setiap tiga hari sekali. Namun, ia bersikeras bahwa mereka seharusnya bisa tampil lebih baik.

"Saya mengambil tanggung jawab, karena jelas sebagai pelatih saya tidak mampu menularkan mentalitas yang tepat," ujar Chivu kepada Sky Sport Italia. "Saya tidak dapat menunjukkan kepada mereka sikap yang benar, yang merupakan hal fundamental dalam pertandingan seperti ini."

"Pada akhirnya, saya akan mengambil tiga poin, itu bagus untuk klasemen, mengingat tingkat kesulitan untuk empat pertandingan terakhir dalam daftar pertandingan lebih berat daripada yang kami alami sejauh ini. Tidak ada pertandingan Liga Champions yang mudah, bahkan jika di atas kertas tim lain mungkin terlihat lebih inferior."

Rekor Bersejarah yang Terasa Hambar 

Kemenangan atas Kairat Almaty sebenarnya menorehkan sejarah baru bagi Inter Milan. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah klub mereka berhasil memenangkan empat laga awal Liga Champions. Namun, rekor itu terasa kurang sempurna.

Dalam pertandingan tersebut, gawang Inter akhirnya kebobolan untuk pertama kalinya di turnamen musim ini. Chivu yang kecewa berat merasa harus bekerja lebih keras, bukan para pemainnya. Ia bertekad mencari motivasi yang tepat.

"Saya perlu bekerja lebih keras, bukan para pemain. Saya harus menemukan kata-kata dan motivasi yang tepat untuk meningkatkan level konsentrasi dan sikap mereka," lanjut Chivu yang terlihat jelas kecewa.

"Saya mengambil tanggung jawab itu dan jelas harus berbuat lebih banyak daripada yang saya lakukan dalam mempersiapkan pertandingan ini selama beberapa hari terakhir," tegasnya.

Soroti Buruknya Pengambilan Keputusan 

Kritikan Chivu tidak berhenti pada soal mentalitas di awal laga. Ia juga menyoroti buruknya manajemen pertandingan saat timnya sudah unggul 2-1. Para pemain dinilai mengambil keputusan yang salah di lapangan.

Alih-alih membunuh permainan, para pemain Inter justru terus mengoper bola di antara bek tengah dan kembali ke kiper. Chivu juga menyebut timnya menjadi panik dan kekurangan ketajaman. Ini membuatnya frustrasi di pinggir lapangan.

"Saat kami unggul 2-1, kami terus mengopernya di antara bek tengah dan kemudian kembali ke kiper. Saya harus membuat mereka mengerti lebih baik, Kairat melakukan segala kemungkinan untuk menyamakan kedudukan, jadi kami seharusnya memanfaatkan lebih banyak ruang terbuka mereka," balas Chivu.

"Kami kekurangan kualitas dan ketajaman yang tepat untuk membuat keputusan yang benar. Pada satu titik, kami menjadi panik dan melakukan hal-hal di saat yang salah. Saya mengerti, saya juga seorang pemain dalam jenis pertandingan ini, tetapi saya tetap bertanggung jawab atas apa yang tidak dapat saya sampaikan kepada mereka."

Alasan Penarikan Lautaro Martinez 

Salah satu sorotan dalam laga tersebut adalah ditariknya sang kapten, Lautaro Martinez, saat jeda. Ia digantikan oleh Ange-Yoan Bonny. Chivu menjelaskan bahwa ini murni keputusan taktikal yang sudah direncanakan.

Chivu menyebut penting untuk memberi Lautaro kesempatan memimpin tim di babak pertama, dan ia berhasil mencetak gol. Setelah itu, sang kapten memang dijadwalkan istirahat. Apalagi ia terus bermain dalam enam laga terakhir.

"Sudah disepakati bahwa dia hanya akan bermain di babak pertama. Penting untuk memberinya kesempatan memimpin tim di babak pertama, dia juga berhasil mencetak gol setelah beberapa pihak mencoba menimbulkan masalah di sekitarnya karena tidak mencetak gol selama beberapa pertandingan," jelas Chivu.

"Dia menginspirasi mereka sebagai kapten, dia melakukan apa yang perlu dia lakukan, lalu setelah gol itu kami memutuskan dia harus beristirahat. Dia telah bermain hampir terus-menerus selama enam pertandingan terakhir."

Tuntutan Tinggi Sang Pelatih 

Inter Milan akan menghadapi jadwal padat sebelum jeda internasional. Mereka harus melawan Lazio asuhan Maurizio Sarri akhir pekan ini. Setelah jeda, laga besar Derby della Madonnina melawan AC Milan sudah menanti.

Meski laju tim terbilang baik di beberapa bulan pertamanya, Chivu menegaskan bahwa standarnya sangat tinggi. Ia mengaku tidak pernah puas dan merasa masih banyak hal yang bisa dilakukan lebih baik. Namun, ia tetap memuji skuadnya.

"Saya tidak pernah puas. Itu tidak berarti saya mengharapkan kesempurnaan, tetapi kami bisa melakukan beberapa hal dengan lebih baik," jawab pelatih asal Rumania itu.

"Saya akan mengambil yang baik dan buruk, karena tidak mudah mengatasi momen-momen tertentu dan menerima bekerja dengan pelatih baru setelah sekian lama, tetapi saya bekerja dengan para juara yang menginginkan musim yang hebat."

Read Entire Article
Bisnis | Football |