Kisah Skandal di Balik Lini Pertahanan: Ketika John Terry Merebut Tunangan sang Sahabat

2 months ago 9

Liputan6.com, Jakarta Di ruang ganti Chelsea musim 2008/2009, dua sahabat tampak tak tergantikan. John Terry dan Wayne Bridge adalah bagian dari barisan pertahanan kuat klub London itu, sekaligus rekan setim di timnas Inggris. Keduanya dikenal loyal di lapangan, tapi di luar itu, cerita mereka berbelok tajam.

Wayne Bridge sedang menjalani kehidupan yang stabil bersama tunangannya, Vanessa Perroncel, seorang model asal Prancis yang telah bersamanya sejak 2005 dan telah melahirkan seorang anak lelaki. John Terry sendiri dikenal sebagai keluarga teladan—terlebih saat menerima penghargaan Ayah Terbaik 2009—bersama istri masa kecilnya, Toni Poole, dan dua anak kembar mereka.

Namun, di balik senyuman di depan kamera dan trofi-trofi prestisius, kisah kelam mulai terungkap. Pada awal 2010, publik diguncang oleh kabar perselingkuhan Terry dengan Perroncel. Pengkhianatan itu tidak hanya menghancurkan hubungan pribadi, tetapi juga mengoyak solidaritas tim dan kehormatan seorang kapten.

Dari Bahu untuk Menangis, Menjadi Skandal Nasional

Ketika hubungan Bridge dan Vanessa retak pada pertengahan 2009, celah itu membuka jalan bagi Terry untuk masuk. Menurut sumber dari Sunday Mirror, Terry awalnya menelepon Vanessa dengan niat mempertemukan kembali dua sejoli yang telah bertunangan itu. “Dia mengatakan mereka adalah pasangan serasi,” ungkap sumber itu.

Namun, hanya berselang beberapa pekan, hubungan itu berubah arah. Terry tak lagi sekadar teman yang peduli, melainkan menjadi kekasih dalam hubungan rahasia yang berlangsung selama empat bulan. “John berperan menjadi teman yang perduli,” kata seorang teman kepada media.

John Terry bahkan dikabarkan rutin datang ke rumah Vanessa di Oxshott, yang tak jauh dari tempat tinggalnya. “Dia muncul dua kali seminggu, menawarkan bahunya untuk tempat Vanessa menangis. Dia juga membawakan DVD untuk anaknya,” tutur Nadine Musa kepada The Sun.

Bantahan Vanessa: Cinta Lama yang Jadi Kambing Hitam

Di tengah sorotan media yang semakin menggila, Vanessa Perroncel memilih bersuara. Ia membantah keras telah mengkhianati Wayne Bridge. Baginya, hubungan dengan John Terry tidak lebih dari sekadar pertemanan lama yang tak pernah putus. “Saya telah mengenal John selama delapan tahun sebelum saya bertemu Wayne, dan kami selalu tetap saling kontak dan semuanya hanya itu,” katanya.

Vanessa bahkan menolak tudingan bahwa Terry datang ke rumahnya dua kali seminggu untuk hubungan fisik. “Semua berita mengenai dia datang ke rumah saya dua kali seminggu untuk berhubungan, itu tidak pernah terjadi,” ucapnya tegas dalam sebuah wawancara.

Di sisi lain, Perroncel juga mengklaim bahwa hubungannya dengan Bridge sudah kembali normal dan Toni Poole, istri John Terry, masih menjalin hubungan baik dengannya. Namun, di balik semua bantahan itu, keretakan sudah telanjur menganga di antara dua rekan setim.

Dua Tangan yang Tak Pernah Lagi Berjabat

Bagi Wayne Bridge, luka akibat pengkhianatan itu lebih dalam dari sekadar gosip media. Setelah skandal mencuat, ia memutus semua komunikasi dengan John Terry. Tak ada lagi sapaan hangat di lapangan atau tawa di ruang ganti. Apa yang dulunya sahabat, berubah menjadi simbol pengkhianatan.

Puncaknya terjadi pada Februari 2010. Dalam pertandingan antara Manchester City dan Chelsea di Stamford Bridge, Wayne Bridge—yang kala itu telah pindah ke City—menolak jabat tangan dari John Terry saat pemain berbaris sebelum laga. Tindakan yang menuai sorotan dunia. Namun, bagi Bridge, itu adalah bentuk perlawanan.

“Saya merasa fantastis. Itu adalah hari yang luar biasa. Saya tahu saya telah melakukan hal yang benar. Jabat tangan, semuanya adalah tentang penghormatan dan saya tidak bisa menghormati dia,” kata Bridge dalam sebuah wawancara usai laga.

Pertemuan mereka kembali terjadi pada 2011 saat Bridge membela West Ham menghadapi Chelsea. Lagi-lagi, tangan John Terry tak pernah disambut. Simbol kecil, tapi cukup untuk menunjukkan bahwa luka dari pengkhianatan tak sembuh hanya dengan waktu.

Lebih dari Sepak Bola: Sebuah Cerita tentang Harga Diri

Skandal ini bukan hanya mengguncang ruang ganti Chelsea, tetapi juga menyentuh titik paling rapuh dari hubungan antarpemain. Dalam dunia sepak bola yang keras dan penuh ego, kepercayaan adalah salah satu hal paling mahal. Ketika itu hilang, tak ada taktik atau trofi yang bisa memperbaikinya.

John Terry, sang kapten, boleh saja melanjutkan kariernya dengan deretan gelar. Namun, noda dari kisah ini tak akan hilang dari ingatan publik. Ia pernah menerima gelar Ayah Terbaik, tapi juga menjadi simbol dari pengkhianatan seorang rekan.

Wayne Bridge, yang memilih diam selama bertahun-tahun, akhirnya bersuara melalui tindakannya: menolak bersalaman. Gestur kecil itu bergema lebih lantang dari kata-kata. Sebab, dalam sepak bola—seperti dalam hidup—kadang, luka terbesar datang bukan dari lawan, tapi dari orang yang seharusnya berdiri di sisi kita.

Read Entire Article
Bisnis | Football |