Liputan6.com, Jakarta Liga Champions musim ini tidak hanya soal nama-nama besar seperti Mbappe atau Haaland. Kompetisi elite Eropa selalu membuka ruang bagi bintang baru untuk muncul dari balik bayang-bayang.
Dengan fase liga yang menjamin delapan laga, kesempatan terbuka lebar bagi pemain dari klub-klub non-favorit untuk mencuri perhatian. Tak jarang, dari panggung inilah lahir kisah kejutan yang mengubah karier seorang pemain.
Sejumlah nama kini bersiap mengambil alih sorotan. Ada yang baru saja pindah klub, ada pula yang naik peran setelah bintang utama tim dijual. Semuanya memiliki satu tujuan: membuktikan diri di panggung terbesar.
Dari Benfica, Bodo/Glimt, hingga Eintracht Frankfurt, berikut deretan talenta yang patut dicermati di Liga Champions musim 2025.
Franjo Ivanovic Jadi Senjata Baru Benfica
Benfica sudah lebih dulu punya mesin gol di diri Vangelis Pavlidis. Striker Yunani itu musim lalu mencetak tujuh gol di Liga Champions, termasuk hat-trick cepat ke gawang Barcelona. Namun musim ini, perhatian tertuju pada rekan barunya, Franjo Ivanovic.
Ivanovic, penyerang muda Kroasia berusia 21 tahun, datang dari Union Saint-Gilloise setelah mengemas 20 gol dan lima assist di Belgia. Catatan statistiknya impresif: nilai xGOT (expected goals on target) 20,3 lebih tinggi dari xG 17,7, tanda penempatan tembakannya bisa meningkatkan kualitas peluang.
Namun, ada sisi yang masih perlu diasah. Ivanovic tercatat melewatkan 19 peluang besar musim lalu. Meski demikian, gaya bermainnya menarik karena bisa menembak dan mengirim umpan silang dengan kedua kaki, ditambah kemampuan menggiring bola cepat di ruang sempit.
Dengan duet Pavlidis dan Ivanovic, Benfica punya dua penyerang komplet dengan karakter berbeda. Kombinasi keduanya diyakini akan membuat lini belakang lawan kerepotan sepanjang kompetisi.
Kasper Hogh Jadi Tumpuan Baru Bodo/Glimt
Bodo/Glimt dikenal sebagai tim dengan strategi rekrutmen cerdas, membidik talenta muda dari liga-liga kecil. Salah satu hasil scouting mereka adalah Kasper Hogh, striker 22 tahun asal Denmark.
Didatangkan dari Stabaek, Hogh langsung nyetel dengan tim. Ia mencetak 12 gol dari 23 laga musim lalu, kemudian melanjutkan performa tajam di 2025 dengan 16 gol dan lima assist dari 20 penampilan liga.
Perkembangannya terlihat dari pergerakan di kotak penalti yang makin tajam, penyelesaian akhir lebih meyakinkan, serta kemampuan hold-up play yang meningkat. Dengan tinggi 188 cm, ia memberi ancaman udara sekaligus mobilitas untuk transisi cepat.
Cedera paha sempat mengganggu, tapi ketika bugar, Hogh jadi pusat serangan Glimt. Pola permainan tim yang bertumpu pada suplai dari sayap membuatnya ideal sebagai target sekaligus pemantul bola.
Christos Tzolis Bangkit Bersama Club Brugge
Kisah kebangkitan Christos Tzolis bisa jadi inspirasi. Setelah gagal bersinar di Norwich City, winger 23 tahun ini justru menemukan kembali performanya di Club Brugge.
Perannya jelas: start melebar di kiri, menusuk ke dalam dengan kaki kanan, lalu terhubung dengan Hans Vanaken dan full-back yang overlap. Skema itu membuatnya tak lagi sekadar proyek jangka panjang, tapi pemain inti yang menentukan.
Brugge sendiri mendapat undian berat di Liga Champions, bertemu Monaco, Atalanta, Bayern, Barcelona, dan Tottenham. Namun, laga kandang bisa jadi panggung Tzolis membuktikan dirinya.
Musim ini bisa menjadi momentum Tzolis untuk menegaskan statusnya sebagai pemimpin lini depan, bukan lagi pemain yang dipandang gagal.
Bahoya dan Uzun Jadi Harapan Baru Frankfurt
Eintracht Frankfurt kembali melepas bintang utama mereka, Omar Marmoush ke Manchester City dan Hugo Ekitike ke Liverpool. Hal itu membuka jalan bagi Jean-Matteo Bahoya dan Can Uzun untuk mengambil alih.
Bahoya, winger Prancis U-21, sempat hanya jadi pelapis musim lalu usai direkrut dari Angers. Namun kini ia tampil reguler, mencetak dua gol di laga pembuka Bundesliga melawan Werder Bremen. Dengan dribel agresif dan kedewasaan bermain, ia cepat jadi tumpuan.
Uzun, playmaker asal Turki berusia 19 tahun, juga mengalami lonjakan performa. Dari pemain rotasi musim lalu, kini ia dipercaya mengenakan nomor 10 peninggalan Mario Gotze. Awal musim 2025 ditandai dengan tiga gol dan dua assist dari tiga laga, termasuk satu tendangan roket ke gawang Bremen.
Duet Bahoya dan Uzun memberi Frankfurt warna baru di lini serang. Keduanya cocok dengan gaya serangan balik cepat, yang akan sangat dibutuhkan menghadapi lawan tangguh seperti Atletico Madrid, Liverpool, dan Napoli. Tambahan tenaga Ritsu Doan dari Jepang membuat lini serang mereka makin menarik untuk diikuti.