Liputan6.com, Jakarta Kontras perjalanan Kylian Mbappe dan Vinicius Junior di Real Madrid kini menjadi sorotan. Dalam kemenangan 2-1 atas Real Sociedad, Mbappe tampil sebagai bintang, sementara Vinicius justru mengecewakan.
Gol indah dan assist cemerlang Mbappe memperlihatkan betapa pentingnya peran kapten timnas Prancis itu. Sebaliknya, Vinicius kembali tampil di bawah standar dan ditarik keluar lebih cepat dari biasanya.
Padahal, kurang dari setahun lalu, situasinya berbeda jauh. Vinicius sempat jadi favorit peraih Ballon d’Or, sementara Mbappe masih berjuang keras beradaptasi di Bernabeu.
Perubahan cepat ini menimbulkan tanda tanya besar: apakah Vinicius masih bisa menemukan kembali performa terbaiknya di tengah dominasi Mbappe?
Mbappe Ambil Alih Status Pemimpin Madrid
Musim lalu sempat jadi titik balik bagi Mbappe. Setelah awal yang sulit karena cedera dan masalah pribadi, ia mengaku melakukan perubahan mental. Sejak Januari, kontribusinya semakin menonjol di lapangan.
Mbappe menutup musim dengan torehan 44 gol, rekor untuk pemain debutan Madrid, dan menjadi pencetak gol terbanyak di Eropa dengan 31 gol di La Liga. Performanya itu langsung menahbiskan dirinya sebagai pemimpin baru tim.
Dominasi Mbappe makin terasa musim ini. Ia tampil tajam sebagai striker utama, mengoleksi empat gol dalam empat laga, bahkan mengambil peran penting sebagai eksekutor penalti dan terkadang tendangan bebas.
Xabi Alonso, pelatih baru Madrid, pun menegaskan pentingnya sosok Mbappe. “Kylian fundamental, dalam kondisi terbaik, baik secara permainan maupun kepribadian,” ucap Alonso.
Vinicius Junior Alami Penurunan Tajam
Berbanding terbalik, Vinicius Jr mengalami penurunan drastis sejak akhir musim lalu. Setelah gagal meraih Ballon d’Or 2024 yang dimenangkan Rodri, performanya jatuh bebas.
Dalam paruh kedua musim 2024/2025, ia hanya mencetak tiga gol di La Liga dan satu gol di Liga Champions. Madrid pun terhenti di perempat final, mempertegas kemerosotan sang winger.
Situasi semakin rumit ketika Alonso masuk dengan sistem baru yang menuntut peran berbeda dari para penyerang. Vinicius beberapa kali dicadangkan, bahkan dikejutkan dengan keputusan rotasi yang memberinya peran kurang familiar.
Meski sempat mencetak gol penentu kemenangan lawan Real Mallorca, inkonsistensi Vinicius membuat posisinya tidak aman. Suporter pun mulai melayangkan kritik, bahkan sempat terdengar siulan untuknya di Bernabeu.
Alonso Hadapi Tantangan Menyatukan Dua Bintang
Masalah terbesar bagi Alonso adalah bagaimana menempatkan Mbappe dan Vinicius dalam sistem proaktif yang ia terapkan. Percobaan memainkan keduanya sebagai striker ganda tak berjalan mulus.
Dalam laga besar seperti semifinal Piala Dunia Antarklub melawan PSG, kelemahan itu terlihat jelas. Vinicius dipaksa bermain di posisi kurang nyaman, sementara Mbappe lebih leluasa di kiri. Hasilnya, Madrid dihajar 0-4.
Musim ini, Alonso terlihat lebih percaya pada Mbappe. Vinicius harus puas bersaing ketat dengan Rodrygo di sisi kiri, sementara posisinya sebagai ikon utama Madrid perlahan menghilang.
Meski begitu, staf pelatih tetap optimistis Vinicius bisa bangkit. Namun Alonso tegas menyatakan bahwa pilihan starter ditentukan dari performa, bukan reputasi.
Masa Depan Vinicius Jadi Tanda Tanya
Di luar lapangan, situasi Vinicius tidak kalah pelik. Negosiasi kontrak barunya masih buntu, terutama soal kenaikan gaji. Pihak pemain menuntut paket serupa dengan bonus besar yang diterima Mbappe saat datang dari PSG.
Hal itu memperlebar jarak antara keduanya. Mbappe bahkan mendapatkan nomor punggung 10, melewati aturan tradisi klub, sementara Vinicius justru sempat menjadi sasaran kekecewaan fans.
Meskipun tidak ada gesekan terbuka, hubungan Mbappe dan Vinicius di lapangan belum terlihat harmonis. Mereka jarang sama-sama bersinar dalam satu laga besar.
Jika tren ini berlanjut, Vinicius bisa semakin terpinggirkan. Pertanyaannya, apakah ia rela terus menjadi bayang-bayang Mbappe di Madrid, atau justru mencari jalan lain untuk mengembalikan statusnya sebagai bintang utama?