Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan Rabu, 14 Mei 2025. Indeks dolar AS diprediksi akan tetap melemah pada perdagangan besok Kamis 15 Mei 2025.
Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menjelaskan, rupiah ditutup menguat 65 poin terhadap Dolar AS pada perdagangan Rabu (14/5/2025), setelah sebelumnya sempat menguat 70 poin di level Rp 16.561 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.626.
“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp 16.500 - Rp 16.570 (terhadap USD),” ungkap Ibrahim dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (14/5/2025).
Penguatan rupiah terhadap dolar AS terjadi menyusul rilis data inflasi AS bulan April 2025 yang lebih rendah dari perkiraan.
Ibrahim melihat, perkembangan tersebut meredakan beberapa kekhawatiran tentang dampak tarif perdagangan AS.
“Sementara itu, pengumuman bersama hari Senin dari AS dan China untuk sementara melonggarkan tarif masing-masing meredakan kekhawatiran resesi global,” bebernya.
Seperti diketahui, AS dan Tiongkok telah sepakat untuk sementara menurunkan tarif yang dikenakan satu sama lain hingga 115%.
AS akan memangkas tarifnya terhadap China dari 145% menjadi 30%, sementara China akan menurunkan tarif pembalasannya dari 125% menjadi 10%, keduanya selama 90 hari.
“Perkembangan ini memberikan kelonggaran bagi The Fed untuk menyesuaikan suku bunga, tetapi analis memperingatkan bahwa bank sentral mungkin akan tetap berada di pinggir lapangan, menilai negosiasi tarif lebih lanjut,” papar Ibrahim.
Kinerja Penjualan Eceran Diprediksi Melemah di Kuartal Kedua
Sementara itu, di dalam negeri, kinerja penjualan eceran diperkirakan turun pada April 2025, dan diproyeksikan berlanjut melemah pada bulan Juni dan September 2025.
“Penurunan ini diindikasikan mencerminkan daya beli masyarakat yang masih bahkan terus melemah,” kata Ibrahim.
Ia mengutip perkiraan Bank Indonesia (BI) yang menunjukkan, kinerja penjualan eceran akan mengalami kontraksi atau menurun pada April 2025. Menurunnya penjualan eceran tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) pada April 2025 diperkirakan mencapai 231,1, lebih rendah atau mencatatkan kontraksi sebesar 2,2% year on year (yoy), setelah tumbuh 5,5% pada Maret 2025.
Sementara itu, penjualan eceran pada Juni dan September 2025 terindikasi dari, Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) Juni dan September masing-masing sebesar 125,5 dan 137,1, atau lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 147,3 dan 162,8.
Neraca Perdagangan Diramal Masih Akan Surplus
Selain itu, neraca perdagangan Indonesia diproyeksikan masih akan kembali surplus pada April 2025, meski nilainya menurun, kata Ibrahim.
“Artinya, tren surplus neraca dagang Indonesia masih akan berlanjut hingga 60 bulan secara beruntun,”jelasnya.
Ibrahim mengutip konsensus 16 ekonom yang dihimpun Bloomberg, menunjukkan bahwa nilai tengah (median) surplus neraca perdagangan pada Maret 2025 diproyeksikan sebesar USD 2,73 miliar.
“Hanya saja, jumlah tersebut lebih rendah dari realisasi neraca dagang bulan sebelumnya atau pada Maret 2025 senilai USD 4,33 miliar,” imbuhnya.